Denpasar, Dewata News. Com - Permasalahan lingkungan hidup terutama kondisi lingkungan di sekitar Pulau Bali menjadi topik orasi dalam Podium Bali Bebas Bicara Apa Saja (PB3AS ) yang di gelar rutin tiap hari Minggu di Lapangan Puputan Margarana Niti Mandala Denpasar Minggu (6/12). Penyampaian ini diawali oleh Kepala Badan Lingkungan Hidup Provinsi Bali I Gede Suarjana yang dalam paparannya tentang kondisi lingkungan pesisir laut Bali yang mengalami kritis akibat dari pemanasan global . Di mana Air laut telah naik sebesar 142 cm dimana 1cm kenaikan air laut akan memakan daratan sebesar 1 meter.
Disamping itu abrasi pantai yang cukup signifikan dimana dari luas total pantai sekitar 430 KM telah mengalami abrasi sebesar 181, 7 KM, tidak hanya itu kerusakan terumbu karang pun perlu mendapatkan perhatian serius dari kita semua dimana dari 774 000 hektar terumbu karang telah mengalami kerusakan sebesar 15-20 %. Begitu pula dengan lahan mangrove, dari lahan mangrove seluas 2 421 hektar sebanyak 12,5 % telah mengalami kerusakan serta luasan dari Padang Lamun sebesar 1360 hektar sebanyak 13 % telah mengalami kerusakan. Suarjana menjelaskan , selain karena faktor diatas, kondisi pesisir pantai juga dipengaruhi oleh banyaknya masyarakat Bali yang tinggal di pesisir pantai dimana hingga saat ini terdapat sekitar 175 desa dengan jumlah penduduk sekitar 1 juta 351 ribu jiwa yang tinggal di pesisir pantai yang tentu saja akan menghasilkan pencemaran dari limbah sampah yang dihasilkan .
Mengantisipasi hal ini dijelaskan dia berbagai upaya telah dilakukan Pemprov Bali beserta dengan jajarannya guna menaggulangi masalah tersebut diantaranya dengan bersinergi dengan Dinas Pekerjaan Umum membangun pemecah gelombang, juga dilakukan upaya lainnya seperti gerakan penanaman pohon , trasplantasi terumbu karang dan tak kalah pentingnya adalah membuat perangkap sampah di alur sungai dimana di Bali terdapat sekitar 401 sungai dengan sungai aliran mantap sebanyak 162 sungai dimana dalam seharinya satu sungai bisa menghasilkan sampah 4 meter kubik sampah .
Kedepannya ia menghimbau masyarakat Bali untuk berpikir positif dalam menjaga Bali aman baik dari terjangan tsunami maupun abrasi yang salah satu caranya dapat ditempuh dengan merubah pola pikir tradisional menjadi semi modern dengan tetap memadukan unsur lingkuingan, budaya dan teknologi. Ia menambahkan terdapat 5 prinsip dalam Pembangunan Bali yaitu prinsip pertama pembangunan harus memenuhi tata ruang sesuai dengan Perda No 16 Tahun 2009 tentang rencana Tata Ruang Provinsi Bali , prinsip yang kedua bahwasannya pembangunan harus berdasarkan pada kemampuan daya dukung dan tampung lingkungan, yang ketiga harus sesuai dengan kajian dampak lingkungan, yang keempat bahwasannya pembangunan yang dilaksanakan merupakan suatu langkah rehabilitasi serta yang kelima yaitu dalam pembangunan harus ada peran serta masyarakat.
Untuk kedepannya dalam menganggulangi permasalahan lingkungan yang ada di Bali khususnya mengenai masalah pesisir pantai perlu diambil terobosan terobosan baru diantaranya dengan melakukan penanaman pohon manggrove lebih banyak lagi serta melakukan kajian ilmiah tentang pembentukan pulau pulau yang fungsinya nanti untuk mengurangi abrasi pantai dan kedepannya dapat dimanfaatkan oleh generasi muda sebagai perlindungan terhadap tsunami.. Oleh karena itu diperlukan komitmen bersama baik dari masyarakat maupun dari Pemerintah serta adanya keberanian dimana keberanian yang dimaksud adalah berani melakukan penegakan hukum, berani mengambil keputusan serta tak kalah pentingnya adalah melakukan perbaikan perilaku atau behaviour dari kita semua. Sehingga kedepannya diharapkan lingkungan alam Bali akan tetap terjaga dan beberapa permasalahan yang kita hadapai dewasa ini kedepannya dapat tersolusikan.
Masalah lingkungan juga menjadi sorotan anggota masyarakat lain yaitu Made Suwirya dari Nusa Lembongan yang berorasi tetntang pentingnya merubah mindset masyarakat tentang pola menjaga lingkungan sekitar yang dimulai dari upaya membuang sampah pada tempatnya. Menurutnya perilaku disiplin dalam membuang sampah haruslah diajarkan dari usia dini.
Demikian pula dengan Made Sedana dari Yayasan Bali Harum juga menyampaikan pentingnya aksi nyata untuk penanggulangan sampah dan benar benar mengaplikasikan salah satu ajaran Tri Hita Karana yaitu menjaga hubungan antar manusia dengan alam. Ia mengajak masyarakat untuk lebih peduli pada lingkungan terutama masalah sampah plastik . Marja Abbas dari masyarkat umum juga menyampaikan pentingnya memelihara lingkungan yang bersih karena lingkungan yang bersih akana membawa pikiran yang sehat. Disamping masalah sampah PB3AS kali ini juga disisi dengan orasi dari Lanang Sudira yang menyorot tentang perluasan Rumah Sakit Mata Bali Mandara, ia merasa prihatin atas berlarut larutnya kasus pembangunan rumah sakit tersebut yang terganjal dengan IMB. Lanang berpendapat perluasan pembangunan rumah sakit tersebut amatlah penting mengingat kapasitas rumah sakit tersebut sudah tidak memadai dimana hal ini ia buktikan langsung dengan mengunjungi Rumah sakit yang berada di jalan Angsoka Denpasar tersbut dimana karena keterbatasan ruang operasi pasien sampai menunggu 3 bulan untuk bisa operasi katarak serta tidak tersedianya ruang tunggu yang memadai.
“ Masalah kemaniusiann jangankah diseret ke politik, “ pungkasnya.
Tampil pula Kepala Bidang Perdagangan Luar Negeri Dinas Perdagangan dan Perindustrian Provinsi Bali Made Suastika yang memaparkan tentang kondisi dari pelabuhan Benoa dimana pelabuhan Benoa mengalami penurunan ekspor sebesar 0,37 % yang disebabkan karena daya saing diman sampai saat ini Pelabuhan Benoa belum memiliki peti kemas Internasional sehingga masih sebagian besar ekspor atu sekitar 62,43 % dilakukan melaui Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya. Menutup PB3As kali ini tampil pemaparan dari Prof Mangku Karmaya dari Pokja Humas dan Pencegahan KPA Provinsi Bali yang memaparkan tentang HIV AIDS.
Dalam orasinya Mangku Karmaya menyampaikan sebagian besar penyakit yang timbul adalah berasal dari perilaku kita sendiri seperti perilaku malas, keras kepala serta menyepelekan segala sesuatu. Ia memberi contoh, Pemerintah telah mensosilaisasikan bahaya dari seks bebas namun masih ada masyarakat yang keras kepala denga tidak mengindahkan tentang seruan tersebut dan tidak peduli akan bahaya yang emngancam dari perilaku seks bebas tersebut. Ia menambahkan paradigma yang berkembang di masyarakat tentang HIV AIDS sudah banyak mengalami perubahan dimana dahulu ADIS hanya berkembang pada orang dewas namun saat ini banyak anak anak menderita AIDS yang tertular dari orang tuanya . HIV ADIS dapat menular melalui donor darah, ibu yang sedang nengandung kepada bayinya, melalui pemberian Air Susu Ibu (ASI) , hubungan seks berisiko serta melalui jarum suntik narkoba.
“ HIV AIDS tidak menular melalui berpegangan dan berpelukan, jadi jangan lakukan deskriminasi terhadap penderita AIDS” imbuhnya.
Penyebaran virus AIDS melalui donor darah dapat dicegah melalui screening, begitu pula dengan bayi dalam kandungan dengan mengkonsumsi obat penularan virus dapat diminimalisir. Ia juga menyarankan bagi penderita AIDS untuk rutin meminum obat Anti Retro Virus (ARV ). Untuk kedepannya dalam upaya penangulangan HIV AIDS, Mangku Karmaya menambahkan pihaknya telah mencangkan bebrapa hal diantaranya mencegah timbulnya kasus baru di masyarakat dengan sosialisasi, mencegah kematian penderita HIV dengan pemberian obat ARV serta menghilangkan stigma serta diskriminasi bagi penderita AIDS di masyarakat.
“Jangan ada diskriminasi lagi terhadap penderita AIDS,” tegasnya. (DN - HuM)
No comments:
Post a Comment
Redaksi DEWATA NEWS menerima komentar terkait artikel yang ditayangkan di DEWATA NEWS . Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Pembaca berhak melaporkan komentar jika dianggap tidak etis, kasar, berisi fitnah, atau berbau SARA. Redaksi DEWATA NEWS akan menilai laporan dan berhak memberi peringatan dan menutup akses terhadap pemberi komentar.
Terimakasih
www.dewatanews.com