Sejak Balita Ditinggal Ortu, Kadek Sudiarsana Pemenang Sains Kelas Dunia - Dewata News

Breaking News

Gold Ads (1170 x 350)

5/21/15

Sejak Balita Ditinggal Ortu, Kadek Sudiarsana Pemenang Sains Kelas Dunia

Pemenang Sains Kelas Dunia Ini Sejak Balita Ditinggal Orangtua                                                                  Kadek Suarsana                                                              
Buleleng, Dewata News.com - Dua siswa SMAN Bali Mandara di Sanih, Kubutambahan, Buleleng, Singaraja, I Kadek Sudiarsana dan I Dewa Gede Arya Palguna, berhasil mengharumkan nama Bali di mata dunia.

   Betapa tidak. Sudiarsana dan Palguna mendapatkan penghargaan sains kelas dunia, Intel International Science and Engineering (ISEF) 2015 yang diadakan di Pittsburg, Pennsylvania, Amerika Serikat, tanggal 10-15 Mei 2015 lalu.

     Mereka meraih peringkat ke-4 dalam bidang ilmu material dan matematika. Keduanya berhasil meraih penghargaan bergengsi itu setelah melakukan penelitian pengembangan motif kain gringsing di Desa Tenganan, Kabupaten Karangasem, Bali.

     Penelitian ini berawal dari kajian Sudiarsana yang meneliti kondisi sosial budaya yang ada di Tenganan.
Dari situ, siswa kelas XII IPS ini tertarik mengembangkan motif kain gringsing yang menjadi kain tenun khas Tenganan.

    Bersama Palguna, siswa kelas XII IPA, yang ahli di bidang Matematika, Sudiarsana mengembangkan motif kain gringsing.

     Motif kain ini sebelumnya sangat monoton karena sangat sakral dan tidak boleh sembarangan diutak-atik.
Akibatnya sulit laku di pasaran. Dari ratusan Kepala Keluarga (KK) di Tenganan, kini hanya tersisa 15 KK yang masih menekuni kerajinan kain gringsing.

     “Itu yang melandasi kami mengembangkan motif ini. Kami sebelumnya sudah izin ke warga setempat dan sambutannya cukup positif,” kata Sudiarsana melalui telepon seluler dalam perjalanan menuju Bali, Selasa (19/05).

     Sudiarsana mengaku tidak menyangka hasil penelitiannya itu bisa meraih penghargaan dalam ajang internasional. Terlebih mereka harus bersaing dengan peserta dari 78 negara.

      “Kami tidak menyangka bisa meraih seperti ini. Tetapi kami berdua sebelumnya sudah optimistis untuk dapat meraih prestasi maksimal. Rasanya bangga sekali dan bersyukur bisa mengharumkan nama bangsa,” ujarnya.

     Sudiarsana lahir pada 19 Juni 1996 di sebuah desa terpencil, Banjar Dinas Kanginan, Desa Selumbung, Kecamatan Manggis, Karangasem.  Mulai balita ia sudah tidak pernah merasakan hangatnya kasih sayang orangtua. Ayahnya meninggal ketika usianya baru tiga bulan, sedangkan ibunya memilih meninggalkannya ketika usianya satu tahun.

      Semenjak saat itu sampai sekarang, ia tinggal bersama kakeknya, I Nengah Miarta, serta neneknya, Ni Wayan Rinta, dan seorang pamannya, I Nyoman Yasa. “Saya sudah yatim piatu sejak kecil. Kalau di desa saya tinggal bersama kakek, nenek, dan paman yang bekerja sebagai petani,” ucapnya.

     Ia pun mempersembahkan prestasinya itu untuk kakek dan neneknya yang setia merawatnya meski sudah renta. Selain itu, juga kepada masyarakat Bali dan Indonesia pada umumnya.

     “Sampai sekarang kakek dan nenek masih belum tahu. Saya belum sempat pulang ke rumah untuk mengabarkan secara langsung. Kalau melalui telepon di sana daerahnya hutan dan susah sinyal. Lagi dua hari saya ingin pulang ke rumah,” katanya.

     Dikatakan, kini ia menjalin kerjasama dengan pengrajin tenun di Gianyar untuk mengembangkan motif kain gringsing yang dikembangkannya. Ini setelah mereka difasilitasi istri Gubernur Bali, Ayu Pastika.

      “Nanti inginnya divariasi lagi hasil temuan kami, nanti lebih baik biar bisa diproduksi tenun. Temuan kami ini kan motifnya memiliki filosofi yang menggambarkan Desa Tenganan dengan empat pintu,” ujar Sudiarsana.
                                                                    
     Wakil Kepala Sekolah Kurikulum sekaligus pembina penelitian kedua siswa ini, I Wayan Agustiana mengatakan, keberhasilan Sudiarsana dan Palguna meraih penghargaan tingkat internasional setelah melalui rangkaian panjang selama setahun.


     Menurutnya, kedua siswanya itu memiliki motivasi yang sangat besar untuk berprestasi. “Karakternya sangat bagus sehingga mereka mampu bersaing sampai tingkat internasional. Di SMAN Bali  Mandara, siswa tidak hanya belajar secara materi saja, tetapi kami juga mendidik bagaimana mereka mampu secara inovatif dan mampu menciptakan sesuatu dengan banyak cara,” ujar Agustiana.

     Sudiarsana dan Palguna yang sebentar lagi akan menamatkan SMA setelah menjalani Ujian Nasional sudah tidak risau lagi untuk melanjutkan studi di perguruan tinggi.
 
     Sudiarsana telah diterima kuliah di Fakultas Hukum Universitas Gajah Mada Yogyakarta, sedang Palguna telah diterima di Fakultas MIPA Institut Teknologi Bandung. Keduanya lolos melalui jalur SNMPTN. Anak yatim ini pun sudah punya cita-cita tinggi. Dia tak ingin menjadi guru, dosen, atau peneliti.

     "Terus terang saya ingin menjadi gubernur Bali," katanya saat diwawancara Kompas.com seusai acara audiensi dengan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan, Senin (18/05) di Jakarta.

      Dengan menjadi gubernur, ia ingin meningkatkan pendidikan masyarakat Bali, sehingga bisa bersaing di dunia kerja.  Sudiarsana yang semasa SMA mendapatkan beasiswa dari Pemerintah Provinsi Bali ingin agar dana pendidikan bisa dinikmati lebih luas oleh rakyat Bali.

      Sudiarsana mengungkapkan, menjadi gubernur Bali, juga merupakan salah satu cara baginya untuk mengembalikan hal-hal yang diberikan oleh Pulau Dewata untuk dirinya, mulai dari alam hingga kesempatan memperoleh beasiswa.
Gubernur Pastika berbincang dengan siswi SMAN Bali Mandara.
       Gubernur Bali Made Mangku Pastika mengatakan SMAN Bali Mandara sebagai sekolah unggulan bagi siswa miskin berprestasi milik pemprov setempat akan diperluas pengembangannya ke dua kabupaten yakni Bangli dan Karangasem.
 
     Menurut dia, dipilihnya Kabupaten Bangli dan Karangasem untuk lokasi pengembangan SMAN Bali Mandara karena di sana merupakan kantong-kantong kemiskinan. (DN~*).-


No comments:

Post a Comment

Redaksi DEWATA NEWS menerima komentar terkait artikel yang ditayangkan di DEWATA NEWS . Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Pembaca berhak melaporkan komentar jika dianggap tidak etis, kasar, berisi fitnah, atau berbau SARA. Redaksi DEWATA NEWS akan menilai laporan dan berhak memberi peringatan dan menutup akses terhadap pemberi komentar.

Terimakasih
www.dewatanews.com