Denpasar, dewata News. Com - Usulan dari beberapa anggota dewan yang meminta agar Podium Bali Bebas Bicara Apa Saja (PB3AS) agar ditutup sementara selama proses pemilu tahun 2015 ini mendapat respon dari sejumlah masyarakat, seperti yang di sampaikan di momentum PB3AS Minggu (27/9) di Lapangan Puputan Margarana Renon Denpasar.
Salah satu tanggapan datang dari Wenten Ariawan asal Nusa Penida, yang mengatakan banyak masyarakat yang menyambut positif adanya media PB3AS ini. Menurutnya, podium ini telah mampu menjadi sarana demokrasi bagi masyarakat Bali, dimana masyarakat bisa secara bebas dan lugas tanpa paksaaan maupun tekanan dari pihak lain untuk menyampaikan keluhan-keluhan maupun aspirasinya dan juga secara tidak langsung mengajarkan masyarakat untuk berani tampil didepan umum. Terbukti bahwa tidak hanya kalangan pejabat yang sering berorasi saja yang tampil di podium ini, namun juga anak-anak muda telah berani menunjukkan keberaniannya untuk menyampaikan pendapat mereka.
Berawal berbagai fenomena positif tersebut, Wenten Ariawan meminta kepada Dewan atapun Pemerintah Provinsi Bali untuk mempertahankan pelaksanaan PB3AS ini, karena jika podium ini ditutup maka akan melanggar UU 1945 Pasal 28F mengenai Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia. Menurutnya, pasal tersebut memiliki makna setiap orang berhak untuk berbicara dan memperoleh informasi dari mana pun dan mengembangkannya dalam masyarakat dengan menggunakan media yang telah tersedia dan tidak merugikan orang lain atau digunakan untuk mencari fakta maka hal tersebut diperbolehkan.
Selain itu, permintaan untuk tidak menutup PB3AS juga datang dari Lanang Sudira, yang menyampaikan, bahwa podium ini berfungsi untuk melatih mental dan uji nyali masyarakat khususnya para pemegang kebijakan dalam menyampaikan aspirasi maupun memberikan tanggapan terhadap keluhan masyarakat. Sedangkan, terkait dengan usulan untuk menutup sementara selama proses pemilu 2015 mendatang, menurut Lanang hal tersebut tidak ada hubunganya karena PB3AS merupakan sarana demokrasi bukan semata sarana politik.
Sebaliknya, ia menyampaikan bahwa masyarakat menginginkan, para calon Bupati/Wakil Bupati maupun Calon Walikota untuk berani tampil, dipodium PB3AS dalam menyampaikan visi dan misinya. Sehingga masyarakat terbuka pikirannya, untuk menentukan pilihan terbaik saat pemilu nanti. Ia berharap, dengan melihat faktor maupun dampak-dampak positif yang ditimbulkan oleh keberadaan podium ini, para anggota dewan dapat memahami apa yang menjadi keinginan masyarakat terkait proses demokrasi yang ada di Bali.
Disamping itu, Gung De Ariawan asal Pemogan mengungkapkan bahwa sebenarnya banyak cara masyarakat untuk menyampaikan aspirasinya, seperti media sosial Facebook, Twitter, Blog dan lainnya. Namun fasilitas untuk menyampaikan pendapat langsung didepan umum baru pertama kali ada di Bali. Oleh karenanya, ia menyetujui jika PB3AS ini tetap berjalan. Disisi lain, pada kesempatan tersebut, dirinya juga menyampaikan keluhan terkait pendidikan yaitu keberadaan SD Inpres yang ada di Denpasar semenjak tahun 1984 tidak pernah ditambah.
Hal ini menyebabkan jumlah siswa yang masuk ke SD Inpres menjadi mebludak, dikarenakan faktor biaya yang cenderung lebih murah dibandingkan SD swasta. Selain itu, banyak tenaga pendidik yang ada di SD Inpres masih berstatus honorer, sedangkan tenaga pendidik yang sudah PNS telah banyak yang pensiun. Menurutnya, dengan kondisi seperti ini kualitas pendidikan sekolah dasar di Denpasar perlu dipertanyakan, karena jumlah siswa yang membludak akan berbanding terbalik dengan materi yang dapat diserap oleh siswa tersebut. Oleh karena itu, untuk meningkatkan kualiatas dan mutu pendidikan yang ada di Kota Denpasar, ia meminta Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga Kota Denpasar maupun Provinsi Bali, untuk memperhatikan permasalahan tersebut. Sehingga kedepannya tercipta kualitas sumber daya manusia yang bermutu dan berkualitas.
Orasi selanjutnya juga muncul dari Made Arjaya asal Denpasar, yang mengungkapkan bahwa saat ini Kota Denpasar sangat perlu memperhatikan kebersihannya. Ia menilai bahwa kesadaran akan menjaga kebersihan oleh masyarakat belum begitu dipahami. Untuk itu, diperlukan adanya gerakan dari pemerintah dalam menyediakan fasilitas kebersihan, seperti memperbanyak tempat-tempat sampah di areal publik Kota Denpasar dan bahkan di setiap sudut desa yang ada di Denpasar.
Sehingga perilaku bersih dapat diwujudkan, ketika fasilitas tersebut juga disediakan oleh pemerintah.
Beberapa orasi lain juga muncul dari Ni Nyoman Ayu Andiani merupakan Kepala Bidang Pengendalian Usaha Dinas Pariwisata Provinsi Bali, yang menghimbau kepada para pelaku usaha pariwisata untuk tidak menyalahgunakan simbol-simbol agama dalam mengembangkan usahanya. Hal ini terkait komitmen ataupun prinsip pariwisata yang dikembangkan di Bali adalah pariwisata budaya yang berlandaskan kepada ajaran filosofi Tri Hita Karana.
Selanjutnya Upt. Laboratorium Kesehatan dari Dinas Kesehatan Provinsi Bali, juga mesosialisasikan pelayanan pemeriksaan untuk masyarakat yang dapat dilakukan di LabKes Provinsi Bali bertempat di Jl. Angsoka No. 12 Denpasar. Berbagai macam pemeriksaan dapat dilakukan di Lab tersebut, seperti pemeriksaan bakteriologi kesehatan masyarakat, Immunulogi, Toksikologi, Parasitologi, dan pemeriksaan kesehatan lainnya. (DN - HuM)
No comments:
Post a Comment
Redaksi DEWATA NEWS menerima komentar terkait artikel yang ditayangkan di DEWATA NEWS . Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Pembaca berhak melaporkan komentar jika dianggap tidak etis, kasar, berisi fitnah, atau berbau SARA. Redaksi DEWATA NEWS akan menilai laporan dan berhak memberi peringatan dan menutup akses terhadap pemberi komentar.
Terimakasih
www.dewatanews.com