|
Illustrasi Kansai International Airport merupakan bandara pertama di Jepang
yang dibangun di tengah laut dalam bentuk seperti pulau buatan.
|
Denpasar,
Dewata News.com — Usulan Menteri
BUMN, Rini M.Sumarno membangun bandara di atas laut di wilayah Bali Utara
diperkirakan akan membutuhkan dana yang sangat fantatis. Tidak
tanggung-tanggung dana yang perlu disiapkan membangun Nandara Internasional
Buleleng (BIB) di atas laut, minimal bisa mencapai Rp15 triliun.
”Dari kaca mata sebagai orang Bali, jangan lagi dibangun perluasan
bandara di Ngurah Rai, karena akan jauh lebih baik jika dibangun di Bali Utara,
karena aka lebih menguntungkan bagi masyarakat Bali,” kata pakar pembangunan
bandara, Ir. Putu Rasjmawan,MAP di Denpasar, Sabtu (21/02).
Namun, ia mengisyaratkan masih perlu kebijakan G to G antar Negara,
karena banyak investor seperti India dan Cina yang tertarik menanamkan modalnya
untuk membangun bandara di Bali Utara.
Projec Director Management Konstruksi Proyek Pengembangan Badara I Gusti
Ngurahy Rai ini menjelaskan, idealnya harus ada 2 runway di Bandara Ngurahg Rai
dan ekonomis sangat sulit dilakukan, karena untuk membangun lagi satu runway
sepanjang 3.200 meter akan butuh dana sekitar Rp5 triliun untuk kapasitas terminal
5 juta penumpang per tahun.
Karena itu, Putu Rasjmawan berpendapat akan lebih baik dana terebut
diarahkan untuk membangun bandara baru di atas perairan seperti di airport
Nagasaki, Jepang yang renwaynya berada di tengah laut.
”Meskipun diakui, bandara di atas laut akan membutuhkan biaya sangat
tinggi, namun setelah jadi akan menjadi stilumuls perekonomian baru bagi
masyarakat,” kata Rasjmawan.
Lebih lanjut digambarkan untuk mebangun bandara di atas laut perlu
dikaji dampak teknis, termasuk dari sisi ekonomis dan social budayanya. Apalagi
Bali Utara juga butuh modal transportasi
yang memadai dengan membangun jalan laying atau MRT untuk kereta listrik cepat
sebagai penghubung bandara di Bali Utara dan Selatan.
Secara terpisah Pengamat Pembangunan, Ir.Made Dauh Wijana ,MM mengakui,
pembangunan bandara di atas laut jauh lebih baik, karena tidak menghabiskan
lahan, sehingga tanah produktif tetap dipertahankan dan tidak mengurangu ruang
gerak masyarakat.
”Di atas laut juga memudahkan operasional take off dan landing pesawat,
sehingga lebih aman. Apalagi untuk mencari lahan banyak di Bali Utara sangat
sulit dilakukan. Bandara di atas laut menjadi pilihan terbaik sepanjang ada
jaminan dan secara kajian tidak merusak lingkungan atau biota laut tidak akan
punah,” kata mantan Anggota Komisi III DPRD Bali ini.
Dari sisi konstruksi yang menyangkut soal biaya, menurut Dauh Wijana,
bisa dipertimbangkan oleh pemerintah untuk menyiapkan dana tersebut. Namun,
yang terpenting dari sisi alam dan lingkungan bisa diselamatkan, terutama
menyangkut daerah resapan air agar tidak berkurang hanya untuk pembangunan
bandara baru. (DN~*).—
Lanjutkan.... masyarakat buleleng menanti..
ReplyDelete