Melirik Penghasil Buah Mangga Dua Rasa di Desa Depeha - Dewata News

Breaking News

Gold Ads (1170 x 350)

4/8/15

Melirik Penghasil Buah Mangga Dua Rasa di Desa Depeha

 Buah mangga dua rasa Depeha 

Buleleng, Dewata News.com — Kabupaten Buleleng sejak dahulu dikenal sebagai daerah yang menghasilkan buah-buahan. Sejumlah buah lokal Bali seperti manggis, durian, anggur, dan mangga banyak dihasilkan oleh petani di Bali Utara. Khusus mangga, desa penghasilnya hampir tersebar di sembilan kecamatan.

     Namun secara khusus di Desa Depeha, Kecamatan Kubutambahan dikenal sebagai sentra penghasil buah mangga. Bukan karena produksinya yang banyak, namun mangga di desa ini memiliki percampuran dua rasa. Bahkan, atas keunggulan mangga dari Depeha ini mampu tembus di pasar luar negeri (LN).

     Berdasarkan data, perkebunan mangga menjadi komuditas andalan dari kabupaten di belahan Utara pulau Bali. Dari catatan produksi di tahun 2014 yang lalu, total produksi mangga di Buleleng sebanyak 27.711 ton. Rinciannya, Kecamatan Tejakula sebanyak 3.364 ton,  Kecamatan Kubutambahan - 7.958 ton, Kecamatan Sawan -  987 ton, Kecamatan Buleleng - 835 ton, Kecamatan Sukasada - 3.026 ton, Kecamatan Banjar - 2.270 ton, Kecamatan Seririt - 3.213 ton, Kecamatan Busungbiu - 97 ton, dan Kecamatan Gerokgak produksinya tercatat 5.962 ton.

    Dari total produksi mangga tersebut, sebagian besar pemasarannya di pasar lokal di Bali. Untuk pasar di Bali jenis hampir semua jenis mangga seperti golek, lalujiwa, harum manis, manalagi, dan mangga jenis lain laku keras. Hanya harganya berfluktuasi tergantung dari situasi pasar. Sedangkan khusus untuk pasar eksport, jenis yang dicari hanya mangga harum manis. Mangga jenis ini banyak dihasilkan oleh petani di Desa Depeha, Kecamatan Kubutambahan.

      Kepala Dinas Pertanian dan Pertenakan (Distanak) Buleleng Nyoman Swatantra didampingi Kepala Bidang (Kabid) Produksi Hortikultura, I Gede Sebudi mengatakan, mangga harum manis yang dihasilkan di Desa Depeha ini tidak sama dengan yang dihasilkan di desa lain dan bahkan di daerah lain di luar Bali.

    Keunggulan itu terletak campuran dua rasa pada daging buahnya. Campuran rasa itu adalah manis dan masam (kecut). Campuran dua rasa ini yang banyak dicari oleh produsen mangga terutama di luar negeri seperti Singapura dan Timor Tengah. “Kalau di daerah lain, rasanya hanya manis saja, sehingga kurang diminati. Tapi kalau mangga di Depeha itu rasa manis bercampur dengan rasa agak kecut, dan ini kualitas mangga ini banyak dicari,” katanya.

Mangga Depeha
   Selain perpaduan dua rasa tersebut, lanjut Swatantra, mangga harum manis dari Depeha memiliki keunggulan lain, yakni tekstur daging yang tebal dan halus dan biji yang kecil. Tak hanya itu, keunggulan lainnya adalah mangga ini memiliki daya tahan setelah paska panen yang relatif lebih lama. Rata-rata mangga yang sudah matang setelah panen akan bertahan sampai satu minggu.

    Tentusaja kelebihan seperti ini membuat produksi mangga Depeha yang sudah dikenal ini semakin diminati dan bisa bersaing dengan produksi mangga di luar derah, seperti mangga dari Probolinggo, Jawa Timur (Jatim). “Bagaimanapun kelebihan dari kualitas ini sangat membantu kami untuk bisa lebih banyak lagi memasarkan produksi mangga bisa ke luar negeri,” imbuhnya.

    Di sisi lain, Swatantra mengatakan, kemampuan Buleleng dalam memasarkan mangga Depeha ke luar negeri ternyata masih mengalami hambatan serius. Selama ini perusahaan eksportir mangga belum ada yang beroperasi di Buleleng atau di daerah lain di Bali. Tentu saja kondisi ini menyulitkan petani atau pengepul mangga di Buleleng untuk memasarkan lebih banyak lagi mangga Buleleng ke luar negeri.

    Situasi ini pun memaksa produksi mangga Depeha yang akan dieksport ke luar negeri harus bergabung dengan produksi mangga di Probolinggo, Jatim. Hal ini karena hanya di Probolinggo yang baru ada perusahaan eksportir mangga. Kondisi ini sedikit mengkhawatirkan kalau produksi mangga Depeha ini justru diakui sebagai mangga Probolinggo.

     Untuk memecahkan persoalan ini, Distanak Buleleng mengharapkan kepada pemilik modal (investor) bisa berpartisipasi dalam mengelola potensi perkebunan mangga, sehingga pemasaran bisa lebih luas dan memberikan keuntungan yang lebih besar dibandingkan dengan yang sudah dilakukan saat ini.

    “Ini sebenarnya peluang bagi perusahaan yang tertarik menjadi eksportir mangga sangat kami tunggu. Kalau terus harus bergabung dengan produksi mangga Probolinggo, takutnya nama mangga Depeha itu akan diakui dan jelas Buleleng sebagai penghasil mangga itu dirugikan,” jelas Nyoman Swatantra. (DN~TiR).—

No comments:

Post a Comment

Redaksi DEWATA NEWS menerima komentar terkait artikel yang ditayangkan di DEWATA NEWS . Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Pembaca berhak melaporkan komentar jika dianggap tidak etis, kasar, berisi fitnah, atau berbau SARA. Redaksi DEWATA NEWS akan menilai laporan dan berhak memberi peringatan dan menutup akses terhadap pemberi komentar.

Terimakasih
www.dewatanews.com