Salah satu geliat Dermaga Seni Buleleng Semarakkan HUT Kota Singaraja, 30 Maret 2015 |
Buleleng, Dewata News.com — Koordinator DSB, Gede Artawan mengatakan, ternyata pada akhirnya terbukti bahwa sastra modern tidak dimarginalkan, karena pegiat sastra dengan komunitas sastra yang ada di Buleleng, termasuk teman-teman dari Denpasar punya komitmen untuk tetap mengalir – berkarya.
”Kami bersyukur DSB selama 18 tahun masih tetap eksis diikuti komunitas
sastra lainnya menjaga tungku apresiasi sastra yang terus mengalir ditengah
masyarakat. Itu sebagai bukti, bahwa sastra di Bali Utara tetap berdenyut,”
ungkap Artawan di Singaraja
Malah dalam sebuah diskusi, lanjut Doktor Sastra Undiksha ini, Ngurah
Parsua mencanangkan Singaraja tidak saja sebagai Kota Pendidikan, juga Kota
Sastra. Kenapa? Gede Artawan memaparkan, selama ini Singaraja dijadikan sebagai
barometer denyut sastra modern.
”Singaraja melahirkan seniman sastra Panji Tisna, disusul Putu Wijaya yang mengaku Singaraja sebagai kota ke dua setelah Tabanan,di samping Kirjomulyo dan lainnya. Karena itu, sudah layak Singaraja menuju Kota Sastra, entah kapan tapi pegiat sastra modern terus mengalirkan karya-karyanya,” tegas Artawan.
Buleleng sebagai kabupaten ujung Utara pulau Dewata, lanjut Artawan,
juga mempunyai ”manusia perkasa” Ngurah Pasua sebagai seniman legendaris kelahiran
Desa Bondalem, Kecamatan Tejakula. Sementara dari kawasan barat, Ngurah Adnyana
penjaga gawang Pengastulan, Kecamatan Seririt, bersama Nyoman Nada Sariada yang
sudah jadi ”sulinggih”.
Sedangkan dari lereng selatan Buleleng di Desa Pegayaman, Kecamatan
Sukasada melahirkan Ketut Syahruwardi Abbas, di samping seniman dan budayawan
serba bisa Gede Dharna almarhum. Di pusat Kota dengan Singa Buldog, Agung
Brawida sebagai salah satu pewaris I Gusti Panji Tisna.
Begitu juga dramawan dan penulis Putu
Satria Kusuma dari Kampung Seni Banyuning dan penulis underdog Cantiryas Boy di tahun 1960-an yang menghuni Sanggar
Sastra Puri Tirta, yakni Made Tirthayasa pada periode 2015 ke depan menggawangi
Seksi Sastra Modern Listibya Kabupaten Buleleng, bersama penulis wanita yang
terus menggeliat, Kadek Sonia Piscayanti dengan Komunitas Mahima di Pantai
Indah.
Belum lagi denyut teater Seribu Jendela
Undiksha Singaraja, serta komunitas seni lainnya yang terus mengapresiasi dunia
seni yang terus berdinamika. Sehingga mendukung menjadikan Singaraja tidak saja
sebagai Kota Pendidikan, juga Kota Sastra. Puisi dan teater adalah denia seni
yang yang begitu kaya dan tanpa batas. (DN ~ TiR).—
No comments:
Post a Comment
Redaksi DEWATA NEWS menerima komentar terkait artikel yang ditayangkan di DEWATA NEWS . Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Pembaca berhak melaporkan komentar jika dianggap tidak etis, kasar, berisi fitnah, atau berbau SARA. Redaksi DEWATA NEWS akan menilai laporan dan berhak memberi peringatan dan menutup akses terhadap pemberi komentar.
Terimakasih
www.dewatanews.com