Buleleng, Dewata News.com — ”Memaknai
Lubdaka dalam Ajaran Siwaratri Kalpa" mengatakan, Lubdaka semasa
hidupnya di dunia ini adalah banyak berbuat dosa. Karena dia adalah seorang
pemburu binatang, berarti dia seorang pembunuh.
Dalam ajaran Agama Hindu perbuatan ini adalah dosa, dan apabila tidak
dilebur dengan penebusan dosa, yaitu dengan cara berbuat baik, yang
bersangkutan akan jatuh ke neraka. Namun Lubdaka berhasil menetralisir dosa-dosanya,
dengan cara tidak disadarinya di malam bermeditasinya Bhtara Ciwa (Ciwa Ratri)
dihadapan Bhtara Ciwa, Lubdaka melaksanakan Bhrata Ciwa Ratri yang uttama dan
sempurna (Jagra, Mona Bhrata, dan Upawasa).
Jagra (tidak tidur), Lubdaka tidak tidur semalam suntuk,
karena seharian berburu tidak dapat binatang buruan, sehingga sampai malam naik
ke atas pohon Bila, sambil memetik- metik daunnya dan dijatuhkan kedalam kolam
dibawah pohon tersebut, yang kebetulan mengenai lingga yang ada di kolam
tersebut dan Bhtara Siwa sebagai perwujudan Lingga tersebut yang sedang
bermeditasi menerima persembahan itu, sehingga dianggap sebagai seorang Bhakta
yang sangat uttama, sehingga Bhtara Siwa akan melindunginya baik di Dunia
maupun diakhirat.
Mona Bhrata (tidak berbicara), diatas pohon Bila pada malam Siwa
(Siwa Ratri), Lubdaka tidak berbicara sepatah kata pun, Sehingga Lubdaka
dianggap ikut melaksanakan kegiatan Bhtara Siwa, karena apabila kita mencontoh
dan melaksanakan kegiatan Tuhan, berarti kita sudah melaksanakan perintah Tuhan
dan dianggap sebagai seorang Bhakta yang sangat setia, dan balasannya pasti
Tuhan menyelamatkan Bhaktanya tersebut.
Upawasa (tidak makan dan minum), Lubdaka dalam keseharian
berpuasa, karena berpuasa ini adalah memutuskan ikatan duniawi untuk menuju dunia
rohani (Brahma Jyotir), dengan tidak makan dan minum Tuhan dalam Manifestasi
Bhtara Siwa menganggap sangat dekat dengan Nya.
Dengan perbuatan peleburan dosa Lubdaka yang dilakukan dengan tidak
sengaja itu, setelah meninggal, Roh /Atma Lubdaka melalui pengadilan
kedewataan, karena dosa- dosanya mestinya di jebloskan ke Neraka, tetapi Tuhan
yang dimanifestasikan menjadi Bhtara Siwa itu membebaskan dosa- dosa Lubdaka,
karena di malam Siwa (Siwa Ratri), melaksanakan Bhrata Siwa Ratri yang Uttama
dan sempurna.
Bila disimak narasi diatas, di Dunia ini saat ini banyak manusia-
manusia yang pendosa dan sangat sedikit bahkan tidak melaksanakan peleburan
dosa, baik dengan cara sengaja maupun tidak sengaja. jadi disini banyak Lubdaka-Lubdaka
yang pada akhirnya dijebloskan di Neraka.
Karena itu, sadarlah bahwa perbuatan dosa ada yang menyaksikan, yaitu
saksi Bathin (Rohani), dan saksi Lahir (Dunia).
Saksi dunia bisa diatur dan bisa dimainkan dengan materi, sedangkan
saksi Bathin hanya diri- sendiri dan Tuhan yang tahu. Bila kita sadar akan
dosa-dosa yang pernah diperbuat tidak mengulanginya lagi selalu berbuat baik
melaksanakan ajaran Tri Kaya Parisuddha, di jaman kali yuga ini laksanakan
korban suci berdana punya bantu yang memerlukan sesuai kemampuan dengan jujur
hening dan iklas sebut nama Tuhan berkali-kali yang mempunyai Sehasra (Ribuan)
nama laksanakan Siwa Ratri dengan benar, Tuhan Bhatara Siwa senantiasa pasti
membebaskan dari ikatan dosa, dengan demikian pintu Sorga akan terbuka lebar.
(DN ~ TiR).—
Rekomendasikan
ini di Google
No comments:
Post a Comment
Redaksi DEWATA NEWS menerima komentar terkait artikel yang ditayangkan di DEWATA NEWS . Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Pembaca berhak melaporkan komentar jika dianggap tidak etis, kasar, berisi fitnah, atau berbau SARA. Redaksi DEWATA NEWS akan menilai laporan dan berhak memberi peringatan dan menutup akses terhadap pemberi komentar.
Terimakasih
www.dewatanews.com