Denpasar, Dewata News. Com - Keluhan mengenai tersendatnya layanan PDAM pada sejumlah kawasan di Kabupaten Badung menjadi topik hangat pada pelaksanaan Podium Bali Bebas Bicara Apa Saja (PB3AS), Minggu (18/10). Keluhan antara lain disampaikan Wayan Setiawan, seorang warga Desa Bongkasa, Kecamatan Abian Semal, Kabupaten Badung.
“Rumah saya dekat dengan Sungai Ayung yang notabene merupakan sumber mata air, namun belakangan air PDAM sering kecrat kecrit (macet,red),” ujarnya.
Dia berharap PDAM Badung dapat mengatasi persoalan yang sangat merugikan masyarakat ini.
“Airnya sering macet, tapi tagihannya lancar,” imbuhnya.
Hal serupa juga disinggung Edy, seorang warga Kota Denpasar yang juga berorasi di PB3AS. Edy berpendapat, tenaga-tenaga teknis di PDAM harusnya dapat memanfaatkan keahliannya untuk mengatasi tersendatnya distribusi air. Dia juga menyarankan PDAM menerapkan teknologi yang lebih tepat guna untuk mengatasi persoalan ini.
Keluhan mengenai tersendatnya distribusi air PDAM langsung mendapat tanggapan dari Gubernur Bali Made Mangku Pastika. Menurut dia, persoalan ini sejatinya tak perlu terjadi jika pihak PDAM, khususnya di kawasan Badung dan Denpasar dapat mengoptimalkan pemanfaatan air yang dihasilkan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Petanu dan Penet. Dengan kemampuan produksi masing-masing sebanyak 300 liter/detik, dua SPAM itu mampu menghasilkan air sebanyak 600 liter/detik. Keberadaan SPAM tersebut, kata dia, memang khusus diperuntukkan untuk memenuhi kebutuhan air bagi masyarakat di kawasan Gianyar, Badung dan Denpasar.
Namun sayangnya, keberadaan SPAM tersebut belum dimanfaatkan optimal oleh PDAM. SPAM Petanu misalnya, sudah dua tahun beroperasi, namun saat ini baru dimanfaatkan sebanyak 70 liter/detik.
“Sisanya sebanyak 230 liter/detik terbuang sia-sia ke laut,” ujarnya.
Lebih jauh dikatakannya seharusnya tidak terjadi persoalan kekurangan air di tiga kawasan tersebut, seperti berita yang muncul di media beberapa hari yang lalu mengingat Pemprov dan Pusat sudah menyediakan sistem penyediaan air minum bagi kawasan tersebut.
Untuk itu, Pastika kembali mendorong PDAM di tiga kawasan itu dapat lebih maksimal memanfaatkan air yang dihasilkan SPAM Petanu dan Penet. Terlebih, secara ekonomis PDAM diuntungkan dengan mengambil air di SPAM tersebut. Pastika memberi ilustrasi, PDAM membeli air di SPAM seharga Rp. 2.700/1 m3 atau setera dengan 1.000 liter. Sementara pihak PDAM menjual ke masyarakat seharga Rp. 4.000 s.d Rp. 5.000/1 m3.
Selain untung secara ekonomis, pemanfaatan air produksi SPAM juga merupakan bagian penting dari upaya optimalisasi pemanfaatan air permukaan.
“Kita punya persediaan air permukaan yang cukup. Tak ada alasan kekurangan air,” imbuhnya.
Jangan sampai, tersendatnya distribusi dijadikan alasan pembenar oleh masyarakat atau pelaku usaha untuk lebih memilih memanfaatkan air bawah tanah dengan membuat sumur bor.
“Hal itu sangat berbahaya bagi lingkungan. Di bawah ini akan banyak rongga dan permukaan tanah makin menurun,” ujarnya.
Selain bicara soal air, dalam orasinya Pastika menyampaikan terima kasih kepada masyarakat yang telah menyampaikan berbagai aspirasi dan pendapat mereka melalui PB3AS. Menurutnya keberadaan podium ini memiliki arti yang sangat penting karena dapat menjadi bahan masukan dan referensi bagi pengambil kebijakan. Agar lebih bervariatif, dia juga berharap agar podium ini dimanfaatkan oleh para tokoh dan pakar di bidangnya.
“Saya harap mereka bisa bicara di sini untuk berbagi ide-ide bernas guna membuka wawasan masyarakat,” ucapnya.
“Rumah saya dekat dengan Sungai Ayung yang notabene merupakan sumber mata air, namun belakangan air PDAM sering kecrat kecrit (macet,red),” ujarnya.
Dia berharap PDAM Badung dapat mengatasi persoalan yang sangat merugikan masyarakat ini.
“Airnya sering macet, tapi tagihannya lancar,” imbuhnya.
Hal serupa juga disinggung Edy, seorang warga Kota Denpasar yang juga berorasi di PB3AS. Edy berpendapat, tenaga-tenaga teknis di PDAM harusnya dapat memanfaatkan keahliannya untuk mengatasi tersendatnya distribusi air. Dia juga menyarankan PDAM menerapkan teknologi yang lebih tepat guna untuk mengatasi persoalan ini.
Keluhan mengenai tersendatnya distribusi air PDAM langsung mendapat tanggapan dari Gubernur Bali Made Mangku Pastika. Menurut dia, persoalan ini sejatinya tak perlu terjadi jika pihak PDAM, khususnya di kawasan Badung dan Denpasar dapat mengoptimalkan pemanfaatan air yang dihasilkan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Petanu dan Penet. Dengan kemampuan produksi masing-masing sebanyak 300 liter/detik, dua SPAM itu mampu menghasilkan air sebanyak 600 liter/detik. Keberadaan SPAM tersebut, kata dia, memang khusus diperuntukkan untuk memenuhi kebutuhan air bagi masyarakat di kawasan Gianyar, Badung dan Denpasar.
Namun sayangnya, keberadaan SPAM tersebut belum dimanfaatkan optimal oleh PDAM. SPAM Petanu misalnya, sudah dua tahun beroperasi, namun saat ini baru dimanfaatkan sebanyak 70 liter/detik.
“Sisanya sebanyak 230 liter/detik terbuang sia-sia ke laut,” ujarnya.
Lebih jauh dikatakannya seharusnya tidak terjadi persoalan kekurangan air di tiga kawasan tersebut, seperti berita yang muncul di media beberapa hari yang lalu mengingat Pemprov dan Pusat sudah menyediakan sistem penyediaan air minum bagi kawasan tersebut.
Untuk itu, Pastika kembali mendorong PDAM di tiga kawasan itu dapat lebih maksimal memanfaatkan air yang dihasilkan SPAM Petanu dan Penet. Terlebih, secara ekonomis PDAM diuntungkan dengan mengambil air di SPAM tersebut. Pastika memberi ilustrasi, PDAM membeli air di SPAM seharga Rp. 2.700/1 m3 atau setera dengan 1.000 liter. Sementara pihak PDAM menjual ke masyarakat seharga Rp. 4.000 s.d Rp. 5.000/1 m3.
Selain untung secara ekonomis, pemanfaatan air produksi SPAM juga merupakan bagian penting dari upaya optimalisasi pemanfaatan air permukaan.
“Kita punya persediaan air permukaan yang cukup. Tak ada alasan kekurangan air,” imbuhnya.
Jangan sampai, tersendatnya distribusi dijadikan alasan pembenar oleh masyarakat atau pelaku usaha untuk lebih memilih memanfaatkan air bawah tanah dengan membuat sumur bor.
“Hal itu sangat berbahaya bagi lingkungan. Di bawah ini akan banyak rongga dan permukaan tanah makin menurun,” ujarnya.
Selain bicara soal air, dalam orasinya Pastika menyampaikan terima kasih kepada masyarakat yang telah menyampaikan berbagai aspirasi dan pendapat mereka melalui PB3AS. Menurutnya keberadaan podium ini memiliki arti yang sangat penting karena dapat menjadi bahan masukan dan referensi bagi pengambil kebijakan. Agar lebih bervariatif, dia juga berharap agar podium ini dimanfaatkan oleh para tokoh dan pakar di bidangnya.
“Saya harap mereka bisa bicara di sini untuk berbagi ide-ide bernas guna membuka wawasan masyarakat,” ucapnya.
Terkait keengganan PDAM memanfaatkan air produksi SPAM, Plt. Karo Humas Ketut Teneng menambahkan bahwa Pemprov Bali melalui Dinas Pekerjaan Umum telah beberapa kali menggelar pertemuan dengan pihak PDAM di tiga kabupaten/kota.
“Persoalannya bukan kekurangan air, tapi keseriusan dari pihak PDAM untuk membangun jaringan agar air bisa didistribusikan,” ujarnya.
Lebih dari itu, Biro Humas Setda Provinsi Bali juga sempat mengajak sejumlah media dan perwakilan dari masing masing PDAM di tiga kawasan tersebut untuk melihat langsung proses produksi air di SPAM Petanu. (DN - HuM)
“Persoalannya bukan kekurangan air, tapi keseriusan dari pihak PDAM untuk membangun jaringan agar air bisa didistribusikan,” ujarnya.
Lebih dari itu, Biro Humas Setda Provinsi Bali juga sempat mengajak sejumlah media dan perwakilan dari masing masing PDAM di tiga kawasan tersebut untuk melihat langsung proses produksi air di SPAM Petanu. (DN - HuM)
No comments:
Post a Comment
Redaksi DEWATA NEWS menerima komentar terkait artikel yang ditayangkan di DEWATA NEWS . Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Pembaca berhak melaporkan komentar jika dianggap tidak etis, kasar, berisi fitnah, atau berbau SARA. Redaksi DEWATA NEWS akan menilai laporan dan berhak memberi peringatan dan menutup akses terhadap pemberi komentar.
Terimakasih
www.dewatanews.com