Tari Legong asal Bali. (sumber: Patar Sembiring) |
Jakarta, Dewata News.com — Menandai dua dekade berdiri, Bengkel Tari Ayu Bulan menggelar pagelaran tari "Kemilau Legong" di Goethe Institute, Jakarta, Minggu (30/11). Sekitar 200-an pengunjung memenuhi tempat yang dihias dengan dekorasi serta wewangian khas Bali tersebut. Bukan sekadar meramaikan perayaan tahun ke-20 komunitas pecinta tari Legong pagelaran tari tersebut dihelat juga untuk menunjukkan kemegahan tarian klasik asal Bali itu.
”Legong adalah puisi tari yang berakar dari tarian kuno Gambuh dan
tarian sakral Sanghyang. Ia kemudian menjelma menjadi salah satu tarian klasik
khas Bali,” kata pendiri Bengkel dan Studio Tari AyuBulan, Bulantrisna
Djelantik, ditemui di sela-sela pagelaran.
Perempuan yang akrab dipanggil Biyan Bulan itu merupakan salah satu
pakar tari Legong di Indonesia. Ia bersama grup tari Bengkel Tari AyuBulan
telah memperkenalkan tarian Legong ke berbagai daerah, baik dalam maupun luar
negeri.
Menurut Biyan Bulan, tari Legong merupakan tarian sakral yang dihadirkan
di setiap acara ritual adat. Tarian Legong diketahui setidaknya 22 jenis tarian
berbeda, yang saat ini hanya tersisa 12 jenis.
”Masyarakat luas lebih mengenal tarian Legong keraton dibandingkan jenis
tarian Legong lainnya. [Komunitas dan pagelaran ini dihelat karena] kami ingin
membangkitkan kembali sekaligus memperkenalkan jenis tari Legong yang lain agar
tidak punah,” kata Ketua Panitia "Kemilau Legong", Putri Minangsari.
Pertunjukan tari yang berlangsung selama dua jam ini menampilkan tarian
drama Smaradahana yang bercerita mengenai kedukaan di kahyangan.
Sedangkan tiga jenis tarian non-drama yang ditampilkan, yaitu Tari
Legong Kupu-kupu carum yang menceritakan kehidupan singkat penuh manfaat dari
seekor kupu-kupu. Tari Legong Kuntir yang mengisahkan perkelahian dua ksatria
kakak beradik Subali dan Sugriwa dalam cerita Ramayana dan Tari Legong Kuntul
yang menggambarkan sekawanan burung kuntul. (DN~Maya Martini).—
No comments:
Post a Comment
Redaksi DEWATA NEWS menerima komentar terkait artikel yang ditayangkan di DEWATA NEWS . Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Pembaca berhak melaporkan komentar jika dianggap tidak etis, kasar, berisi fitnah, atau berbau SARA. Redaksi DEWATA NEWS akan menilai laporan dan berhak memberi peringatan dan menutup akses terhadap pemberi komentar.
Terimakasih
www.dewatanews.com