Buleleng, Dewata News.com — Air Panas Banyuwedang, Desa Pejarakan, Kecamatan Gerokgak, Buleleng, memiliki sumber mata air panas yang berasal dari pantai. Air panas ini merupakan sumber air panas terbesar di Bali, bangunan beton pengaman dibuatkan dalam bentuk lingkaran yang berfungsi sebagai tanggul, sehingga pada saat air pasang dilaut air panas tersebut tidak bercampur dengan air laut.
Obyek wisata pemandian air panas Banyuwedang, Desa Pejarakan, Kecamatan Gerokgak, Buleleng kondisinya terlihat tidak terawat, Senin (14/03).
Kolam dekat sumber air yang dulunya dimanfaatkan wisatawan untuk
berendam kini hanya tersisa bekas bangunannya saja. Padahal, Pemprov Bali
pernah berencana akan mengembangkan daerah ini sebagai Kawasan Pariwisata Untuk
Kesehatan, atau yang umum disebut “Health
Tourism”.
Terkait tak terawatnya air panas Banyuwedang in, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kabupaten Buleleng, Gede Suyasa mengatakan, masih perlu komunikasi lebih intensif dengan desa adat dan dinas untuk membahas rencana penataan kembali air panas Banyuwedang. Jika pembahasan telah disepakati, maka pihaknya akan segera menyusun masterplane perencanaan pengelolaannya.
“Kita akan perlu bahas lebih intens lagi di tahun ini untuk bisa meningkatkan daya tariknya, supaya seperti di air panas Banjar. Kita sudah sempat diskusikan tapi belum mendalam sampai pada masterplane yang akan dikembangkan sampai batas mana dan mana saja yang akan dibebaskan lahannya,” ujar Suyasa.
Menurut Suyasa, jika air panas
Banyuwedang sudah ditata diharapkan akan lebih banyak wisatawan yang
mengunjunginya. Keberadaannya juga dapat meningkatkan perekonomian masyarakat
sekitarnya.
“Kita akan tata bentuk fisiknya untuk bisa orang berendam lebih banyak dan lebih nyaman, penataan tempat ganti pakaian, membilas tubuhnya itu juga perlu. Artshop dan sebagainya itu perlu didiskusikan lagi,” katanya.
Diakui jika wisatawan yang berkunjung ke air panas itu masih sangat sedikit. Jika sudah ditata maka Disbudpar tidak segan untuk mempromosikannya kembali agar kembali ramai dikunjungi wisatawan.
”Masih sangat kecil pengunjungnya karena informasi masih sangat kurang, inilah perlu ditata dan menjadi obyek wisata yang perlu kita promosikan kembali,” pungkasnya.
Dari pantauan, pemandian air panas itu hanya menyisakan kamar-kamar
mandi terbuka yang berisi kran untuk mengalirkan air jika pengunjung ingin
memanfaatkannya. Satu kolam jacuzzi yang berada di depan hanya dibuka dan
dialiri air panas jika ada pengunjung yang ingin berendam.
Sementara di kedua sisi sumber air terdapat peralatan mesin yang mengalirkan air panas dengan suhu 40 derajat itu ke hotel-hotel di Desa Pejarakan. Setidaknya ada tiga pengelola hotel yang memanfaatkan air panas itu untuk fasilitas para tamunya di dalam hotelnya.
Selama ini kondisi pemandian air panas itu tidak terawat karena masih belum dikelola dengan maksimal. Tidak banyak wisatawan yang mengunjunginya, karena mereka lebih memilih berendam di hotel-hotel yang telah menyediakan fasilitas itu dengan lebih nyaman.
“Memang selama ini tidak terawat
karena pengelolaannya masih belum maksimal. Selama ini air panasnya
dimanfaatkan untuk air minum warga, untuk pengobatan warga yang sakit kulitnya
dan hotel-hotel. Masih belum banyak tamu yang berkunjunga karena kondisinya
itu,” ujar Kelian Desa Pakraman Pejarakan, Putu Suastika, Senin (14/03).
Desa Pakaraman Pejarakan berencana akan mengelolanya bekerjasama dengan
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Buleleng untuk menjadikannya
sebagai Daya Tarik Wisata (DTW). Mengingat Banyuwedang merupakan satu dari tiga
sumber air panas di Buleleng selain Air Sanih dan Banjar.
“Kita sudah ada komunikasi dengan Disbudpar, rencananya bulan depan akan kami intenskan karena sekarang kami belum bisa karena ada upacara. Rencana akan kami kelola bersama dan konsepnya sudah ka misusun, salah satunya dengan pembuatan tiket masuk,” katanya. (DN ~ TiR).—
Foto-foto (c) net
No comments:
Post a Comment
Redaksi DEWATA NEWS menerima komentar terkait artikel yang ditayangkan di DEWATA NEWS . Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Pembaca berhak melaporkan komentar jika dianggap tidak etis, kasar, berisi fitnah, atau berbau SARA. Redaksi DEWATA NEWS akan menilai laporan dan berhak memberi peringatan dan menutup akses terhadap pemberi komentar.
Terimakasih
www.dewatanews.com