Buleleng, Dewata News.com — Seniman dan budayawan I Gede Dharna kelahiran Sukasada, Buleleng, Bali yang bulan Oktober 2015 nanti genap berusia 84 tahun, telah meninggal dunia dengan tenang dihiasi mimik tersenyum di Rumah Sakit Umum Dharma Usada Singaraja, pada hari Minggu (13/09) sekitar pukul 01.30 Wita. Almarhum yang masih aktif melaksanakan tugas sebagai Sekretaris Cabang LVRI Buleleng ini, meninggalkan seorang istri dan dua orang anak yang sudah berkeluarga dengan enam orang cucu.
Berbagai bentuk panel ucapan ”Turut Berduka Cita” di antaranya dari
Dermaga Seni Buleleng (DSB), Sekda Buleleng dan tak terhitung lagi terus
berdatangan, hingga dipajang sampai di pinggir jalan raya, depan rumah duka
”Almarhum yang tanpa cacad kesalahan, tapi penuh jasa bagi Bali,
khususnya kabupaten Buleleng dalam berkesenian dan budaya Bali tak pernah
surut. Terakhir pentas bersama-sama seniman sastra modern lainnya atas undangan
Komunitas Mahima meramaikan Bulfest III-2015 di Puri Seni Sasana Budaya
Singaraja. Bahkan mengawali pentas malam itu, almarhum secara bersama-sama menyanyikan
lagu ciptaannya ‘Merah Putih’ kebelanin
mati,” ungkap dedengkot Dermaga Seni Buleleng (DSB) saat melayat ke rumah
duka almarhum I Gede Dharna di Kelurahan Sukasada, Senen (14/09) malam.
Almarhum Gede Dharna adalah salah seorang pendiri pembentukan DSB
bersama-sama Gede Artawan dan Made Tirthayasa menaruh
harapan besar kepada generasi muda yang menekuni sastra daerah maupun sastra
modern ke depan tetap maju, karena Buleleng melahirkan pelopor sastra modern di
Indonesia, yakni AA Panji Tisna
Dalam perbincangan dengan istri almarhum, Ni Luh Telaga, pencipta seambrek
lagu, di antaranya Anglurah Panji Sakti, Mars Singa Ambara Raja, maupun Hymne
Kabupaten Buleleng ini akan dibuatkan upacara pengabenan, pada hari Selasa,
tanggal 22 September 2015 nanti di pekuburan Bakung, Sukasada yang diawali
dengan upacara militer. Sementara acara nyiramang
dan upacara meseh lawang akan
dilaksanakan pada hari Minggu, tanggal 20 September 2015 di rumah duka.
Almarhum I Gede
Dharna sebagai tokoh Lembaga Kesenian Nasional (LKN) tahun 1960-an. Salah satu
lagu ciptaannya, "Merah Putih" yang sederhana syairnya, gampang
dihafal, dan heroik. Lagu ”Merah Putih” itu diciptakan almarhum berawal dari
peristiwa "perang bendera" yakni penurunan bendera Belanda diganti
Merah Putih, 27 dan 28 Oktober 1945 di Pelabuhan Buleleng.
Almarhum menyiapkan bendera Merah Putih
dalam jumlah besar, sorenya bendera itu dibagikan kepada warga masyarakat
Singaraja dan sekitarnya. Peristiwa itu sangat mengesankan dirinya, dan karena
itu almarhum menciptakan lagu "Merah Putih" tahun 1950..
Almarhum
juga mengekspresikan kekagumannya terhadap keindahan alam Bali dalam wujud lagu
karyanya. Misalnya, "Gili Menjangan", "Lovina", "Tanah
Lot", "Batur", "Galang Bulan Ring Sanur". Almarhum
juga penulis naskah, skenario dan sutradara film "Ngawit Saking
Banjar", "Ki Bayan Suling", "Jempiring".
Di antara se-”drum” penghargaan yang
diperoleh, teristimewa penghargaan sebagai Hadiah Sastra Bali Rancage 2000 yang
diberikan Yayasan Kebudayaan Rancage pada tahun 2000 lalu, ditandatangani oleh
Ayip Rosidi. Penghargaan itu diberikan karena ia sebagai perintis Puisi Bali.
(DN ~TiR).—
No comments:
Post a Comment
Redaksi DEWATA NEWS menerima komentar terkait artikel yang ditayangkan di DEWATA NEWS . Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Pembaca berhak melaporkan komentar jika dianggap tidak etis, kasar, berisi fitnah, atau berbau SARA. Redaksi DEWATA NEWS akan menilai laporan dan berhak memberi peringatan dan menutup akses terhadap pemberi komentar.
Terimakasih
www.dewatanews.com