Bangunan berbentuk Candi
Buddha peninggalan sejarah abad IX di wilayah Desa Kalibukbuk, Buleleng, Bali
diresmikan oleh Dirjen Sejarah dan Purbakala Kementerian Kebudayaan dan
Pariwisata Republik Indonesia pada tanggal 24 Mei 2009. Peresmian itu sebagai
tanda telah selesainya aktivitas pemugaran yang dilakukan oleh Balai
Pelestarian Peninggalan Purbakala Bali, NTB, NTT.
Candi Buddha Kalibukbuk yang berada di kawasan pariwisata Lovina ini,
merupakan salah satu peninggalan purbakala yang menjadi bukti telah
berkembangnya agama Buddha di Bali Utara, khususnya Buleleng pada abad IX.
Bentuk pondasi segi delapan Candi sangat unik dengan bahan bata yang
disebut bata Majapahit. Jika dari Kota Singaraja, lokasi tersebut sekitar 12 km
ke arah barat dikawasan pariwisata Lovina.
Sesuai Undang-Undang RI No.5 Tahun 1992 tentang Cagar Budaya, Candi
Buddha Kalibukbuk dapat dimanfaatkan oleh masyarakat untuk kepentingan agama,
social, pengetahuan, pendidikan, kebudayaan dan pariwisata.
|
Rombongan berjumlah sekitat 60 orang dari Vihara Buddha Sakyamuni Denpasar
sempat berkunjung ke lokasi Candi Buddha di Desa Kalibukbuk, Buleleng, Bali Utara
|
Penemuan Situs Budha Kalibukbuk
kali pertama dilaporkan oleh pemilik Hotel Angsoka di Lovina pada tahun 1991
ketika penggalian tanah untuk pembuatan kolam yang secara tidak sengaja
menemukan beberapa fragmen stupika yang sebagian telah dihancurkan oleh
pekerjanya karena ketidaktahuan tentang artefak tersebut. Artefak yang tersisa
dan berhasil diselamatkan berjumlah 80 buah stupika, 18 buah materai, dan 3
buah relief. Temuan tersebut kini disimpan di Balai Arkeologi (Balar) Denpasar.
Pada tahun 1994, Balar Denpasar
melakukan ekskavasi untuk kali pertama di Candi Buddha Kalibukbuk yang jaraknya
sekitar 800 meter ke arah selatan dari Hotel Angsoka tempat penemuan puluhan
stupika dan berhasil mengungkap struktur candi batubata. Ekskavasi yang
dilakukan oleh Balar Denpasar berlanjut hingga tahun 2000 tersebut berhasil
mengungkap keseluruhan struktur candi yang terdiri atas satu buah candi induk
segidelapan di tengah dan dua buah candi perwara berbentuk bujursangkar di sisi
timurlaut dan baratdayanya. Temuan selain struktur antara lain: kereweng,
stupika, uang kepeng, tulang binatang, keramik, relief gana, relief sulur,
relief gajah, susunan batu andesit dan fragmen emas.
Setelah meninjau bangunan Candi
Buddha, mereka melakukan doa bersama, mereka melihat sekitar bangunan. Dalam
kesempatan itu juga, mereka berbincang dengan pengelola AA Ngurah Sentanu yang
juga adalah penemu dari reruntuhan Candi tersebut. Rombongan mendapat
penjelasan, bagaiman liku-liku pengalamannya sejak lebih dari 50 tahun (sejak
1960),sehingga akhirnya menemukan puing
bekas bangunan abad IX~X.
Sumur tua membuka misteri
1994 ~ Tumpukan bata berukuran lebih besar dari biasa tersusun rapi di
dalam sumur, kurang lebih 2 meter dibawah permukaan tanah. Terdapat juga
sejumlah stupika tanah bermeterai.
Pada tahun 2004, Balai Pelestarian
Peninggalan Purbakala (dahulu bernama Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala)
Pejeng melakukan penggalian penyelamatan yang bekerjasama dengan Universitas
Udayana dan Universitas Gadjah Mada.
Penggalian tersebut membuka 20
kotak dengan hasil mengupas ketiga struktur candi serta temuan lainnya berupa
harmika, kemuncak, chattra, yasthi, keramik, gerabah, ladam kuda, arang, tulang
serta kerang.
Secara keseluruhan Candi Buddha Kalibukbuk hanya ditemukan dasar candinya
saja, sedang badan dan atap candi tidak dapat direkonstruksi secara jelas
karena pada saat penemuan sudah hancur dan rusak. Candi Budha Kalibukbuk
terdiri atas tiga bangunan utama, yaitu satu buah candi induk dan dua candi
perwara di sisi timurlaut dan baratdayanya.
Candi Induk atau Utama berbentuk
segidelapan dengan diameter 8 m dan panjang tiap sisinya 3 meter. Di
tengah-tengah dasar candi terdapat struktur batu andesit yang menjari ke
delapan arah mata angin. Diperkirakan terdapat satu buah bilik atau ruangan
candi pada bangunan utama ini.
Hal tersebut diperkuat oleh temuan fitur berupa lantai dari tanah merah
(batubata yang dihaluskan) pada tengah candi dan tangga masuk di sebelah
tenggara. Pada badan candi kemungkinan terdapat relief-relief budha, gana,
gajah, padma dan sulur-sulur yang dipahatkan pada setiap sisi dinding dengan
batas bingkai (frame). Keseluruhan bentuk tersebut ditemukan pada saat
penggalian, baik oleh Balar Denpasar maupun BP3 Pejeng.(*).--
Tulisan berjudul Candi Budha, mengenai Penemuan Situs Budha Kalibukbuk tetapi kok dibelokkan, dengan tulisan: kali pertama dilaporkan oleh pemilik Hotel Angsoka di Lovina. Kemudian dalam keterangan foto ditulis: AA Ngurah Sentanu yang juga adalah penemu dari reruntuhan Candi tersebut. Penulisan bisa kacau begitu??
ReplyDelete