Seperti halnya pantauan di hari Minggu, tanggal 25 Oktober 2015 siang,
umat Hindu yang melakukan sembahyang tidak saja dari wilayah Bali Utara, tetapi
juga hampir dari berbagai kabupaten-kota di Bali. Pura Pulaki disebut juga
dengan Pura Petirtan didominasi dengan ornamen batu yang berwarna hitam, selain
juga memiliki jaba tengah. Pura ini menempel di kaki perbukitan sehingga
membawa suasana yang begitu menakjubkan. Juga pura ini dekat sekali dengan laut
dan jika bekunjung maka otomatis deburan ombak pantai akan dengan jelas
terdengar.
Banten Pejati
Minggu (25/10) pukul 11.00 Wita siang, penulis
bersama keluarga dan saudara tua didampingi Jro Subur meluncur ke Pura Agung
Pulaki untuk melakukan sembahyang dengan acara khusus dan
lebih spesifik ”nangkilang duwen Bhatara Lingsir”.
Niat tulus untuk melaksanakan sembahyang mengiringi
Banten Pejati dan Banten Tipat Kelanan dihadapan pelinggih Batara Lingsir
tersandung monyet-monyet yang berkeliaran di lingkungan Pura Pulaki ini. Niat
tulus agar bisa duduk bersila dihadapan pelinggih Batara Lingsir itu akhirnya
sirna, sehingga bergabung dengan umat lainnya.
Keseluruhan haturan kecuali Canang dan Kewangen sebagai sarana untuk
melakukan sembahyang dimasukkan ke dalam tempat yang dikurung dengan kawat,
sehingga mampu terhindar dari jamahan monyet-monyet yang berkeliaran.
Tidak perlu terganggu dengan kehadiran
monyet-monyet itu karena memang rumahnya disana. Selama ngaturang sembah yang
dipimpin seorang Pemangku, para Pemangku Penyade, termasuk beberapa anak-anak
yang membawa sepotong kayu menjaga kita dari gangguan monyet-monyet itu.
Untuk tangkil sembahyang ke Pura Pulaki, hendaknya anak-anak jangan
diijinkan untuk membawa makanan di tangan mereka, karena akan menjadi jarahan
dari sang monyet. Bebaskanlah tangan mereka dari makanan-makanan kecil yang
dibawa. Demikian juga setelah selesai melakukan persembahyangan jangan
membagi-bagikan prasadam atau surudan dari Banten Pejati karena semua akan
datang terkecuali kita ingin mengiklaskan semua prasadam itu untuk sang monyet.
Lokasi
Pura Agung Pulaki adalah salah satu pura
di Bali yang memiliki aura religius dipadukan dengan keindahan alam yang
menakjubkan. Lokasinya sangat menarik karena berada di atas tebing berbatu yang
menghadap langsung ke laut dengan latar belakang bukit berbatu terjal. Pura
suci ini terletak di Desa Banyupoh, Kecamatan Gerokgak, Buleleng, Bali.
Pura Pulaki menjadi
tempat persembahyangan umat Hindu Bali dan lingkungan Pura Pulaki itu
sesungguhnya merupakan satu kompleks yang terdiri dari lingkungan Pura Agung
Pulaki dengan beberapa “Pesanakannya” yaitu lingkungan Pura Melanting,
lingkungan Pura Kertha Kawat, lingkungan Pura Pabean dan lingkungan Pura
Pemuteran. Karena niat awal hanya sembahyang di Pura Pulaki, sehingga tidak melakukan
sembahyang di beberapa ”Pesanakannya”, seperti beberapa waktu lalu ketika
melaksanakan aturan Banten Penerus Bakti dari sang “Lina” usai upacara ngaben.
(DN ~ TiR).—
No comments:
Post a Comment
Redaksi DEWATA NEWS menerima komentar terkait artikel yang ditayangkan di DEWATA NEWS . Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Pembaca berhak melaporkan komentar jika dianggap tidak etis, kasar, berisi fitnah, atau berbau SARA. Redaksi DEWATA NEWS akan menilai laporan dan berhak memberi peringatan dan menutup akses terhadap pemberi komentar.
Terimakasih
www.dewatanews.com