Penggunaan Aksara Mandarin di PLTU Celukan Bawang Menuai Kontroversi - Dewata News

Breaking News

Gold Ads (1170 x 350)

9/5/15

Penggunaan Aksara Mandarin di PLTU Celukan Bawang Menuai Kontroversi



Kepala Ombudsman RI Perwakilan Bali Umar Ibnu Alkhatab saat meninjau PLTU Celukan Bawang
                                                             beberapa waktu lalu.
Buleleng, Dewata News.com — Belum beroperasi Pembangkit Listrik Tenaha Uap (PLTU) Celukan Bawang di Kecamatan Gerokgak, Kabupaten Buleleng, Bali  sudah menuai kontroversi di masyarakat menyusul penggunaan aksara mandarin yang menuai protes.

    Saat kunjungan kerja Komisi II DPRD Buleleng ke lokasi PLTU Celukan Bawang, pertengahan Agustus 2015, menemukan pemandangan agak aneh, ketika aksara atau huruf mandarin cukup mencolok terpampang di areal PLTU di Kecamatan Gerokgak.

    Wakil rakyat setempat memprotes, penggunaan aksara mandarin itu yang dinilai tidak tepat, karena akan membingungkan masyarakat.

    Senada dengan itu, Kepala Ombudsman Perwakilan Provinsi Bali Umar Ibnu Alkhatab juga mengaku kaget, setelah membaca pemberitaan di media, melihat secara jelas, tulisan mandarin mendominasi di arael mega proyek listrik yang akan menyuplai kelistrikan di Bali.

    Menurut Umar, dilihat dari sisi pelayanan publik, tentunya penggunaan aksara Mandarin tersebut tidak tepat, karena akan bisa mengganggu kenyamanan, karena informasi yang disampaikan tidak langsung dimengerti oleh publik.

    "Tentu pemasangan aksara Mandarin itu, akan membingungkan publik yang akan mengakses pelayanan di PLTU, harusnya juga menggunakan bahasa Indonesia sehingga mudah dipahami maksudnya," kata Umar dihubungi, beberapa waktu lalu.

   Sebab, pengguna pelayanan PLTU, tidak hanya pekerja asing atau pihak yang ada di PLTU tersebut, namum juga masyarakat umum lainnya, yang hendak mengakses informasi dan pelayanan seperti dialami wakil rakyat di Buleleng yang melakukan kunjung kerja di PLTU.

    Umar melanjutkan, dilihat dari sisi kepentingan yang lebih strategis, penggunaan aksara mandarin tersebut akan menggangu atau mengusik rasa nasionalisme.

    "Kesan kami yang melihat, seakan-akan ini, bentuk penggerusan terhadap nasionalisme kita," sambung pria asal Lamoholot NUsa Tenggara Timur itu.

    Harus dipahami, bahwa PLTU tersebut beroperasi di wilayah Indonesia, seyogyanya mereka harus menyesuaikan diri dengan menghormati martabat bangsa, termasuk kearifan lokal di Bali.

   Dengan penggunaan bahasa Indonesia di tempat-tempat pelayanan publik seperti PLTU Celukan Bawang, menunjukkan bahwa mereka mengerti kondisi sosio-kultural yanga ada.

    "Jiwa nasionalisme kita harus diperkuat, jangan mudah digadaikan hanya karena kepentingan investasi asing, " tegasnya.

   Untuk itu, pihaknya meminta agar managemen PLTU Celukan BAwang, untuk menjelaskan kepada publik alasan penggunaan aksara mandarin di areal mega proyek tersebut. Selain itu, pihak Omnbudsman meminta agar segera merespons keinginan publik untuk menambahkan penggunaan informasi yang jelas dalam Bahasa Indonesia. (DN ~ TiR).—

No comments:

Post a Comment

Redaksi DEWATA NEWS menerima komentar terkait artikel yang ditayangkan di DEWATA NEWS . Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Pembaca berhak melaporkan komentar jika dianggap tidak etis, kasar, berisi fitnah, atau berbau SARA. Redaksi DEWATA NEWS akan menilai laporan dan berhak memberi peringatan dan menutup akses terhadap pemberi komentar.

Terimakasih
www.dewatanews.com