Saat Lahir, dari Ubun-ubun Ki Barak Muncul Sinar Merah - Dewata News

Breaking News

Gold Ads (1170 x 350)

7/7/15

Saat Lahir, dari Ubun-ubun Ki Barak Muncul Sinar Merah


                                                
                                                          Topeng Bondres Buleleng Dwi Mekar.
Denpasar, Dewata News.com — Parade Topeng Panca oleh Sanggar Seni Dwi Mekar, Singaraja, Kabupaten Buleleng tampil di PKB XXXVII membawakan kisah Ki Barak Panji Sakti, di kalangan Ratna, Art Centre Denpasar, Minggu (05/07).

    Kisah Ki Barak Panji Sakti mengisahkan tentang seorang anak dari Raja Gelgel, Sri Haji Dalem Sagening dengan seorang palayan dari Desa Panji Den Bukit.

    Sewaktu dilahirkan dari ubun-ubun Ki Barak muncul sinar merah sebagai pertanda kekuatan dan kejayaan di kemudian hari.

     Kemudian beranjak dewasalah ia, kecerdasan dan kepintaran Ki Barak ditakuti oleh raja.
Kemudian ia diutus untuk pulang ke rumah Ibunya bersama sejumlah pasukan. Dalam keseharian di desa ibunya, tiba-tiba ada sebuah kapal yang membuat barang-barang berharga miliki Ki Mpu Awang terdampar di pantai Penimbangan.

    Ki Mpu Awang meminta bantuan kepada Ki Bendesa Gendis, dan ia berjanji barang siapa yang mampu menggerakan kapalnya ke lautan, akan dihadiahkan seluruh isi kapal itu semua

    Namun usaha Ki Bendesa Gendis gagal, datanglah  Ki Barak tanpa ragu-ragu ia mengunus keris pusakanya dan diacungkan kearah kapal. Kapal pun perlahan beranjak kearah laut.

   Melihat hal tersebut Ki Barak di tantang oleh Ki Bendesa Gendis, pertarungan di menangkan oleh Ki Barak. Ki Barak pun memiliki harta berlimpah dan banyak orang menghambakan dirinya hingga ia diangkat menjadi raja bergelar Ki Barak Panji Sakti.
                                                                    I Nyoman Durpa

    Ketua Sanggar Dwi Mekar, I Nyoman Durpa mengutarakan, seluruh pemain Topeng Panca ini merupakan generasi ketiga dari sanggar Dwi Mekar.

   Kelima pemain ini merupakan generasi yang “dipaksakan” olehnya untuk berlatih pementasan format tradisi. Sebab topeng panca menuntun seorang pemainnya harus pintar menari, bernyanyi (metembang), mesatua (bercerita), tatwa dan harus memahami cerita panji serta memahami bahasa kawi.

   “Para pemain saya muda semua, di bawah 40 tahun, Mereka ini saya didik di sanggar dari nol, tapi memang latar belakang mereka adalah orang seni, jadi saya gampang memolesnya. Untuk latihan Topeng Panca ini kita latihan dari 4 bulan yang lalu,” ujarnya. (DN ~*).—

No comments:

Post a Comment

Redaksi DEWATA NEWS menerima komentar terkait artikel yang ditayangkan di DEWATA NEWS . Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Pembaca berhak melaporkan komentar jika dianggap tidak etis, kasar, berisi fitnah, atau berbau SARA. Redaksi DEWATA NEWS akan menilai laporan dan berhak memberi peringatan dan menutup akses terhadap pemberi komentar.

Terimakasih
www.dewatanews.com