Biksu melakukan pindapata yaitu menerima dana dari masyarakat dan memasukkannya ke dalam mangkuk dalam rangkaian gema Waisak 2010 di Jalan Pemuda, Magelang, Jawa Tengah, Rabu (26/05). |
Dewata News.com - Kelahiran Siddhartha Gautama, calon Buddha,
pencapaian Pencerahan Sempurna Buddha, serta kemangkatan Buddha
diperingati sebagai Trisuci Waisak.
Tiga peristiwa suci itu terjadi pada hari purnama sidi, bulan Waisak,
dengan tahun berbeda-beda: kelahiran calon Buddha tahun 623 SM di
Kapilavasthu, India utara; Pencerahan Sempurna tahun 588 SM di Bodhgaya,
India; dan Buddha mangkat tahun 543 SM pada usia 80 tahun di Kusinara,
India. Hari Trisuci Waisak 2559 tahun ini jatuh pada 2 Juni 2015.
Seluruh umat Buddha di dunia memperingati Trisuci Waisak dengan laku
puja bakti, meditasi, pendalaman dharma ajaran Buddha, serta kegiatan
sosial-budaya Buddhis lain.
Tema Trisuci Waisak 2559 ialah ”Dharma Melindungi yang Melaksanakan”.
Dharma ajaran Buddha meliputi tiga aspek, pelajaran, pelaksanaan, dan
pengalaman. Pelajaran dharma terdapat dalam kitab suci Tripitaka yang
memuat kebenaran dan kemoralan, sedangkan pelaksanaan dharma adalah
praktik kesusilaan (moral), keteguhan pikiran (meditasi), dan
kebijaksanaan dalam kehidupan sehari-hari. Pengalaman dharma merupakan
hasil praktik kesusilaan, keteguhan pikiran, dan kebijaksanaan, yang
berupa lenyapnya penderitaan.
Kesusilaan
Manusia sering mengabaikan hal yang sepatutnya dilakukan. Ia lebih
mengutamakan keberhasilan pencapaian cita-cita atau keinginannya.
Menggantungkan cita-cita setinggi langit memang baik, tetapi lebih baik
lagi jika orang berpikir bagaimana cara yang tepat untuk mencapainya.
Pengabaian cara yang semestinya dilakukan merupakan sikap orang yang
cenderung terpukau pada kesenangan atas keberhasilan semata, dan enggan
bersusah lelah melakukan upaya kebaikan. Padahal, cara pencapaian yang
buruk akan berdampak negatif bagi keberhasilannya.
Kecemasan, kekhawatiran, permusuhan, nama buruk, bahkan kehancuran
rumah tangga akan diperoleh. Sementara cara-cara baik, seperti kerja
keras, rajin, semangat hidup, pantang menyerah, kejujuran, dan kasih
sayang, akan berdampak kenyamanan, kedamaian, nama baik, kepercayaan,
persaudaraan bagi keberhasilannya.
Revolusi mental memerlukan perubahan paradigma mental yang semula
menghalalkan segala cara untuk mencapai cita-cita, menjadi sangat peduli
terhadap cara-cara baik dan tepat demi pencapaian cita-cita. ?Penerapan
moral akan menimbulkan perlindungan bagi orang yang melaksanakannya
sebab ia tidak akan mempunyai pikiran bersalah dan menyesal, bahkan
melindungi orang lain pula dari ancaman dan ketakutan.
Keteguhan pikiran
Selama manusia masih memiliki keadaan pikiran yang serakah, benci,
dan egoistis, kehidupan manusia sangatlah tidak nyaman. Keserakahan
dalam pikiran mendorong niat mencuri, korupsi, berzina, perilaku
asusila, bahkan merusak hutan dan kandungan alam lingkungan hidup.
Adapun kebencian akan mendorong niat orang melakukan kekerasan,
perbuatan sadistis, dan pembunuhan.
Orang yang egoistis akan memiliki pandangan hidup keliru, tidak dapat
membedakan antara benar dan salah, bahkan memiliki pandangan eksklusif
dan tidak toleran. Revolusi mental dapat terlaksana jika orang mau
mengubah kondisi pikirannya yang semula dipenuhi keserakahan, kebencian,
dan keegoistisan, kemudian beralih menjadi pikiran yang memiliki
kepedulian, cinta kasih, dan kebersamaan dalam hidup bermasyarakat.
Penerapan meditasi akan mengubah pikiran menjadi tidak lagi serakah,
tetapi gemar memberi. Tidak lagi membenci, tetapi penuh welas asih, dan
tidak lagi egoistis, tetapi inklusif serta toleran. Pikiran seperti itu
akan menimbulkan perlindungan bagi seseorang dan orang di sekitarnya.
Orang-orang akan merasa nyaman hidup bersama.
Kebijaksanaan
Ada orang yang menganggap bahwa kebahagiaan hidup hanyalah semata
kebahagiaan materi, atau dengan terpenuhinya kenikmatan indriawi.
Pemahaman kebahagiaan hidup seperti itu akan menimbulkan pemujaan
terhadap kekayaan materi dan kenikmatan indria sebagai suatu kebahagiaan
tertinggi. Apakah memang benar bahwa itulah kebahagiaan tertinggi?
Untuk menjawab pertanyaan itu, perlu sekali dipahami adanya hal-hal
hakiki yang berlangsung dalam kehidupan.
Ia yang memahami ketidakkekalan, ketiadapuasan, dan ketiadaan ego
akan mengerti bahwa segala sesuatu akan berakhir. Segala sesuatu tidak
dapat memenuhi kepuasan secara terus- menerus dan segala sesuatu tidak
dapat diatur sesuai kehendaknya. Bahkan dirinya sendiri saja akan
mengalami hal-hal seperti itu juga, maka hidup ini hanyalah proses yang
terus berlangsung sesuai pola sebab akibat.
Manusia dapat turut berperan memengaruhi proses kehidupan, apakah
akan memuliakan atau menghancurkan kehidupan. Revolusi mental memerlukan
pemahaman terhadap hakikat hidup berupa proses terjadinya segala
sesuatu secara terus-menerus disertai pola sebab-akibat yang berlaku.
Penerapan kebijaksanaan berupa pemahaman hakikat hidup itu akan
memunculkan sikap bersahaja/sederhana secara wajar dalam hidup
sehari-hari. Sikap itulah yang membuat setiap orang merasa nyaman dan
tidak menimbulkan pertentangan dengan orang lain.
Selamat Hari Trisuci Waisak 2559/2015. Marilah umat Buddha membuat
perlindungan bagi diri sendiri ataupun bagi masyarakat, bangsa, dan
negara dengan cara melaksanakan kebenaran dharma. Revolusi mental
merupakan gerakan hidup baru yang berlandaskan pada pelaksanaan
kesusilaan, keteguhan pikiran, dan kebijaksanaan.
Semoga revolusi mental ini dapat mengantarkan kehidupan bangsa dan
negara kita maju, sejahtera, serta damai. Semoga Tuhan Yang Maha Esa
selalu melindungi. Semoga semua makhluk hidup berbahagia. (DN~*).-
No comments:
Post a Comment
Redaksi DEWATA NEWS menerima komentar terkait artikel yang ditayangkan di DEWATA NEWS . Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Pembaca berhak melaporkan komentar jika dianggap tidak etis, kasar, berisi fitnah, atau berbau SARA. Redaksi DEWATA NEWS akan menilai laporan dan berhak memberi peringatan dan menutup akses terhadap pemberi komentar.
Terimakasih
www.dewatanews.com