Nur Fariah, saat memberikan minum nenek Zahra, yang hanya terbaring diatas tempat tidur.
|
Oleh : Arik Suharsana
KONDISI yang dialami nenek berusia 80 Tahun ini,
sungguh sangatlah memprihatinkan. Sebab, selama 4 tahun lamanya, ia
hanya bisa terbaring lemah diatas tempat tidur. Jangankan untuk sekedar duduk, untuk sekedar bergeser saja Nenek ini
tidak bisa. Sehingga, selama hidupnya nenek ini bergantung dari
keluarganya semata.
Zahra itulah nama nenek tersebut, yang tinggal di RT I Lingkungan
Kampung Singaraja, Buleleng. Ketika Pos Bali, menyambangi kediaman nenek
ini di dalam kamar seluas 4×3 meter yang hanya memiliki sedikit
ventilasi, memang tampak wajah sedih tersiar dari wajah nenek tersebut,
bahkan tanpa henti-hentinya nenek itu menangis.
Bahkan menurut penuturan keluarganya, setiap ada seseorang yang
mengunjunginya, nenek itu pasti menangis dengan maksud mengungkapkan,
kegundahan hatinya karena selama ini tidak bisa melakukan aktivitas
apapun, dan selalu merasa kesepian.
“Dia memang suka menangis, kalau ada
orang yang menengoknya, menangis terharu, senang. Memang selama ini dia
jarang ketemu orang lain. Maklum anaknya yang pria sudah meninggal, dan
anaknya yang perempuan sudah menikah dan jarang pulang. Ya, kayak
merasa kesepian begitu,” ujar salah seorang keponakannya, Nur Fariah,
Minggu (18/10).
Nenek Zahra yang sebelumnya berprofesi sebagai Guru Ngaji, diketahui
menderita lumpuh pasca dirinya terjatuh dikamar mandi 4 tahun lalu, yang
menyebabkan luka pada bagian tulang pergelangan tangan kiri, dan
pinggul kirinya yang membuatnya merasakan sakit yang perih. “Sudah lama
sakit gini, sakit sekali, nggak bisa gerak,” ucap Zahra, sambil
memegangi pinggulnya.
Selama ini, Zahra hanya hidup dari belas kasihan keponakannya semata.
Nur Fariah yang berjualan di Pasar Buleleng, dan Safi rudin yang saat
ini tidak bekerja, harus bergantian untuk mengurus bibiknya itu.
Hidup
mereka pun pas-pasan, tergantung dari penghasilan berjualan Nur Fariah.
Sehingga, untuk makan seharihari Nenek Zahra, mereka hanya mengandalkan
pemberian Raskin dari pihak Kelurahan Kampung Singaraja.
Bahkan untuk makan, mandi dan buang air, Zahra melakukannya di dalam
kamar. Ironisnya, Zahra hampir tidak pernah mendapatkan perawatan medis.
Sebelumnya, Zahra hanya dibawa ke tukang pijat saja. Sebab, di RSUD,
biaya operasi hampir Rp3 juta, dan pihak keluarga mengaku, tidak
memiliki biaya. “Sehari-hari cuma tidur di kamar, tidak bisa gerak,
kalau dibawa keluar terasa sakitnya. Selama 4 tahun diam di kamar,
kecuali kalau hari raya baru dibawa keluar, itupun cuma sebentar untuk
ketemu saudara-saudaranya,” jelas Nur Fariah.
Ketua Lingkungan Kampung Singaraja I, Rasyid mengatakan, dirinya
mengharapkan, adanya peran serta pemerintah, untuk membantu Nenek Zahra.
Sehingga, beban keluarganya menjadi ringan. Meskipun begitu, perhatian
keluarga untuk Nenek Zahra, juga sangatlah penting. Sehingga, Nenek
Zahra, tidak merasa kesepian.
“Nenek ini sebenarnya punya 2 anak. 1
anaknya sudah meninggal. Sementara seorang anak lainnya tinggal di
Denpasar dan hampir tidak pernah pulang menengok ibunya yang sakit. Kami
mengharapkan, kelayakannya biar ada perhatian, bukan saja dari
pemerintah, tetapi dari keluarga itu sendiri,” katanya.
Sementara itu Lurah Kampung Singaraja, Sutrisman menjelaskan, selama
ini Nenek Zahra, memang belum pernah mendapatkan bantuan dari Pemerintah
Buleleng. Bahkan diakuinya juga, dirinya sudah berulangkali mengajukan
bantuan ke Dinas Kesehatan (Dinkes) Buleleng untuk warganya yang cacat,
agar mendapatkan bantuan kesehatan. Namun, hingga saat ini masih belum
terealisasi.
“Di Kelurahan kami, sudah tercatat ada 6 orang yang cacat dan miskin.
Semuanya sudah kami usulkan ke Dinas terkait, bahkan kami juga sudah
bersurat kesana, tapi memang sampai sekarang ini, belum ada yang
terealisasi. Terakhir 3 bulan lalu, tapi terus terang belum ada
bantuan,” tuturnya.
Kepala Dinkes Buleleng, IGN Mahapramana menegaskan, setiap warga
miskin yang mengalami sakit, berhak mendapatkan pengobatan secara
gratis. Bahkan dirinya pun mengaku, jika warga itu tidak sanggup
mendatangi Puskesmas terdekat, maka Petugas Medis akan melakukan sistem
jemput bola ke rumah warga tersebut, untuk memberikan pengobatan gratis.
“Warga miskin yang sakit itu, bisa mendapatkan pengobatan secara
gratis, dengan datang langsung ke Puskesmas terdekat, atau kalau memang
tidak sanggup datang, biarkan petugas kami yang kesana, untuk mendatangi
rumah warga yang sakit itu. Tinggal kasih tahu saja alamat lengkapnya,
besoknya pasti kami akan cek ke sana,” pungkasnya.-
No comments:
Post a Comment
Redaksi DEWATA NEWS menerima komentar terkait artikel yang ditayangkan di DEWATA NEWS . Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Pembaca berhak melaporkan komentar jika dianggap tidak etis, kasar, berisi fitnah, atau berbau SARA. Redaksi DEWATA NEWS akan menilai laporan dan berhak memberi peringatan dan menutup akses terhadap pemberi komentar.
Terimakasih
www.dewatanews.com