Banyuwangi, Dewata News.com – Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas mengemukakan kegiatan “Banyuwangi Ethno Carnival” (BEC) telah menjadi jembatan budaya antara tradisi dengan modernitas.
“Awal ide bergulirnya BEC ini ditentang sejumlah budayawan karena
dianggap akan memberangus budaya lokal. Setelah diskusi panjang dengan
para budayawan dan seniman, akhirnya disepakati ide ini jalan. BEC
akhirnya menjadi jembatan yang menghubungkan budaya lokal dengan
moderenitas,” katanya pada ajang BEC di Banyuwangi, Jawa Timur, Sabtu
(17/10) kemarin.
BEC berlangsung meriah dengan kegiatan parade fesyen yang diikuti
ratusan peragawan dan peragawati membawakan busana pengantin khas
Banyuwangi, yakni Suku Using dalam balutan kostum moderen. BEC tahun ini
mengangkat tema “The Usingnese Royal Wedding”.
“Kami terus konsisten mengeksplorasi budaya kami. Banyuwangi Ethno
Carnival pun kami gelar dengan tema khusus tiap tahunnya karena budaya
lokal kami memang sangat kaya. Setelah tahun-tahun sebelumnya sempat
mengangkat gandrung dan barong using, tahun ini yang kami persembahkan
adalah tradisi pengantin Suku Using,” kata Bupati Anas.
Untuk itu, pemilihan tema yang diangkat dalam setiap kegiatan akbar
budaya Banyuwangi merupakan hasil diskusi dengan sejumlah budayawan dan
seniman Banyuwangi. Hal itu karena mereka dinilai memiliki pengetahuan
dan pengalaman yang lebih tentang tradisi serta budaya yang berkembang
di Banyuwangi.
“Dalam penyusunan temanya kami selalu melibatkan budayawan serta
seniman. Selain mereka memiliki pengetahuan lebih, pelibatan mereka ini
untuk menjaga norma serta pakem-pakem tradisi setiap atraksi budaya yang
akan kami tampilkan.
Saat daerah lain getol membawa tema global dalam event budaya lokal,
kami justru memperkenalkan budaya lokal ke publik global,” kata Anas.
Karnaval yang memadukan modernitas dengan seni tradisional ini dibagi
tiga subtema, yaitu Sembur Kemuning, Mupus Braen Blambangan, dan Sekar
Kedaton Wetan. Sembur Kemuning merupakan upacara adat pengantin
masyarakat pesisiran di Banyuwangi. Para talent yang berperan mengenakan
kostum dominasi warna kuning, orange dan ungu.
Sementara Mupus Braen Blambangan yang didominasi warna merah, hitam
dan emas merupakan upacara adat pengantin masyarakat kelas menengah.
Sedangkan Sekar Kedaton Wetan merupakan upacara adat untuk pengantin
kaum bangsawan yang nantinya akan diperagakan penampil dengan kostum
dominasi warna hijau dan perak.
Pergelaran karnaval ini diawali tari
gandrung kolosal. Setelahnya, disambung prosesi ritual adat kemanten
Using, yakni perang bangkat. Sebuah ritus adat yang dilakukan dalam
acara pernikahan apabila kedua mempelainya adalah anak terakhir atau
anak “munjilan”. (DN ~ ant).-
No comments:
Post a Comment
Redaksi DEWATA NEWS menerima komentar terkait artikel yang ditayangkan di DEWATA NEWS . Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Pembaca berhak melaporkan komentar jika dianggap tidak etis, kasar, berisi fitnah, atau berbau SARA. Redaksi DEWATA NEWS akan menilai laporan dan berhak memberi peringatan dan menutup akses terhadap pemberi komentar.
Terimakasih
www.dewatanews.com