Buleleng, Dewata News.com — Umat Hindu di Kota Singaraja, Kabupaten Buleleng, Bali memadati sejumlah "setra" atau kuburan setempat untuk menggelar tradisi "mujung" atau mengunjungi kuburan dengan membawa sesajen seusai melaksanakan persembahyangan di beberapa pura.
”Kepercayaan umat Hindu, jasad yang belum diaben arwahnya masih berada
di kuburan. Oleh karena itu, saat merayakan hari raya besar seperti Pagerwesi,
umat Hindu menggelar tradisi `munjung` untuk mengunjungi kuburan sanak keluarga
dengan membawa sesajen,” kata Kelian Banjar Adat Pakraman Banjar Tegal Jro
Mangku Putu Santra.
Kegiatan ”munjung” seperti yang dilakukan warga masyarakat ini pada hari
raya Pagerwesi, setelah melaksanakan persembahyangan, baik di pura keluarga
maupun pura yang ada di wilayah desa adat setempat. Kegiatan ini tidak saja
terpantau di pekuburan adat Banjar Adat Pakraman Banjar Tegal di Jalan Sudirman
maupun pekuburan adat Desa Adat Pakraman Buleleng di Jalan Gajahmada, tapi
tampak ramai dan khusuk warga yang mengunjungi Taman Makam Pahlawan Curasrhana
di Jalan Pahlawan, Singaraja.
”Punjung" dalam bentuk sesajen berisi buah, bunga, dan janur yang
dibawa khusus bagi orang yang telah meninggal dan diletakkan di atas gundukan
tanah pekuburan. Anggota keluarga yang masih
hidup wajib mendatangi kuburan keluarganya yang hingga saat ini belum dikremasi
sesuai dengan keyakinan ajaran agama Hindu.
Selain
mengunjungi kuburan dengan membawa sesajen, mereka juga mendoakan sanak
keluarganya yang sudah meninggal. Biasanya sanak keluarga juga membawa makanan
kesukaan almarhum yang dihaturkan secara simbolis di atas pusara sebagai bentuk
penghormatan kepada ruh anggota keluarga yang telah tiada.
”Jasad yang belum diaben, arwahnya
masih berada di kuburan. Sehingga secara tradisi, diberikan sesajen dan makanan
saat Galungan," ucap Jro Mangku Putu Santra.
Sementara itu, sejak pagi di hari Buda Kliwon Sinta sebagai perayaan
Pagerwesi, warga masyarakat umat Hindu sudah tampak mendatangi sanggah merajan,
maupun dadia hingga Pura Kahyangan Tiga di desa adat masing-masing. Warga masyarakat umat Hindu di Bali, khususnya merayakan upacara Pagerwesi setiap
enam bulan menurut kalender
Bali. Perayaan dilaksanakan, tiga hari setelah hari Saraswati.
Seperti diketahui, Pagerwesi memperingati hari dimana pertempuran kuno antara
kejahatan itu baik dan diyakini telah berjuang. Kata
"Pagerwesi" berarti "pagar besi", dan mencerminkan
tujuan acara penting ini: itu adalah hari
untuk memperkuat benteng seseorang melawan kejahatan. Korelasi antara Pagerwesi dan Saraswati adalah
bahwa pengetahuan adalah begitu
kuat, sehingga harus
dilindungi dari pengaruh buruk.
”Pagerwesi, Hari mengingatkan orang-orang untuk menjadi bijaksana dan lebih
sadar akan fungsi dan daya pengetahuan,”
kata Kelian Banjar Adat Banjar Adat Pakraman Banjar Tegal, Jro Mangku Putu
Santra disela-sela kesibukannya melakukan persembahyangan.
Ia mengungkapkan, makna Hari
Pagerwesi adalah ditujukan utk menyembah dan memuja Hyang Pramesti Guru, beliau
juga disebut sang maha guru (guru dari para pendeta (Brahmana).
Tujuan merayakannya, menurut Kelian Banjar Adat Pakraman Banjar Tegal ini, adalah untuk memagari diri dari berbagai gangguan energi negatif. ”Selamat Hari Raya Pagerwesi buat masyarakat Hindu, mari pagari diri dan bentengi diri kita dari berbagai energi2 yg tidak baik secara spiritual dan jasmaniah sehingga tercipta aura yg terang dan tebal didiri kita dari segala godaan duniawi,” imbuhnya.(DN~*).—
No comments:
Post a Comment
Redaksi DEWATA NEWS menerima komentar terkait artikel yang ditayangkan di DEWATA NEWS . Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Pembaca berhak melaporkan komentar jika dianggap tidak etis, kasar, berisi fitnah, atau berbau SARA. Redaksi DEWATA NEWS akan menilai laporan dan berhak memberi peringatan dan menutup akses terhadap pemberi komentar.
Terimakasih
www.dewatanews.com