Buleleng, Dewata News.com – Sejumlah warga pengungsi dari pemukiman dekat Pura Gubug di sekitar Danau Tamblingan, masih mencari penghasilan dengan menyewakan pedau kepada pengunjung luar Buleleng, ketika hendak melakukan aktivitas foto prewedding. Harga sewa pedau mencapai Rp300 ribu sampai Rp350 ribu per pedau, untuk aktivitas fotography.
“Saya masih menyewakan pedau, karena rumah sudah
hancur, dan saya mengungsi ke rumah saudara,” ujar Komang Asih ketika dijumpai di pinggir danau Tamblingan, Jumat (01/05).
Warga pengungsi lainnya yakni Kadek Alan
menuturkan, sehari-hari dirinya bekerja sebagai pencari ikan, dan
menyewakan pedau. Pihaknya mengeluhkan, rencana Bupati Buleleng yang
akan memberikan bantuan tanah di lokasi lain kepada warga. Sebab
menurutnya, dirinya bersama warga lainnya, saat menerima tanah di lokasi
lain, secara otomatis akan meninggalkan pekerjaannya sehari-hari,
sebagai penyewa pedau atau pencari ikan.
“Keseharian kami hanya mencari ikan,
atau menyewakan pedau. Kalau bantuan tanah atau bedah rumah di Munduk,
lalu bagaimana saya bekerja di danau. Waktu mau relokasi, kasur saya juga
ikut terbakar, aparat sudah baik, tetapi masa tidak bisa dikendalikan
itu yang bakar rumah,” jelasnya.
Ketika dikonfirmasi, Kepala Dinas Sosial
Buleleng Gede Komang menegaskan, pihaknya saat ini sudah menyiapkan
bantuan berupa, pakaian untuk anak-anak di sekitar pemukiman Pura Gubug,
yang rumahnya terbakar saat kejadian relokasi, yang dilakukan ratusan
warga Catur Desa.
"Sudah kami siapkan bantuan pakaian untuk anak-anak
dan orangtua, yang rumahnya ikut terbakar. Kami juga sudah verifikasi 7
KK penerima bantuan bedah rumah, dan tanah masing-masing 2 are. Bantuan
bedah rumah rencananya akan dianggarkan sekitar Juli atau September
nanti,” tandas Gede Komang.
Sementara itu, sejumlah
SKPD dilingkup Pemkab Buleleng, melakukan aksi penanaman pohon
cemara secara serentak, di Desa Munduk, Kecamatan Banjar, sebagai usaha
konservasi melindungi lingkungan alam di sekitar kawasan Danau
Tamblingan.
Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan
Buleleng Ketut Nerda mengatakan, banyaknya tanaman yang mati, karena
tanpa dirawat, membuat kawasan Tamblingan menjadi tidak asri. Bahkan
diakuinya, kawasan itu merupakan penyuplai air terbesar di Bali,
sehingga pertumbuhan tanaman di kawasan tersebut, harus diutamakan.
“Kami rencanakan akan menanam sebanyak
200 pohon cemara, di sekitar danau Tamblingan. Berikutnya mendekati
musim hujan Oktober – Desember, kami akan sesuaikan tanaman sesuai
kebutuhan bibit,” ungkapnya, Rabu lalu. (DN~*).--
No comments:
Post a Comment
Redaksi DEWATA NEWS menerima komentar terkait artikel yang ditayangkan di DEWATA NEWS . Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Pembaca berhak melaporkan komentar jika dianggap tidak etis, kasar, berisi fitnah, atau berbau SARA. Redaksi DEWATA NEWS akan menilai laporan dan berhak memberi peringatan dan menutup akses terhadap pemberi komentar.
Terimakasih
www.dewatanews.com