Buleleng,
Dewata News.com — Peninggalan
bersejarah berupa Candi Buddha yang ada di Desa Kalibukbuk Lovina
Singaraja, masih minim sosialisasi dan promosi wisatawan domestik maupun
mancanegara. Sebab, potensi wisata budaya dan edukasi pendidikan sejarah ini,
minim sarana informasi sejarah candi, sehingga berujung terhadap sepinya
pengunjung.
Keberadaan Candi Buddha, tampak asri setelah mengalami sejumlah
pemugaran di bagian pagar penyengker, dan tiga buah stupa candi. Berdiri di
atas lahan tanah seluar 8 are, 3 buah bangunan candi terbuat dari bahan bata
merah, dan difungsikan sebagai tempat pemujaan simbol Siwa Buddha. Berdasarkan
cerita di masyarakat, dahulu terdapat penemuan dari penggalian sumur di lokasi
pendirian candi oleh warga sekitar.
Kemudian sumur justru semakin jebol, dan
terlihat dasar bangunan candi di dasar permukaan. Warga kemudian mencari tahu,
dan mendapati kendi, dan benda-benda kuno unik berisi tulisan sansekerta.
Peneliti akhirnya melakukan peninjauan, dan memungar, hingga berdiri tegak 3
buah candi.
“Peninggalan Candi Buddha ini, dari tahun
1979 ditemukan, dan pemugaran dilakukan Tahun 2014 sampai 2009. Konon ketika
diresmikan, pemerintah saat itu menjadikan candi Buddha sebagai objek kunjungan
pariwisata, dan religius khususnya umat Siwa Buddha,” ujar Nyoman Witana (53),
penjaga candi Buddha Kalibukbuk, Minggu (10/05).
Menurutnya, pihaknya tidak mengetahui
persis, yang berwenang sebagai pengurus candi Buddha, termasuk perawatannya.
Diakuinya, sebelumnya padahal Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Bali
Wilayah Kerja Provinsi Bali, NTB dan NTT, sudah memasang plang papan nama, yang
bertuliskan Departemen Kebudayaan dan Pariwisata Cagar Budaya Candi Buddha
Kalibukbuk.
Namun sayangnya, Candi Buddha ini malah
tidak seramai kunjungan wisatawan di Lovina. Menurutnya juga, sepinya
pengunjung ini, diakibatkan minimnya aktivitas, dan kantor sumber informasi
penjelasan asal mula candi ini berdiri.
Witana juga menambahkan, kegiatan pemugaran akan
dilanjutkan kembali. Sebab, pagar asli daripada candi Buddha Kalibukbuk ini
belum ditemukan hingga dekade tahun ini. “Masih akan ada pemugaran di sini,
karena pagar aslinya katanya belum ditemukan. Sering ada aktivitas
persembahyangan umat Hindu, di sini setiap Purnama dan Tilem, dan odalannya
bertepatan dengan hari Raya Saraswati,” tandasnya. (DN~*).—
No comments:
Post a Comment
Redaksi DEWATA NEWS menerima komentar terkait artikel yang ditayangkan di DEWATA NEWS . Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Pembaca berhak melaporkan komentar jika dianggap tidak etis, kasar, berisi fitnah, atau berbau SARA. Redaksi DEWATA NEWS akan menilai laporan dan berhak memberi peringatan dan menutup akses terhadap pemberi komentar.
Terimakasih
www.dewatanews.com