Jembrana,
Dewata News.com — Pura Perancak
juga memiliki aspek kesejarahannya tersendiri. Ialah Danghyang Nirartha yang
berasal dari Blambangan, Jawa Timur, yang berperan besar dan erat kaitannya
dengan Pura Perancak ini.
Alkisah, sampailah Danghyang Nirartha di kawasan Jembrana, dengan
membawa serta istri dan keluarganya yang lain. Danghyang Nirartha yang
merupakan seorang Brahmana Hindu terkemuka kemudian banyak mengamalkan ilmunya
kepada masyarakat setempat. Kala itu, penguasa di Jembrana bernama I Gusti
Ngurah Rangsasa terkenal sebagai pemimpin yang lalim dan sewenang-wenang kepada
rakyatnya.
Sampailah pada suatu hari dimana Danghyang Nirartha menemui I Gusti Ngurah di purinya (sebagian masyarakat menyebutnya pura). Kemudian I Gusti Ngurah meminta bersembahyang dan bersujud didepannya laiknya rakyat kepada pemimpinnya. Pada awalnya, Danghyang Nirartha menolak. Namun karena terus dipaksa, akhirnya beliaupun menuruti keinginan Gusti Ngurah.
Namun keanehan segera terjadi. Ketika Danghyang Nirartha yang merupakan
sosok alim dan berilmu linuhung (tinggi) hendak bersembahyang di pura tersebut
tiba-tiba batu yang tengah diduduki oleh I Gusti Ngurah pun pecah. Sontak semua
yang ada ditempat itupun ketakutan, termasuk juga I Gusti Ngurah sendiri.
Maka, karena menganggap bahwa dirinya telah kalah secara wibawa dan ilmu
maka I Gusti Ngurah kemudian memutuskan untuk meninggalkan tempat tersebut dan
bertapa di suatu daerah sampai ajal menjemputnya. Pasca meninggalnya I Gusti
Ngurah, masyarakat setempat kemudian membangun sebuah pura bernama Pura Ratu
Gede Rangsasa yang dimaksudkan untuk menghormati berbagai jasa dan kenangan
selama hidupnya.
Tak hanya itu, untuk menghormati jasa-jasa Danghyang Nirartha,
masyarakat pun membangun sebuah pura yang berlokasi di sekitar bekas puri
kediaman I Gusti Ngurah dengan diberinama Pura Encak atau Pura Perancak.
Struktur
Pura
Pada dasarnya Pura Perancak ini memiliki tiga halaman yakni Nista
Mandala, Madya Mandala dan juga Utama Mandala. Di halaman pertama atau Nista
Mandala terdapat sekitar 8 buah bangunan pelinggih yang diantaranya Pelinggih
Padmasana yang difungsikan sebagai tempat untuk melaukan sembahyang kepada
Sanghyang Widhi Wasa, Pelinggih Meru Tumpang Tiga yang difungsikan untuk
memberikan penghormatan kepada jasa-jasa Danghyang Nirartha yang telah banyak
mengajarkan tentang agama Hindu kepada penduduk setempat. Selain itu, ada juga
bangunan pelinggih lainnya yang hanya bisa dijumpai kalau menyempatkan diri
mengunjungi Pura Perancak yang sangat bersejarah dan bernilai filosofis tinggi
ini. (DN~*).—
No comments:
Post a Comment
Redaksi DEWATA NEWS menerima komentar terkait artikel yang ditayangkan di DEWATA NEWS . Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Pembaca berhak melaporkan komentar jika dianggap tidak etis, kasar, berisi fitnah, atau berbau SARA. Redaksi DEWATA NEWS akan menilai laporan dan berhak memberi peringatan dan menutup akses terhadap pemberi komentar.
Terimakasih
www.dewatanews.com