Kerisnya Panji Sakti Pejenengan di Pura Pemayun? - Dewata News

Breaking News

Gold Ads (1170 x 350)

3/16/16

Kerisnya Panji Sakti Pejenengan di Pura Pemayun?



PURA PEMAYUN di Banjar Adat Pakraman Banjar Tegal, Buleleng, setiap hari Buda Kliwon Pahang, menyelenggarakan Piodalan, seperti upacara yang berlangsung pada hari Rabu (16/03). Kendati asal-usul Pura Pemayun di wilayah Kelurahan Banjar Tegal itu tidak dikenal orang dan tak dapat diselidiki dari nama-nama dewa yang dipuja disana, tampaknya memiliki hubungan seni historis dan seni legendaris dengan raja Buleleng. Pahlawan itu adalah Anglurah Ki Gusti Panji Sakti.

Pusaka yang menjadi atribut terpenting dalam Pura Pemayun itu adalah, sebuah keris yang konon berasal dari tokoh legendaris itu. Lebih jauh C.J.Grader yang menulis Poera Pemajoen van Bandjar Tegal itu mengungkapkan, bahwa untuk meletakkan benda-benda keramat pada dasar dan tempat-tempat lain di pura itu pada waktu pura mengalami perbaikan, maka diperlukan seorang keturunan Panji Sakti melakukan perbuatan simbolis ini.


Tempat pemujaan atau altar yang terutama, diorientasikan ke arah timur dan adalah tempat pemujaan (pelinggih) Dewa Ayu Ngurah Panji. Suatu fakta yang menghubungkan pura ini dengan Desa Panji. Namun, sumber-sumber yang didapatkan sangat sedikit yang dapat menjelaskan hubungan antara Pura Pemayun dan Panji Sakti. Kerisnya Panji Sakti yang sekarang ini menjadi benda keramat (Pejenengan) di Pura Pemayun.

Pada puncak upacara piodalan, Rabu (16/03) siang dilaksanakan pewintenan saraswati terhadap pemangku sebagai juru sapuh Pura Pemayun, yakni Mangku Komang Arta Merta yang dilakukan oleh Ida Sri Begawan Yogi Swara. Mangku Komang Arta Merta ini, adalah putra Jro Mangku Made Sedana almarhum yang sudah ”kejumput” ketika masih kecil.

Setelah resmi disahkan menjadi juru sapuh sebagai penerus sang kakek dan bapaknya, Mangku Komang Arta Merta langsung nganteb banten dari warga karma pemedek yang umumnya warga karma adat pakraman Banjar Tegal. Diantara warga karma adat Pakraman Banjar Tegal, juga tampak melakukan sembah sujud bakti Wakapolda Bali Brigjen Pol I Nyoman Suryasta didampingi istri dan keluarga.

                                                                            
Melalui puncak Piodalan di Pura Pemayun, khususnya warga karma adat Pakraman Banjar Tegal Buleleng melakukan dhirgayurastu ke hadapan Ida Sanghyang Widhi, semoga seluruh isi jagat semesta ini hidup damai, tenteram dan bahagia.

Kendati Pura Pemayun terus mengalami renovasi, namun masih saja ada yang mendesak untuk pembangunan perbaikan. Melalui panitia pembangunan yang diketuai Made Sedana Arta untuk tahun 2016 akan melakukan perbaikan Bale Pewaregan, Bale Kulkul maupun Candi Bentar.

Dari rencana anggaran biaya (RAB) yang disusun oleh panitia pembangunan melalui proposal yang ditandatangani Kelian Krama Putu Merta, diketahui Kelian Banjar Pakraman Banjar Tegal Jro Mangku Putu Santra diperlukan dana kisaran Rp300 juta lebih. Dari RAB sebesar itu, untuk RAB Pembangunan perbaikan Bale Pewaregan Rp211,935 juta, RAB pembangunan perbaikan Bale Kulkul Rp55 juta dan RAB pembangunan perbaikan Candi Bentar Rp46 juta.

Khusus untuk pembangunan perbaikan Bale Kulkul, sudah memastikan diri membantu pembiayaannya secara keseluruhan Mangku Istri Nariati, istri Jro Mangku Gede Artawan.


Pada puncak piodalan malam itu, dana punia yang berhasil dikumpulkan sebesar Rp43.941.000, Rp25 juta diantaranya merupakan dana punia Wakapolda Bali Brigjen Pol I Nyoman Suryasta, termasuk Putu Wahyu Rp700 ribu.

Dana punia juga diterima dari Wakil Bupati Buleleng I Nyoman Sutjidra sebesar Rp5 juta dan Ketua DPRD Buleleng Gede Supriatna sebesar Rp2 juta. Kedua pejabat eksekutif maupun legislatif itu, dan posisi letak kantor Bupati Buleleng berada di wilayah Kelurahan Banjar Tegal,  Singaraja.

Menurut Ketua Panitia Pembangunan Made Sedana Arta, masih banyak diperlukan dana untuk segera mewujudkan program pembangunan perbaikan dan pihaknya akan mengirimkan proposal kepada pihak-pihak yang diprediksi bisa membantu dana.

Menurut Van der Tuuk, ada keunikan di Pura Pemayun ini, bahwa Ratu Demang dan Ratu Demung, belum pernah disebut-sebut dimana-mana dalam pura-pura di Bali. Altar-altar tempat pemujaan di Pura Pemayun ’’dibintangi’’ dalam ukuran dan keistimewaannya oleh ruangan kopel (gedong) bata untuk pelinggih Dewa Ayu Ngurah Panji.

Yang sangat menyolok, adalah bentuk padmasana yang terletak di bawah atap, di atas dasar yang meninggi. Atap diatas padmasana adalah suatu  hal yang luar biasa di Bali. Karena tempat itu diasosiasikan dengan Dewata Tertinggi, biasanya Surya dan Siwa. Di Pura Pemayun, tempat itu adalah untuk Dewa Sakti Bayu. Dewa inilah, katanya yang tertua di pura Pemayun, karena bertahta di atas padmasana, sampai-sampai para pedanda pun mau memujanya.—

Foto-foto : (c) TiR dan Pura Pemayun.

1 comment:

  1. Terima kasih Dewata News qq. Bapak Made Tithayasa yang sudah meluangkan waktu menulis perihal keberadaan Pura Pemayun.

    ReplyDelete

Redaksi DEWATA NEWS menerima komentar terkait artikel yang ditayangkan di DEWATA NEWS . Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Pembaca berhak melaporkan komentar jika dianggap tidak etis, kasar, berisi fitnah, atau berbau SARA. Redaksi DEWATA NEWS akan menilai laporan dan berhak memberi peringatan dan menutup akses terhadap pemberi komentar.

Terimakasih
www.dewatanews.com