Badung, Dewata News.com — Kementerian Pariwisata membuat strategi mendatangkan kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke Indonesia hingga 20 juta hingga 2019. Satu di antaranya dengan pembentukan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) pariwisata.
Frans
Teguh selaku Asisten Deputi Pengembangan Infrastruktur dan Ekosistem Pariwisata
Kementerian Pariwisata pada forum bisnis KEK pariwisata di Hotel Padman, Kuta,
Badung, Jumat (21/08).
Forum
ini mengajak 34 provinsi yang menjadi proyeksi KEK pariwisata, serta diikuti
oleh akademisi, praktisi, dan asosiasi pariwisata. Dengan forum ini, diharapkan
para developer atau investor mempunyai minat mempercepat pembangunan di kawasan
tersebut.
Target
pemerintah dengan kawasan ekonomi ini hampir 100 titik lokasi di seluruh
Indonesia sejak 2015-2019. “Kami sudah mengidentifikasi pemetaan sekitar 222
titik kawasan pariwisata yang bisa didorong karena mempunyai potensi dari
seluruh Indonesia,” katanya.
Hasil forum ada masukan melirik kawasan Bali
Utara dan Karangasem. Alasannya, kawasan Bali Selatan padat akomodasi
perhotelan.
”Bali utara
sudah dilirik, kira-kira untuk tema pariwisata yang cocok adalah echo
tourism, atau marine tourism. Konsep pariwisata ini sebenarnya
sangat kuat untuk Bali, begitu juga Bali barat,” katanya.
Pihaknya
tetap memastikan developer mendorong keterlibatan masyarakat setempat dan
memberikan manfaat seperti tenaga kerja. Dari pembicaraan investor, ada sekitar 3-4
investor telah mengeluarkan signal lampu hijau membangun pariwisata di Bali utara.
“Itu
semuanya harus menjadi mata rantai pengembangan kawasan. Isi kawasan itu tidak
hanya semata-mata hotel, restoran, kafe, merchandise, komunitas, dan
macam-macam. Kami tidak menutup kemungkinan kalau ada kerjasama dengan investasi
asing juga dibuka,” jelasnya.
Disebutkan
pula, skala investasi bervariasi. Ia mencontohkan skala 1 hektare investasi
akan diperlukan sekitar Rp 500 miliar atau Rp1 triliun modal. Namun hal itu
sangat variatif.
Menurutnya,
pembangunan pariwisata ini nantinya harus dipastikan tidak mereduksi, mengubah,
dan menghilangkan fungsi yang telah ada. Terutama kata dia, fungsi konservasi
dan fungsi suci. Bali ada sekitar 10 titik target.
“Misalkan,
ada taman nasional yang mempunyai fungsi konservasi, maka ketika pariwisata
datang ke sana, pihak pengelola harus mempertahankan fungsi konservasi ini
dengan menata kawasannya. Menambah fasilitas yang memperkuat destinasi
pariwisata tanpa merusak lingkungan sekitar," jelasnya. (DN ~ Ant).—
No comments:
Post a Comment
Redaksi DEWATA NEWS menerima komentar terkait artikel yang ditayangkan di DEWATA NEWS . Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Pembaca berhak melaporkan komentar jika dianggap tidak etis, kasar, berisi fitnah, atau berbau SARA. Redaksi DEWATA NEWS akan menilai laporan dan berhak memberi peringatan dan menutup akses terhadap pemberi komentar.
Terimakasih
www.dewatanews.com