Ilustrasi |
Denpasar, Dewata News.com – Kendati suhu di Bali masih
tergolong dalam keadaan normal, posisi matahari yang berada tepat di
atas Pulau Bali, ternyata berpengaruh pada rasa ‘kegerahan’ yang dialami
warga masyarakat sejak seminggu belakangan ini. Belum lagi ditambah
karena lamanya tidak turun hujan, sehingga selain kering, posisi
matahari pas di atas Bali tidak dipungkiri memang membuat masyarakat
menjadi lebih gerah.
“Oktober ini, posisi matahari memang tepat berada di atas Bali. Bali
letaknya berada di sebelah khatulistiwa sedikit, matahari ini pas di
atas khatulistiwa. Tapi ini ada legnya, biasanya ada beberapa waktu yang
diperlukan untuk membuat suhu menjadi panas,” ujar Kabid Data dan
Informasi Balai Besar Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika wilayah III
Denpasar, Nyoman Gede Wiryajaya, Kamis (22/10).
Datangnya musim hujan yang diprediksi turun pada Nopember mendatang
diharapkan bisa menyeimbangkan kondisi tersebut. Namun turunnya hujan
kemungkinan akan mengalami kemunduran dari satu dasarian hingga lima
dasarian, dengan rata-rata mundurnya sekitar 10 harian.
“Kami tetap
memprediksi Nopember datangnya musim hujan. Elnino sendiri kami prediksi akan berlangsung hingga Desember
ini, sehingga pengaruhnya ada wilayah yang mengalami musim hujan dengan
curah hujan normal dan adapula yang curah hujannya dibawah normal. Untuk
curah hujan dibawah normal yaitu di Beleleng pesisir barat, Nusa
Penida, Bangli dan Karangasem,” paparnya.
Selain itu, daerah yang diprediksi tidak hujan berturut-turut 31-60
hari ke depan, yaitu Kabupaten Karangasem (Bebandem, Seraya tengah,
Sidemen, Seraya timur, Perasi, Sebudi), Kabupaten Gianyar (Pejeng Kaja),
Kabupaten Tabanan (Megati, Luwus), Kabupaten Bangli (Kawan), Kabupaten
Klungkung (Batu Kandik, Klumpu), Kota Denpasar (Sumerta).
Sedangkan daerah yang tidak hujan berturut-turut lebih dari 60 hari
yaitu Kabupaten Buleleng (Sumberklampok, Gerokgak, Tukadmungga, Patas,
Sukasada, Tejakula, Kubutambahan, Celukan Bawang, Sumberkima, Gretek,
Bondalem, Bengkala, Gitgit, Kloncing, Banyupoh, Tangguwisia), Kabupaten
Badung (Kapal, Kuta, Petang, Tuban, Jimbaran, Pecatu), Kabupaten Bangli
(Kintamani, Catur, Toya Bungkah, Penelokan).
Lalu, Kabupaten Tabanan (Pajahan, Beraban), Kabupaten Jembrana
(Melaya, Pengajaran, Cekik), Kabupaten Karangasem (Abang, Kahang-Kahang,
Amlapura, Kubu, Pempatan, Tianyar, Sukadana, Tulamben), Kabupaten
Klungkung (Sampalan, Prapat), Kota Denpasar (Sanglah, Pedungan),
Kabupaten Gianyar (Ponggang, Kemenuh). “Ranking teratas yaitu Kabupaten
Bangli 168 hari untuk di wilayah Catur, Kabupaten Buleleng 146 hari
untuk di Sumberkima, Kabupaten Buleleng dan Kabupaten Badung 142 hari
untuk di Grokgak dan Jimbaran serta Pecatu,” terangnya.
Disinggung terkait pengaruh kebakaran hutan di Kalimantan dan
Sumatera terhadap musim hujan, untuk Bali tidaklah terlalu intens
pengaruhnya. Kemungkinan pengaruhnya bersifat nasional dan di wilayah
lokasi sumber terjadinya kebakaran. Sementara itu untuk perairan, memang
diakuinya belakangan gelombang laut agak tinggi dan sudah diberikan
warning. Ketinggian gelombang di perairan utara Bali dari 0,8-2,3 meter
dan selatan Bali yaitu 0,8-3,0 meter.
“Prakiraan cuaca masih berawan,
sedangkan angin bertiup dari imur-tenggara 10-34 km/jam. Waspadai
gelombang tinggi dari perairan utaraselatan Jawa Timur, Bali, NTB, NTT,”
imbuhnya. (DN ~ PB).-
No comments:
Post a Comment
Redaksi DEWATA NEWS menerima komentar terkait artikel yang ditayangkan di DEWATA NEWS . Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Pembaca berhak melaporkan komentar jika dianggap tidak etis, kasar, berisi fitnah, atau berbau SARA. Redaksi DEWATA NEWS akan menilai laporan dan berhak memberi peringatan dan menutup akses terhadap pemberi komentar.
Terimakasih
www.dewatanews.com