Ketua Perbarindo Bali, Ketut Wiratjana |
Buleleng, Dewata News.com — Ketua Perhimpunan Bank Perkreditan Rakyat Indonesia (Perbarindo) Bali Ketut Wiratjana menyatakan, ”pejuang” perbankan di Bali tidak khawatir dalam menghadapi persaingan global, seperti MEA tahun 2020 mendatang.
”Menyikapi MEA itu, setiap harus melakukan pelatihan terhadap sumber
daya manusia (SDM) yang ada dan merupakan tanggungjawab Perbarindo Bali melaksanakan
sertifikasi ini, baik kepada direksi maupun SDM lainnya diperbankan
bersangkutan. Selain itu, para pengelola perbankan harus dilengkapi IT yang
memadai, di samping permodalan,” kata Ketua Perbarindo Bali, Ketut Wiratjana di
Singaraja, Senen (16/02).
Ketut Wiratjana yang terpilih kembali secara aklamasi sebagai Ketua Perbarindo
Bali untuk periode yang kedua, 2014-2018 pada
Musda ke-9 akhir Januari 2015 lalu mengatakan, sesuai dengan program
pengurus baru adalah mengarahkan anggota untuk melaksanakan Peraturan Otoritas
Jasa Keuangan (OJK) No.20/2014 tentang tingkat kesehatan BPR.
Dirut Bank Indra ini mengungkapkan, untuk mendorong perkembangan BPR di
masa mendatang, pihaknya akan mengajak anggota memenuhi syarat permodalan
minimum serta prinsip good corporate
governance (GCG).
Ilustrasi Permodalan perkuat perbankan. |
Diharapkan, setiap BPR memiliki modal inti sampai dengan tahun 2019
minimal Rp4 miliar bagi yang berada di wilayah zona I, sementara BPR yang ada
di wilayah zona II minimal Rp6 miliar, wilayah zona IV Rp8 miliar dan wilayah
zona IV, seperti di kota metropolitan Jakarta minimal Rp14 miliar. ”Tapi bagi
BPR yang baru wajib mengikuti syarat permodalan minimum serta GCG itu mulai
beroperasi,” imbuhnya.
Ia yakin, dari 137 BPR yang ada di seluruh Bali mampu untuk memenuhi
syarat permodalan minimum serta GCG tersebut. Terkait kesiapan permodaan itu,
PT BPR Indra Singaraja terbaik pertama di Kabupaten Buleleng, dan terbaik kedua
di Bali,. Setelah PT BPR Lestari, Badung.
"Karena itu, kami mengajak semua anggota
melakukan perubahan dan pembenahan ke dalam guna memudahkan penyaluran dana ke
masyarakat khususnya sektor UMKM," jelasnya.
Dia menambahkan Perbarindo Bali akan menekankan anggota terlibat aktif
dalam program edukasi dan literasi keuangan. BPR, lanjutnya, harus bisa merubah
pemikiran masyarakat jika mereka dijamin Lembaga Penjaminan Simpanan (LPS) dan
suku bunga yang dijamin lebih tinggi dari bank umum.
OJK Perwakilan Bali mencatat hingga akhir Desember 2014, total dana
pihak ketiga (DPK) mencapai Rp5,7 triliun, tumbuh 15,17% dibandingkan akhir
2013. Kredit yang disalurkan senilai Rp7 triliun, naik 17,99% dari periode sama
tahun sebelumnya dengan rasio dana terhadap kredit (LDR) sebesar 81,14%.
Sementara total aset, meningkat 18,89% dibandingkan dengan akhir 2013.
BPR Indra menyadari bahwa faktor Sumber Daya Manusia (SDM)
merupakan aset terpenting dan menjadi prioritas utama dalam investasi perusahaan.
|
PT BPR Indra Singaraja, termasuk BPR lainnya di tahun 1988 minimal
memiliki modal plus cadangan Rp50 juta, ternyata hingga akhir Januari 2015
memiliki asset mencapai Rp457 miliar. Dari total nilai asset sebesar itu, jelas
Dirut Bank Indra ini, dihimpun dari dana masyarakat dalam bentuk tabungan Rp152
miliar dan deposito Rp305 miliar.
Dirut PT BPR Indra Singaraja, Ketut Wiratjana ini juga memaparkan, sudah
membuka kantor cabang di Jalan Raya Sempidi, Badung, di samping 6 Kantor Kas
yang tersebar di Jalan Raya Kerobokan, Kuta, Seririt, Lovina, Sangsit, Kubutambahan serta
Tejakula Kabupaten Buleleng. (DN~TiR).—
No comments:
Post a Comment
Redaksi DEWATA NEWS menerima komentar terkait artikel yang ditayangkan di DEWATA NEWS . Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Pembaca berhak melaporkan komentar jika dianggap tidak etis, kasar, berisi fitnah, atau berbau SARA. Redaksi DEWATA NEWS akan menilai laporan dan berhak memberi peringatan dan menutup akses terhadap pemberi komentar.
Terimakasih
www.dewatanews.com