Tajen atau Tabuh Rah sebagai Tradisi Adat Budaya Umat Hindu di Bali - Dewata News

Breaking News

Gold Ads (1170 x 350)

5/10/15

Tajen atau Tabuh Rah sebagai Tradisi Adat Budaya Umat Hindu di Bali

Buleleng, Dewata News.com   Tajen adalah  suatu permainan adu ayam atau sabung ayam dengan mengikatkan taji pada kaki ayam itu serta mengadunya, sebagai salah satu bentuk hiburan yang disertai taruhan uang. Taruhan uang itu sendiri adalah judi atau dyuta, sedang menyebabkan matinya ayam/mahluk untuk kesenangan semata-mata didalam ajaran Agama Hindu dinamai Himsa Karma yang tidak baik dilakukan oleh setiap orang yang berusaha untuk mengamalkan Dharma.

      Tabuh Rah atau tabuh getih adalah taburan darah binatang utnuk persembahan dalam upacara Agama (Panca Yadnya) sebagaimana yang telah ditetapkan dalam Tattwa-Tattwa tentang mpulutuk bebanten (sesaji) dan beberapa Prasasti Bali Kuno. Tentang Tabuh Rah ini sesungguhnya rakyat telah memaklumi dan melaksanakan sebagaimana mestinya, akan tetapi kadangkala pengertian Tabuh Rah disamakan saja dengan pengertian Tajen, sehingga lama-kelamaan sukar dibedakan mana yang Tabuh Rah dan mana yang disebut Tajen.                                                
    
Dalam Tabuh Rah bukan Himsa Karma karena disini adalah Himsa yang diperkenankan untuk Upacara Agama (upacara Yadnya) sebagaimana ditentukan dalam Pustaka Suci Wreti Sesana yang bunyinya sebagai berikut : 

          “Kunang pwa wwang, yan makedon dharma, tan dosa ika, ndya tang himsaka makedon dharma, ring amatiani sarwa sato makedon ginawe Caru ring Dewapuji tan dosa sira yan samangkana”.

        Adapun artinya adalah bahwa seseorang yang membunuh binatang untuk persembahan Caru dan Panca Yadnya tidaklah berdosa. Jadi walaupun Himsa adalah dosa yang besar, tetapi Himsa itu dapat dilakukan untuk keperluan Dharma, yaitu keperluan Agama, bersedekah untuk Dewa Puja (Persembahan terhadap Dewa), Pitra Puja (Persembahan terhadap roh leluhur), Athitipuja (untuk persembahan atau disuguhkan kepada tamu) dan lain-lainnya seperti  yang telah ditentukan dalam Lontar Silakrama           
    Selain itu, untuk Tabuh Rah ini dilengkapi pula dengan upacara/sesajen tertentu dengan doa pujanya yang bermaksud bermohon kepada Hyang Widhi Wasa agar roh binatang yang dijadikan upakara yadnya tersebut mendapat tempat yang baik di sunia loka (mantram patika wenang) dan doa agar dikemudian hari kalau ia akan menjelma kembali ke dunia ini, dapat menjelma dalam keadaan yang lebih baik daripada sebelumnya, oleh karena matinya itu dalam beryadnya dan berperang  atau perang satha. (DN~*).—



No comments:

Post a Comment

Redaksi DEWATA NEWS menerima komentar terkait artikel yang ditayangkan di DEWATA NEWS . Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Pembaca berhak melaporkan komentar jika dianggap tidak etis, kasar, berisi fitnah, atau berbau SARA. Redaksi DEWATA NEWS akan menilai laporan dan berhak memberi peringatan dan menutup akses terhadap pemberi komentar.

Terimakasih
www.dewatanews.com