Maestro baca puisi Ni Putu Suastini di panggung Gelar Budaya |
Buleleng, Dewata News.com — Dewan Pengawas RRI Ir. Tias Anggoro memberikan apresiasi terhadap penyelenggaraan Gelar Budaya sebagai wujud nyata LPP RRI dalam melestarikan budaya lokal yang ada.
Gelar Budaya yang bertajuk ”Malam Penghargaan untuk Bapak I Gede Dharna”
di Puri Seni Sasan Budaya Singaraja, Jumat (23/10) malam, menurut Kepsta RRI
Singaraja Dra.Teguh Yuli Astuti,MM, karena Bapak I Gede Dharna memiliki
keterkaitan sejak keberadaan RRI Singaraja, kisaran tahun 1959.
“Bapak I Gde Dharna memiliki keterkaitan dengan kami di RRI Singaraja,
terlebih lagi untuk Buleleng dan sudah sewajarnya kami memberikan apresiasi
khusus terhadap beliau untuk mengenang apa yang telah dipersembahkan untuk
Buleleng ini melalui perjuangan dan karya seninya,” ungkap Teguh Yuli Astuti.
Sementara Kadis Kominfo Buleleng Dr.I Ketut Suweca mewakili bupati
sekaligus membacakan sambutan tertulis Bupati Putu Agus Suradnyana.
Maestro DSB Dr.I Gede Artawan |
Gelar Budaya "Malam
Penghargaan untuk Bapak I Gede Darna" di Puri Seni Sasana Budaya
Singaraja, yang dimulai pukul 20.00 Wita malam itu disiarkan Pro.2 RRI
Singaraja secara langsung mendapat sambutan positif masyarakat Kota Singaraja
dan sekitarnya. serta para seniman dan kerabat dekat pakar seniman&budayawan I Gede Darna.
Gelar Budaya malam itu diawali penampilan
Tari Goak Sangbgar Sunari Bajra, selanjutnya gema lagu "Anglurah Ki Panji
Sakti" dan ”Bhuana Kertha” ciptaan I Gede Dharna dilantukan oleh Sandyadan
Reni. Disusul kemudian Bondres Sanggar Sunari Bajra pimpinan Wayan Sujana,
serta penampilan Koordinator Dermaga Seni Buleleng (DSB) Dr.Gede Artawan dan
maestro baca puisi Ni Luh Putu Putri Suastini diakhiri dengan wayang inovatif
yang pertamakali tampil di Singaraja dari sarjana pedalangan ISI Denpasar.
”Kepergian seniman multi talenta
I Gede Dharna menghadap Sang Kuasa bukan hanya sekedar meninggalkan nama,
tetapi juga meningggalkan berbagai buah karya serta segudang kenangan di mata
kerabat dan sesama seniman lainnya. Bali Utara kehilangan pakar seniman dan
budayawan serba bisa. Sebab, pak Gede Dharna adalah sosok seniman yang
totaliter. Bukan hanya aktif sebagai pencipta lagu, tetapi juga aktif sebagai
penekun dunia sastra bali anyar, menulis puisi, cerpen hingga novel,” kata Made Tirthayasa ketika diminta
komentarnya oleh Agus yang membawakan acara Gelar Budaya malam itu.
Presenter Gelar Budaya Agus ketika minta komentar Tirthayasa
sebagai salah seorang kerabat dekat seniman&budayawan I Gede Dharna
|
Dengan suara penuh haru, Tirthayasa yang
Ketua Seksi Sastra Modern Listibya Buleleng ini mengungkapkan, berpulangnya
almarhum Gede Dharna juga mengundang duka mendalam bagi penggiat seni Dermaga
Seni Buleleng (DSB). Kenapa? Karena bersama-sama Almarhum Gede Dharna, Dr. Gede
Artawan, M.Pd dan Made Tirthayasa membentuk dan menggaungkan DSB, sejak
tigabelas tahun lalu.
”Kami mengenal dekat almarhum sebagai guru,
maupun sahabat di dunia sastra sejak tahun 1969 ketika bersama-sama menggiatkan
Sanggar Embun Pagi yang diberikan ruang dan waktu oleh RRI Singaraja untuk
membangkitkan sastra modern, baik puisi, cerpen maupun drama radio. Karena itu,
hilangnya seorang Gede Dharna bagaikan hilangnya sebuah peradaban bagi dunia
sastra di Bali Utara ,” ungkap Tirthayasa dengan suara kelu tak mampu melanjutkan
komentar tentang siapa I Gede Dharna.
Seperti diketahui, berpulangnya sang
maestro seni Gede Dharna menghadap Sang Pencipta untuk selamanya pada hari
Minggu (13/09) jam 01.30 dini hari, bukan saja mengundang suasana duka di
kalangan seniman bukan saja di Bali Utara tetapi para seniman besar yang berada
di luar Bali. (DN ~ TiR).—
No comments:
Post a Comment
Redaksi DEWATA NEWS menerima komentar terkait artikel yang ditayangkan di DEWATA NEWS . Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Pembaca berhak melaporkan komentar jika dianggap tidak etis, kasar, berisi fitnah, atau berbau SARA. Redaksi DEWATA NEWS akan menilai laporan dan berhak memberi peringatan dan menutup akses terhadap pemberi komentar.
Terimakasih
www.dewatanews.com