Dewata News.com - Presiden
pertama RI Soekarno dimakamkan di Blitar. Lokasi pemakaman di Blitar ini
merupakan keputusan pemerintah Orde Baru di bawah Presiden Soeharto. Padahal,
sewaktu hidup, Bung Karno pernah mengatakan ingin dimakamkan di daerah Priangan
alias Jawa Barat. Dalam 'Bung Karno: Penyambung Lidah Rakyat Indonesia' yang
ditulis Cindy Adams tahun 1965, Bung Karno mengatakan tidak ingin dikubur dalam
kemewahan.
"Saya ingin sekali beristirahat di bawah pohon yang rindang, dikelilingi
pemandangan yang indah, di sebelah sungai dengan air yang bening. Saya ingin
berbaring di antara perbukitan dan ketenangan. Hanya keindahan dari negara yang
saya cintai dan kesederhanaan sebagaimana saya hadir. Saya berharap rumah terakhir
saya dingin, pegunungan, daerah Priangan yang subur di mana saya bertemu
pertama kali dengan petani Marhaen," kata Bung Karno .
Belakangan, Bung Karno mengungkapkan tempat yang memenuhi kriteria itu adalah
sebuah tempat dekat vila miliknya di Batu Tulis, Bogor. Vila itu dibangun Bung
Karno di akhir masa jabatan kepresidennya.
Namun, wasiat itu tidak diindahkan
oleh Soeharto, yang memutuskan memakamkan sang proklamator dengan acara
kenegaraan. Pemimpin Orde Baru itu memilih Blitar. Soeharto beralasan keinginan
keluarga Bung Karno perihal lokasi pemakaman berbeda-beda.
"Andaikata kita serahkan kepada keluarga besar yang ditinggalkannya, maka
saya melihatnya bakal repot," ujar Soeharto dalam ' Soeharto : Pikiran,
Ucapan dan Tindakan Saya' (Dwipayana dan Ramadhan, 1989).
Maka,
kata Soeharto, "Saya memutuskan dengan satu pegangan yang saya jadikan
titik tolak, yakni bahwa Bung Karno sewaktu hidupnya sangat mencintai ibunya.
Beliau sangat menghormatinya. Kalau beliau akan berpergian ke tempat jauh, ke
mana pun, beliau sungkem dahulu, meminta doa restu kepada ibunya. Setelah itu
barulah beliau berangkat."
Atas dasar kedekatan dengan ibu itu, Soeharto akhirnya memakamkan Bung Karno di
Blitar, tak sesuai dengan wasiatnya. Soeharto juga memugar makam Bung Karno ,
hal yang tidak sesuai dengan kesederhanaan yang diinginkan pemimpin revolusi
itu.
Sejumlah sejarawan berpendapat, keputusan sepihak Soeharto soal pemakaman itu
karena dia merasa terlalu berbahaya jika makam Bung Karno terlalu dekat dengan
Jakarta. Stabilitas pusat negara akan terganggu. Rupanya Orde Baru masih takut
dengan kharisma pemimpin besar revolusi ini, bahkan setelah dia mati.
Meski dimakamkan di Blitar, tempat peristirahatan terakhir Bung Karno itu masih
didatangi banyak orang hingga kini. Karena selama Orde Baru seolah dilarang,
maka akhirnya banyak yang menyangka kalau Soekarno lahir di Blitar bukan
Surabaya. (DN~*).-
No comments:
Post a Comment
Redaksi DEWATA NEWS menerima komentar terkait artikel yang ditayangkan di DEWATA NEWS . Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Pembaca berhak melaporkan komentar jika dianggap tidak etis, kasar, berisi fitnah, atau berbau SARA. Redaksi DEWATA NEWS akan menilai laporan dan berhak memberi peringatan dan menutup akses terhadap pemberi komentar.
Terimakasih
www.dewatanews.com