Gede Dharna dengan "Jaga Ragamu"
Buleleng,
Dewata News.com — Koordinator DSB,
Gede Artawan mengatakan, ternyata pada akhirnya terbukti bahwa sastra modern
tidak dimarginalkan, karena pegiat sastra dengan komunitas sastra yang ada di
Buleleng, termasuk teman-teman dari Denpasar punya komitmen untuk tetap
mengalir – berkarya.
”Kami bersyukur DSB selama 18 tahun masih tetap eksis diikuti komunitas
sastra lainnya menjaga tungku apresiasi sastra yang terus mengalir ditengah
masyarakat. Itu sebagai bukti, bahwa sastra di Bali Utara tetap berdenyut,”
ungkap Artawan saat melaporkan sekitar gelar Pentas Tetaer & Apresiasi Sastra
Jiwaku Bersamamu Singaraja memperingati HUT ke-411 Kota Singaraja tahun 2015 di
Panggung terbuka Kumarastana, Pramuka, Sabtu (28/03) malam.
Malah
dalam sebuah diskusi, lanjut Doktor Sastra Undiksha ini, Ngurah Parsua
mencanangkan Singaraja tidak saja sebagai Kota Pendidikan, juga Kota Sastra.
Kenapa? Gede Artawan memaparkan, selama ini Singaraja dijadikan sebagai
barometer denyut sastra modern.
Koordinator DSB Gede Artawan
”Singaraja melahirkan seniman sastra Panji
Tisna, disusul Putu Wijaya yang mengaku Singaraja sebagai kota ke dua setelah
Tabanan,di samping Kirjomulyo dan lainnya. Karena itu, sudah layak Singaraja
menuju Kota Sastra, entah kapan tapi pegiat sastra modern terus mengalirkan
karya-karyanya,” tegas Artawan.
Deklamator Desy membuka Pentas Teater & Apresiasi Sastra malam itu
dengan puisi ’’Manusia Perkasa” Ngurah Parsua. Kemudian disusul oleh sepuh
budayawan yang juga diantara Trio DSB, Gede Dharna dengan puisi ciptaannya “Jaga
Raga” menyapu rintik hujan malam itu.
Selanjutnya komunitas sastra Puntung Rokok, maupun komunitas sastra
Mahima yang langsung dipimpin Kadek
Sonia Piscayanti,
maupun komunitas sastra Teater Seribu Jendela kampus bawah.
Ngurah Parsua yang kelahiran Desa Bondalem,
Kecamatan Tejakula, sebagai seniman legendaris secara khusus hadir dalam Pentas
Teater dan Apresiasi Sastra ”Jiwaku Bersamamu Singaraja”, di samping Ketut Syahruwardi Abbas
asal Pegayaman, Kecamatan Sukasada serta Nuryana dari Denpasar. Di samping itu, keturunan Panji Tisna, Agung Brawida secara khusus melantunkan Singa Buldog.
Rencananya malam itu Putu Satriya Koesuma yang Koordinator Komunitas
Film di Buleleng menampilkan film Wajah Bali dalam Puisi tapi karena ada
kerusakan teknis, sehingga dramawan ini mengajak penikmat sastra yang hadir
berperan gerak teater dengan sebaris kata yang spontan diucapkan. Pada akhirnya
Made Tirthayasa, yang juga salah satu Trio DSB menutup Pentas Teater &
Apresiasi Sastra malam itu dengan puisi Singaraja. (DN~*).—
No comments:
Post a Comment
Redaksi DEWATA NEWS menerima komentar terkait artikel yang ditayangkan di DEWATA NEWS . Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Pembaca berhak melaporkan komentar jika dianggap tidak etis, kasar, berisi fitnah, atau berbau SARA. Redaksi DEWATA NEWS akan menilai laporan dan berhak memberi peringatan dan menutup akses terhadap pemberi komentar.
Terimakasih
www.dewatanews.com