Buleleng, Dewata News. Com — Di kalangan masyarakat seniman dan budayawan di Bali, dan Buleleng khususnya nama I Gede Dharna taka sing. Seniman yang meramaikan seni dan budaya di era perpolitikan kejayaan PNI, I Gede Dharna yang menyandang gelar pejuang kemerdekaan aktif di LKN (Lembaga Kesenian Nasional) yang merupakan wadah anggota partai berlambang segitiga itu di bidang berkesenian.
Sebagai pejuang mempertahankan kemerdekaan yang diproklamirkan oleh Bung Karno, I Gede Dharna saat ini dipercaya menjadi Sekretaris Markas Cabang Legiun Veteran Republik Indonesisa (LVRI) Buleleng, mendampingi Prof. Wida sebagai Ketua.
Namun harus diakui, karena usia dan kondisi yang semakin renta dalam melakanakan tugas-tugas di kantor Markas Cabang LVRI Buleleng itu, saat ini harus lebih sering pulang lebih dari awal karena sakit yang dideritanya. Seperti ketika hendak ditemui di kantornya, I Gede Dharna sudah diatas sepeda motornya hendak pulang, karena sakit yang dideritanya itu.
Sejak dilahirkan hingga saat buah perkawinannya dengan Ni Luh Telaga (82) mempunyai tiga putra-putri dengan enam cucu, I Gede Dharna (85) tetap bertempat tinggal di tikungan Kelurahan / Kecamatan Sukasada. Sampai di rumah tua yang sudah direnovasi itu, Ibu Ni Luh Telaga menyapa dan mengaku masih ingat dengan kehadiran penulis siang itu.
Di beberapa sudut dinding rumahnya, terpasang puluhan pigura berisi bermacam-macam piagam penghargaan sebagai veteran dan seniman sastra. Termasuk foto-foto dirinya dengan menggunakan seragam veteran.
Dharna selama ini juga dikenal sebagai veteran yang aktif bergiat dalam kesenian sastra, terutama sastra Bali. Di sastra modern, I Gede Dharna bersama-sama Made Tirthayasa memberdayakan Sanggar Embun Pagi melalui siaran di RRI Singaraja sampai era 1970-an.
Selain itu, bersama-sama Gede Artawan, Made Tirthayasa, I Gede Dharna kemudian sepakat menghimpun diri pada Dermaga Seni Buleleng.
Ia juga merupakan Ketua Pelestarian Kebudayaan Bali Utara, dan sebagai seniman serba bisa, beberapa kali mendapatkan penghargaan dalam bidang seni sastra.
Di antara se-”drum” penghargaan yang diperoleh, teristimewa penghargaan sebagai Hadiah Sastra Bali Rancage 2000 yang diberikan Yayasan Kebudayaan Rancage pada 2000 lalu, ditandatangani oleh Ayip Rosidi. Penghargaan itu diberikan karena ia sebagai perintis Puisi Bali.
”Saya dapatkan itu karena saya ketika itu dianggap sebagai perintis Puisi Bali, maka saya dihargai karena dianggap berjasa mengembangkan bahasa dan sastra Bali modern. Ngambilnya ketika itu di Bandung,” katanya.
Selain itu, pada 1954, ia juga sudah pernah mendapatkan hadiah dari Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB), setelah mengarang puisi bertema Kartini.
Kegemarannya pada sastra menurutnya telah ada sejak ia masih kecil. Rumahnya yang dekat dengan Gedong Kirtya merupakan satu alasan mengalir darah seni dalam dirinya.
Pejuang yang bertugas sebagai pasukan Gerakan Rakyat Rahasia Indonesia ini, bahkan telah menyiapkan satu novelit berjudul ”Bintang Den Bukit” yang akan diserahkan kepada Bupati Buleleng saat dilakukan kegiatan rutin setiap HUT Kemerdekaan, yakni tatap muka dengan anggota LVRI Buleleng, pada tanggal 16 Agustus nanti.
Novel ini menceritakan riwayat sejarah pendiri Kota Singaraja, Ki Gusti Anglurah Panji Sakti sampai lahirnya Kota Singaraja. ”Saya buat cerita sejarah ini dalam bentuk novelit agar tidak menjemukan. Nanti akan saya serahkan bupati secara simbolis pada saat acara tatap muka dengan anggota veteran. Dari dulu saya suka sastra, bagi saya itu sudah menjadi tambahan kehidupan saya,” ujarnya.
Selain buku novelit itu, I Gede Dharna juga menyerahkan, beberapa lagu ciptaannya yang sudah lama digaungkan oleh para penyanyi daerah Bali, seperti lagu berjudul Anglurah Panji Sakti, Mars Singa Ambara Raja,maupun Hymne Kabupaten Buleleng.
Selain itu, I Gede Dharna juga sedang menulis cerpen berjudul ”Mokak”.
Sebagai budayawan dan seniman serba bisa, I Gede Dharna menaruh harapan besar kepada generasi muda yang menekuni sastra daerah maupun sastra modern ke depan tetap maju, karena Buleleng melahirkan pelopor sastra modern di Indonesia, yakni AA Panji Tisna. (DN ~ TiR).—
No comments:
Post a Comment
Redaksi DEWATA NEWS menerima komentar terkait artikel yang ditayangkan di DEWATA NEWS . Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Pembaca berhak melaporkan komentar jika dianggap tidak etis, kasar, berisi fitnah, atau berbau SARA. Redaksi DEWATA NEWS akan menilai laporan dan berhak memberi peringatan dan menutup akses terhadap pemberi komentar.
Terimakasih
www.dewatanews.com