Pemukulan kulkul yang tak beda alat seni tektekan oleh bupati
dan unsur pimpinan daerah di Buleleng membuka Parade Budaya HUT Kotta Singaraja
Buleleng,
Dewata News.com — Parade budaya menyemarakkan HUT ke-412
Kota Singaraja, dengan tema ”Kulkul Desa”
merupakan upaya untuk melakukan pelestarian budaya, ”Salah satu yang
membahagiakan saya, bahwa target prioritas agenda strategis yang dikenal 12
PAS, salah satunya program pelestarian budaya telah menunjukkan hasil yang
cukup baik,” kata Bupati Buleleng Putu Agus Suradnyana sesaat membuka parade
budaya di Tugu Singa Ambara Raja (SAR), Rabu (30/03) sore.
Sebagai bukti keberhasilan pelestarian
budaya itu, menurut bupati yang akrab disebut PAS ini, dilihat dari salah satu
seni budaya Buleleng mendapat anugerah sebagai warisan budaya dunia dari
Unesco, yakni kesenian Wayang Wong Tejakula. Di samping itu, adanya gerakan missal
dalam proses penggalian, pelestarian dan pengembangan seni budaya makin
kelihatan berkembang di desa-desa.
”Setiap tahun saya harapkan
dapat dilaksanakan dengan kreasi-kreasi baru supaya tidak monoton, namun tetap
sarat dengan pesan-pesan membangun, mencintai dan melestarikan budaya daerah,”
imbuhnya.
Dihadapan masyarakat yang “numplek
blek” di seputaran Tugu SAR, Bupati Agus Suradnyana menghimbau untuk senantiasa
menjaga perdamaian, ketentraman dan ketertiban daerah Buleleng, sehingga apa
yang sudah dicapai tidak dirusak dengan tindakan-tindakan yang merugikan.
Sebelum secara resmi dimulainya
Parade Budaya, Sanggar Sunari Bajra
menggebrak dengan tarian ”Goak Panji” dengan piñata tari Putu Mahesa Utari dan peñata
tabuh Gus Tipis.
Parade Budaya ”Kulkul Desa” yang mewarnai ulang tahun ”Singa Bersayap” sore itu ditandai pemukulan kulkul oleh Bupati didampingi Ketua DPRD Buleleng Gede Supriatna, Wabup Nyoman Sutjidra beserta unsur Forum Koordinasi Pimpinan Daerah dan Sekda Buleleng Dewa Ketut Puspaka.MP. Kulkul yang dipukul bersama-sama itu tak ubahnya sarana seni tektekan.
Parade Budaya ”Kulkul Desa” yang mewarnai ulang tahun ”Singa Bersayap” sore itu ditandai pemukulan kulkul oleh Bupati didampingi Ketua DPRD Buleleng Gede Supriatna, Wabup Nyoman Sutjidra beserta unsur Forum Koordinasi Pimpinan Daerah dan Sekda Buleleng Dewa Ketut Puspaka.MP. Kulkul yang dipukul bersama-sama itu tak ubahnya sarana seni tektekan.
Kepala Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata (Disbudpar) Kabupaten Buleleng Gede Suyasa sebelumnya melaporkan, ”Kulkul
Desa” sebagai tema sentral Parade Budaya ini dimaksud beragam suara satu
tujuan, beragam potensi seni dan budaya, beragam kekayaan alam, beragam faktor
penyemangat dimiliki oleh Buleleng.
Sanggar Seni Nong Nong Kling Banyuning sebagai duta Kecamatan Buleleng
menampilkan Bhineka Laksmi
”Kami berharap keberagaman ini
dapat dijadikan kekuatan untuk bersatunya masyarakat dan pemerintah dalam
membangun menuju Buleleng yang sejahtera, mandiri, integritas, lestari dan
beretika,” kata Suyasa.
Kendati sebagai parade, lanjut Kadisbudpar
Suyasa, dari 9 kelompok unsur kecamatan di Kabupaten Buleleng dengan potensi seni
dan budaya yang ditampilkan akan
memperebutkan Adikara Nugrraha (Juara I) mendapat piala dan dana pembinaan Rp10
juta, sedangkan Adika Nugraha (Juara II) selain mendapat piala juga dana pembinaan
Rp8 juta serta Adi Nugraha (Juara III) juga mendapat piala dan dana pembinaan
Rp7 juta.
Tampilnya seluruh peserta Parade Budaya dari
unsur kecamatan itu, Suyasa menambahkan, mendapat dana pementasan sebesar Rp15 juta.
Duta Kecamatan Banjar yang menampilkan ”Perang Banjar” mengawali Parade
Budaya, disusul Kecamatan Busungbiu, serta kecamatan lainnya, seperti
Kubutambahan dengan penampilan pentas Keris Ki Bahan Kawu. Sementara Sanggar
Seni Nong Nong Kling Banyuning sebagai duta Kecamatan Buleleng menampilkan
pentas Bhineka Laksmi. Sedangkan kecamatan Sukasada dengan Sekelumit gerak
langkah Ki Gusti Ngurah Ki Barak Panji Sakti, serta kecamatan Sawan tampil
dengan Ketika Gusti Patik Jelantik diundang Belanda untuk perdamaian. Kecamatan
Seririt dengan Terbentuknya Seririt,dan Kecamatan Tejakula mengisahkan
Perjuangan rakyat Bondalem melawan Nica, 30 April 1946 di Jro Kuta, Desa
Bondalem. (DN ~ TiR).—
No comments:
Post a Comment
Redaksi DEWATA NEWS menerima komentar terkait artikel yang ditayangkan di DEWATA NEWS . Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Pembaca berhak melaporkan komentar jika dianggap tidak etis, kasar, berisi fitnah, atau berbau SARA. Redaksi DEWATA NEWS akan menilai laporan dan berhak memberi peringatan dan menutup akses terhadap pemberi komentar.
Terimakasih
www.dewatanews.com