Ilustrasi Perang Puoutan Jagaraga |
Buleleng, Dewata News.com — Sejarawan yang
juga akademisi Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha) Made Pageh mengatakan, symbol monumen Puputan
Jagaraga yang dirancang pemerintah itu harus menyiratkan perjuangan dan
runtutan ceriota sejarah sebenarnya.
”Hematnya, pembangunan itu harus mengikuti sejarah perang Jagaraga tahun
1848 dan 1849. Pembangunan monumen tidak boleh meninggalkan tokoh knci Patih
Jelantik dan Jero Jempiring,” kata Made Pageh di Singaraja, Jumat (25/12).
Sejarawan asal Tabanan yang sudah mendarahdaging di Gumi Buleleng ini
menyimak keberadaan sosok Jero Jempiring menjadi wanita Bali pertama dan
berperan penting membangkitkan semangat juang rakyat mrelawan Belanda pada
tahun 1849.
Di waktu perang pertama 1848, jelas Made Pageh, Patih Jelantik menang
melawankolonial Belanda. Kemudian di tahun 1849, Belanda justru berhasil
memenangkan perang. Ketika itulah terjadi perang besar-besaran alias puputan,
sehingga banyakada korban jiwa, termasuk Jero Jempiring.
Pageh meyakini, pembangunan monument Puputan Jagaraga ini mampu
mengiterpretasi kembali peristiwa sejarah dalam upaya membangun karakter
bangsa. Keberadaan monument jika dibangun dengan dua tokoh pahlawan,baik Patih
Jelantik maupun Jero Jempiring dipervaya mampu memunculkan karakter tokoh
pahlawan perempuan. Apalagi teknik perangnya sangat unik, menggunakan supit urang.
Teknik itu dinilai sudah tergolong modern. Keberadaan monument itu, ke depannya
mampu menjadi edukasi danjuga transformasi nilai-nilai pada generasi penerus.
”Monumen yang dibangun itu harus memiliki perspektif pendidikan dan persamaan
gender. Disana ada pahlawan perempuran yang selama ini sulit ditemukan. Sosok
perempuan Jero Jempiring wajib dimunculkan patungnya, meskipun ia belum diakui
sebagai pahlawan nasional,” pinta Pageh.
Kepala Dinas Sosial Kabupaten Buleleng Gede Komang di tempat terpisah
mengatakan, didirikannya monumen Perang Puputan Jagaraga itu bertujuan mengingatkan
masyarakat mengenai heroiknya perjuangan rakyat Bali melawasn kolonial Belanda
dimasa lampau.
Rencana alokasi anggaran untuk monumen itu sudah ketok palu DPRD
Buleleng sebesar Rp15 miliar. Pembangunannya di atas lahan seluas 55,50 m2.
Monumen itu akan dilengkapi patung Gusti Ketut Jelantik atau dikenal sebagai
Patih Jelantik dan istrinya Jero Jempiring.
”Hal menarik dari monument ini, karena perang paling besar dahulu
terjadi di Jagaraga. Teknologi perang yang digunakan saat itu relative unik,
yakni supit urang, dengan benteng
pertahanan memakai hutan bambu,” kata Kadis Sosial Buleleng Gede Komang. (DN ~
TiR)./--
No comments:
Post a Comment
Redaksi DEWATA NEWS menerima komentar terkait artikel yang ditayangkan di DEWATA NEWS . Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Pembaca berhak melaporkan komentar jika dianggap tidak etis, kasar, berisi fitnah, atau berbau SARA. Redaksi DEWATA NEWS akan menilai laporan dan berhak memberi peringatan dan menutup akses terhadap pemberi komentar.
Terimakasih
www.dewatanews.com