Denpasar, Dewata News. Com - Kebaya ingin dipopuperkan kembali sebagai busana bangsa. Tapi, ada tantangan untuk memadukannya dengan trend fashion saat ini. Untuk mendukung hal tersebut, berbagai kegiatan atau event diselenggarakan sebagai wujud untuk memperkenalkan kembali beragam kebaya yang ada. Seperti acara “Pagelaran 100 Kebaya” yang telah dilaksanakan di Gedung Citta Kelangen ISI , Jum’at, (14/5) lalu. Puluhan kebaya dipamerkan dari berbagai macam model hingga paduan warna yang menarik. Karya desainer kondang dipajang di bagian area display. Ada pula karya puluhan nama dari berbagai daerah yang ikut serta.
Beralih ke lantai 1 Gedung Citta Kelangen seminar di buka oleh moderator dan memperkenalkan perwakilan APPMI dan BDA Plus Dina Midiani juga Ali Karisma dari APPMI Bali. Diawali oleh Dina Midiani yang menjelaskan tema dari desain busana saat ini, yaitu Biopop, Humane, Colony, dan Refugium.
Dina menjelaskan Tema Biopop merupakan tema yang ditujukan untuk kelompok yang menyukai teknologi tetapi menggambarkan lebih banyak kegembiraan, karena unsur dari Biopop adalah permainan warna yang cerah.
Sedangkan Humane memanusiakan, memungkinkan manusia untuk memanfaatkan teknologi, dibuat karena Teknologi dan manusia saling berkaitan dan berhubungan tidak hanya memikirikan teknologinya saja tetapi juga manusianya. Tema Humane memiliki kualitas agronomis sehingga orang yang memakainya merasa nyaman dan enak digunakan.
Tema Colony mengacu pada perubahan alam yang berubah-ubah sehingga kelayakan sebagai tempat hidup dipertanyakan. Hal tersebutlah yang menghasilkan ide untuk membuat tema colony. Sedangkan tema Refugium didasarkan pada kondisi darurat yang menuntut manusia memberi keamanan dan kualitas hidup dalam situasi penuh keterbatasan.
Sedangkan Ali Charisma selaku perwakilan dari APPMI Bali menjelaskan bagaimana para pegiat fashion dapat melebarkan sayapnya hingga ke luar negeri. “Hal yang paling penting untuk para desainer agar karyanya dapat digunakan oleh banyak kalangan adalah fokus, jangan sudah bikin kebaya ingin membuat aksesoris, sepatu, tas. Satu dulu di fokusin kalau sudah kuat dengan satu karya baru bisa membuat yang lain,” jelas Ali saat seminar berlangsung.
Busana yang digunakan masyarakat pada dasarnya merupakan gaya hidup, di dalam busana tersebut ada konteks yang membawa satu kelompok, daerah Bali terdapat busana Kebaya yang dipakai untuk upacara adat atau satu kondisi harus sesuai dengan aturan yang sudah ada, hal tersebut merupakan suatu budaya atau jati diri dari satu kelompok tertentu dan ada juga jati diri dari masarakat modern yang berubah terus menerus.
ebaya dalam konteks budaya sudah pasti ada aturan yang harus diikuti, tetapi jika kita melihat kebaya sebagai gaya hidup hal tersebut merupakan tawaran bagi masyarakat urban, masyarakat modern secara global, bukan hanya kelompok masyarakat di Bali saja.
Masyarakat luas atau global banyak juga yang menawarkan gaya, ada yang klasik, feminim, extravagans, minimalis, sporty, dan etnik, hal tersebut merupakan pilihan bagi desainer untuk memilih tema, bagi desainer yang membuatnya harus memilih tipe pemakai yang seperti apa.
Desainer memiliki pilihan saat membuat produk dan harus mengetahui betul pasar yang dipilihnya, peran desainer bagi pemakai produknya untuk menentukan sehingga konsumennya memiliki satu konsep tampilan ekspresi. Diharapkan desainer dapat membantu konsumennya berpakaian sesuai dengan tempatnya.
Hal tersebut dijelaskan Dina pada acara seminar Pagelaran 100 Kebaya yang diadakan karena ketidakpahaman masyarakat menggunakan Kebaya. Banyaknya masyarakat tidak mengetahui Kebaya yang pas dipakai untuk upacara adat di Bali dan untuk pesta yang didatangi.
APPMI dan Indonesia Fashion Week ditunjuk pemerintah sebagai pusat mode di Indonesia, mereka memiliki strategi untuk membuat busana lokal Indonesia dipakai untuk global atau mendunia, dipilihnya Kebaya Dina berharap dapat membawa konsep baru dalam budaya berpakaian Kebaya. Kebaya dapat digunakan untuk santai, kerja, pesta, ataupun jalan-jalan ke Mall.
Tidak hanya Kebaya yang menjadi acuan bagi APPMI, sarung pun dilirik juga “kita membuat gerakan sarong is a new denim, karena Indonesia penghasil banyak sarung dari berbagai daerah, kalau kita dapat mempopulerkan gaya memakai sarung kita bisa menciptakan gaya berpakaian baru, sehingga orang-orang melirik, begitu juga dengan Kebaya, kami berharap sarung dan Kebaya menjadi satu kesinambungan,” Jelas Dina.
Meski akan banyak orang yang berpikir trend memakai sarung akan kembali seperti jaman dulu, APPMI optimis sarung dapat menjadi suatu gaya berpakaian secara global. (DN - SB)
No comments:
Post a Comment
Redaksi DEWATA NEWS menerima komentar terkait artikel yang ditayangkan di DEWATA NEWS . Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Pembaca berhak melaporkan komentar jika dianggap tidak etis, kasar, berisi fitnah, atau berbau SARA. Redaksi DEWATA NEWS akan menilai laporan dan berhak memberi peringatan dan menutup akses terhadap pemberi komentar.
Terimakasih
www.dewatanews.com