Sikapi Berkembangnya HIV/AIDS, Gubernur Imbau Masyarakat Jauhi Kafe Remang-Remang - Dewata News

Breaking News

Gold Ads (1170 x 350)

4/1/15

Sikapi Berkembangnya HIV/AIDS, Gubernur Imbau Masyarakat Jauhi Kafe Remang-Remang

Buleleng, Dewata News.com — Salah satu program dari Pemprov Bali di tahun 2013 dan 2014 yang dianggap belum maksimal adalah upaya penanggulangan penularan HIV/AIDS. Salah satu faktor penyebab cepatnya penyebaran penyakit HIV/AIDS di Bali adalah banyaknya kafe-kafe liar atau kafe remang-remang yang beroperasi sampai ke pelosok-pelosok desa.

     Menyikapi permasalahan penyakit masyarakat atau pekat itu, Gubernur Bali Made Mangku Pastika mengimbau masyarakat luas untuk menjauhi kafe remang-remang.

    “Sepertinya penyebab penyebaran HIV/AIDS di Bali bukan hanya pariwisata, tetapi banyaknya kafe-kafe liar, makanya saya himbau kesadaran masyarakat untuk hati-hati hindari kafe-kafe tersebut” tegas Pastika pada suatu waktu bertemu Dewata News di Singaraja.

    Pastika memaparkan lebih dari 20 persen PSK yang beroperasi di Bali, sudah terinfeksi HIV/AIDS dan jumlah ini yang baru diketahui. akan tetapi dari yang tidak terdeteksi biasanya lebih besar.

    Pastika meminta masyarakat juga tidak mengunjungi tempat-tempat yang ditengarai sebagai tempat beroperasi para PSK seperti, Padang Galak, Jalan Danau Poso Sanur, jalan danau Tempe, Blanjong, Gunung Lawu Nusa Dua, Terminal Pesiapan Tabanan, Bungkulan Singaraja.

   Selanjutnya Pastika juga meminta wartawan untuk menulis nama tempat-tempat tersebut sebagai tempat para PSK beroprasi di media masing-masing agar bisa dihindari masyarakat. Gubernur berharap dengan berkurangnya pelanggan, sehingga suatu hari tempat tersebut bisa menjadi bersih.

    “Sesuai hukum pasar, dengan berkurangnya permintaan maka penawaranpun akan berkurang” ungkap Pastika.

     Untuk melakukan tindakan, Pastika minta untuk para awak media menandai tempat-tempat yang sudah pasti diketahui tempat operasi PSK, agar pemerintah bisa menutupnya.

     Sementara itu, penyebaran penyakit mematikan HIV/AIDS, di Kabupaten Buleleng kembali mencuat, dengan ditemukannya 42 kasus baru pengidap penyakit HIV pada bulan Januari 2015. Data yang diupgrade Dinas Kesehatan Kabupaten Buleleng menunjukkan peningkatan yang sangat siginifikan dari kalkulasi total pengidap  pada Desember 2014 sebanyak 2.251 menjadi 2.293 pada Januari 2015.

     ”Kami mendapat laporan terakhir dari Dinas Kesehatan Kabupaten Buleleng , bahwa ada 42 pengidap HIV yang baru terdeteksi. Dari jumlah tersebut, jelas menunjukkan peningkatan yang sangat signifikan. Fenomena gunung es itu masih terus bergulir,” kata Koordinator Yayasan Citra Usadha Indonesia (YCUI) Buleleng Ricko Wibawa di Singaraja, Rabu (01/04).
   
                    Ricko Wibawa
Menurut dia, jumlah pengidap baru penderita HIV itu masih data mentah dan akan diidentifikasi tiga bulan mendatang. Mereka dinyatakan positif setelah menjalani tes darah. ”Untuk katagori umurnya, kami belum tahu, karena untuk proses identifikasi harus menunggu tiga bulan ke depan,” jelasnya tentang virus yang menyerang kekebalan tubuh itu.

      Ricko yang juga Konselor, pendamping Odha ini menambahkan, denghan jumlah peningkatan penemuan kasus baru yang mencapai angka 42 kasus dalam satu bulan, hal tersebut sudah melampaui rata-rata penemuan kasus pengidap HIV/AIDS, di tahun 2014.

     Dari data yang ada, total penderita penyakit HIV/AIDS, tahun 2014 tercatat 2.251 orang yang dikalkulasikan sejak tahun 1999.

     Selama tahun 2014 lalu, tercatat sebanyak 348 kasus baru dan jika dirata-ratakan mencapai 42 kasus per bulan. Pengidap penderita HIV/AIDS ini’pun sudah mulai menyerang usia produktif dan dari jumlah tersebut, terinci 14 kasus diderita oleh pengidap berusia 15 - 19 tahun, 121 kasus menjamah usia 20 - 29 tahun. Sedangkan 122 kasus merambah pada usia 20 – 29 tahun, serta sisanya 91 kasus menimpa usia 40 tahun ke atas.

     Selaku Koordinator YCUI Buleleng, Ricko Wibawa khawatir jumlah tersebut akan terus berkembang dan tidak dapat dikendalikan tanpa adanya upaya pencegahan dan membangkitkan kesadaran dari masyarakat sebagai pelaku utama.

     ”Upaya pencegahan tidak cukup dari pemerintah semata menggalakkan program pemberantasan  HIV/AIDS, tanpa didukung oleh masyarakat itu sendiri. Paling tidak masyarakat bisa berpartisipasi mengikuti tes VCT, sehingga jika memang terdeteksi positif, dapat melakukan tindakan penanganan lebih dini,” tegas Ricko Wibawa. (DN~*).—

No comments:

Post a Comment

Redaksi DEWATA NEWS menerima komentar terkait artikel yang ditayangkan di DEWATA NEWS . Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Pembaca berhak melaporkan komentar jika dianggap tidak etis, kasar, berisi fitnah, atau berbau SARA. Redaksi DEWATA NEWS akan menilai laporan dan berhak memberi peringatan dan menutup akses terhadap pemberi komentar.

Terimakasih
www.dewatanews.com