Tradisi ”Munjung” ke Setra di Buleleng Masih Ajeg - Dewata News

Breaking News

Gold Ads (1170 x 350)

7/16/15

Tradisi ”Munjung” ke Setra di Buleleng Masih Ajeg



                                                         
Buleleng, Dewata News.com - Umat Hindu di Kota Singaraja, Kabupaten Buleleng, Bali mengunjungi sejumlah "setra" atau kuburan setempat untuk menggelar tradisi "munjung" atau mengunjungi kuburan dengan membawa sesajen seusai melaksanakan persembahyangan di beberapa pura pada Hari Raya Galungan, Rabu.(15/07).

     "Kepercayaan umat Hindu, jasad yang belum diaben arwahnya masih berada di kuburan. Oleh karena itu, saat merayakan hari raya besar seperti Galungan, umat Hindu menggelar tradisi `munjung` untuk mengunjungi kuburan sanak keluarga dengan membawa sesajen," kata Kelian Desa Adat Pakraman Buleleng I Nyoman Sutrisna di Singaraja.    

    Sejumlah kuburan di Singaraja seperti di Desa Pakraman Buleleng yang terletak di Jalan Gajah Mada, Setra Banjar Adat Banjar Tegal, Setra Desa Adat Pakraman Banyumala, Setra Banyuning di Jalan Gempol, dan Setra Desa Pakraman Penarukan, sejumlah umat Hindu menghaturkan sesajen yang disebut "punjung" berupa buah dilengkapi hiasan bunga serta janur.

     "Punjung" yang dibawa, dikhususkan bagi orang yang telah meninggal dan diletakkan di atas gundukan tanah kuburan. Selain mengunjungi kuburan dengan membawa sesajen, mereka juga mendoakan sanak keluarganya yang masih dikubur agar tenang di alam baka.

     Menurut dia, selain membawa sesajen, biasanya sanak keluarga juga membawa makanan kesukaan almarhum yang dihaturkan secara simbolis di atas gundukan tanah.

    Jro Nyoman Sutrisna yang Kadiskanla Kabupaten Buleleng ini menjelaskan, bahwa tradisi "munjung" tersebut disebutkan pula di dalam Lontar Medang Kemulan dan Usana Dewa sebagai salah satu kewajiban umat Hindu yang masih hidup untuk mengunjungi sanak keluarga yang masih dikubur dan belum menjalani ritual ngaben.

    Menurut Sutrisna, di setra Buleleng hanya wewidangan Kaliuntu dan Kampung Baru, Petak, wewidangan Delodpeken, Paketan, Penataran dan Peguyangan serta Baleagung hanya 3 gumuk, Liligundi 5 gumuk.

    Klian Adat Desa Pakraman Buleleng Nyoman Sutrisna menerangkan, tradisi Munjung di Buleleng diperingati bertepatan dengan hari besar keagamaan Hindu. Dikatakan, tradisi Munjung dilakukan turun temurun sejak zaman Mpu Kuturan, yang maknanya sebagai bentuk rasa syukur atas hasil bumi dan dipersembahkan kepada orangtua atau kerabat yang meninggal. 

   “Bersama keluarga, sesaji banten memunjung dipersembahan kepada keluarga atau kerabat yang sudah dikubur di setra. Setelah selesai sembahyang, sesaji lalu dinikmati atau dimakan bersama keluarga,” terangnya.
     Setelah persembahyangan, pantauan Dewata News lebih menarik, karena mereka itu makan beramai-ramai surudan sajen yang dihaturkan. Bahkan, pengalaman tempo doeloe, karena sajen yang dihaturkan sedikit, sehingga membawa makanan lain, baik itu tum siap, tum kebo maupun jukut rambanan

   ”Bersama keluarga sesaji banten memunjung di persembahkan kepada keluarga atau kerabat yang ada di setra. Setelah selesai sembahyang, sesaji lalu dinikmati makanannya bersama keluarga,” jelas Jro.Nyoman Sutrisna. 

   Sementara itu, sejak pagi di hari Buda Kliwon Dungulan sebagai perayaan Galungan, warga masyarakat umat Hindu sudah tampak mendatangi sanggah merajan, maupun dadia hingga Pura Kahyangan Tiga di desa adat masing-masing. Warga masyarakat umat Hindu di Bali, khususnya merayakan upacara Galungan setiap enam bulan menurut kalender Bali.
 
    Klian Adat Desa Pakraman Buleleng, Jro Nyoman Sutrisna mengimbau kepada warga krama agar tetap menghayati tradisi dan nilai-nilai dalam hari raya suci Galungan ini, dengan perbuatan, pikiran, dan perkataan wajib berlandaskan niat baik serta tulus ikhlas. “Melalui pengamalan Tri Kaya Parisudha, Galungan kali ini harus terus bisa dikumandangkan, sehingga bisa selalu memunculkan vibrasi yang sangat positif,” tandasnya. (DN ~*).—

No comments:

Post a Comment

Redaksi DEWATA NEWS menerima komentar terkait artikel yang ditayangkan di DEWATA NEWS . Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Pembaca berhak melaporkan komentar jika dianggap tidak etis, kasar, berisi fitnah, atau berbau SARA. Redaksi DEWATA NEWS akan menilai laporan dan berhak memberi peringatan dan menutup akses terhadap pemberi komentar.

Terimakasih
www.dewatanews.com