PURA
PEMAYUN
di Banjar Adat Pakraman Banjar Tegal, Buleleng, setiap hari Buda Kliwon Pahang,
menyelenggarakan Piodalan, seperti upacara yang berlangsung pada hari Rabu (16/03).
Kendati asal-usul Pura Pemayun di wilayah Kelurahan Banjar Tegal itu tidak
dikenal orang dan tak dapat diselidiki dari nama-nama dewa yang dipuja disana,
tampaknya memiliki hubungan seni historis dan seni legendaris dengan raja
Buleleng. Pahlawan itu adalah Anglurah Ki Gusti Panji Sakti.
Pusaka yang menjadi atribut terpenting dalam Pura Pemayun itu adalah,
sebuah keris yang konon berasal dari tokoh legendaris itu. Lebih jauh
C.J.Grader yang menulis Poera Pemajoen van Bandjar Tegal itu mengungkapkan,
bahwa untuk meletakkan benda-benda keramat pada dasar dan tempat-tempat lain di
pura itu pada waktu pura mengalami perbaikan, maka diperlukan seorang keturunan
Panji Sakti melakukan perbuatan simbolis ini.
Tempat pemujaan atau altar yang terutama, diorientasikan ke arah timur
dan adalah tempat pemujaan (pelinggih) Dewa Ayu Ngurah Panji. Suatu fakta yang
menghubungkan pura ini dengan Desa Panji. Namun, sumber-sumber yang didapatkan
sangat sedikit yang dapat menjelaskan hubungan antara Pura Pemayun dan Panji
Sakti. Kerisnya Panji Sakti yang sekarang ini menjadi benda keramat (Pejenengan)
di Pura Pemayun.
Pada puncak upacara piodalan, Rabu (16/03) siang dilaksanakan pewintenan
saraswati terhadap pemangku sebagai juru
sapuh Pura Pemayun, yakni Mangku Komang Arta Merta yang dilakukan oleh Ida
Sri Begawan Yogi Swara. Mangku Komang Arta Merta ini, adalah putra Jro Mangku
Made Sedana almarhum yang sudah ”kejumput” ketika masih kecil.
Setelah resmi disahkan menjadi juru
sapuh sebagai penerus sang kakek dan bapaknya, Mangku Komang Arta Merta
langsung nganteb banten dari warga karma
pemedek yang umumnya warga karma adat pakraman Banjar Tegal. Diantara warga karma
adat Pakraman Banjar Tegal, juga tampak melakukan sembah sujud bakti Wakapolda
Bali Brigjen Pol I Nyoman Suryasta didampingi istri dan keluarga.
Melalui puncak Piodalan di Pura Pemayun, khususnya warga karma adat
Pakraman Banjar Tegal Buleleng melakukan dhirgayurastu
ke hadapan Ida Sanghyang Widhi, semoga seluruh isi jagat semesta ini hidup
damai, tenteram dan bahagia.
Kendati Pura Pemayun terus mengalami renovasi, namun masih saja ada yang
mendesak untuk pembangunan perbaikan. Melalui panitia pembangunan yang diketuai
Made Sedana Arta untuk tahun 2016 akan melakukan perbaikan Bale Pewaregan, Bale
Kulkul maupun Candi Bentar.
Dari rencana anggaran biaya (RAB) yang
disusun oleh panitia pembangunan melalui proposal yang ditandatangani Kelian
Krama Putu Merta, diketahui Kelian Banjar Pakraman Banjar Tegal Jro Mangku Putu
Santra diperlukan dana kisaran Rp300 juta lebih. Dari RAB sebesar itu, untuk
RAB Pembangunan perbaikan Bale Pewaregan Rp211,935 juta, RAB pembangunan perbaikan
Bale Kulkul Rp55 juta dan RAB pembangunan perbaikan Candi Bentar Rp46 juta.
Khusus untuk pembangunan perbaikan Bale Kulkul, sudah memastikan diri
membantu pembiayaannya secara keseluruhan Mangku Istri Nariati, istri Jro
Mangku Gede Artawan.
Pada puncak piodalan malam itu, dana punia yang berhasil dikumpulkan
sebesar Rp43.941.000, Rp25 juta diantaranya merupakan dana punia Wakapolda Bali
Brigjen Pol I Nyoman Suryasta, termasuk Putu Wahyu Rp700 ribu.
Dana punia juga diterima dari Wakil Bupati Buleleng I Nyoman
Sutjidra sebesar Rp5 juta dan Ketua DPRD Buleleng Gede Supriatna sebesar Rp2
juta. Kedua pejabat eksekutif maupun legislatif itu, dan posisi letak
kantor Bupati Buleleng berada di wilayah
Kelurahan Banjar Tegal, Singaraja.
Menurut Ketua Panitia Pembangunan Made Sedana Arta, masih banyak
diperlukan dana untuk segera mewujudkan program pembangunan perbaikan dan
pihaknya akan mengirimkan proposal kepada pihak-pihak yang diprediksi bisa
membantu dana.
Menurut Van der Tuuk, ada keunikan di Pura
Pemayun ini, bahwa Ratu Demang dan Ratu Demung, belum pernah disebut-sebut
dimana-mana dalam pura-pura di Bali. Altar-altar tempat pemujaan di Pura
Pemayun ’’dibintangi’’ dalam ukuran dan keistimewaannya oleh ruangan kopel
(gedong) bata untuk pelinggih Dewa Ayu Ngurah Panji.
Yang sangat menyolok, adalah bentuk
padmasana yang terletak di bawah atap, di atas dasar yang meninggi. Atap diatas
padmasana adalah suatu hal yang luar
biasa di Bali. Karena tempat itu diasosiasikan dengan Dewata Tertinggi,
biasanya Surya dan Siwa. Di Pura Pemayun, tempat itu adalah untuk Dewa Sakti
Bayu. Dewa inilah, katanya yang tertua di pura Pemayun, karena bertahta di atas
padmasana, sampai-sampai para pedanda pun mau memujanya.—
Foto-foto : (c) TiR dan Pura Pemayun.
Terima kasih Dewata News qq. Bapak Made Tithayasa yang sudah meluangkan waktu menulis perihal keberadaan Pura Pemayun.
ReplyDelete