Bangun Bandara di Atas Laut Perlu Rp15 Triliun - Dewata News

Breaking News

Gold Ads (1170 x 350)

2/23/15

Bangun Bandara di Atas Laut Perlu Rp15 Triliun

Illustrasi Kansai International Airport merupakan bandara pertama di Jepang 
yang dibangun di tengah laut dalam bentuk seperti pulau buatan.

Denpasar, Dewata News.com — Usulan Menteri BUMN, Rini M.Sumarno membangun bandara di atas laut di wilayah Bali Utara diperkirakan akan membutuhkan dana yang sangat fantatis. Tidak tanggung-tanggung dana yang perlu disiapkan membangun Nandara Internasional Buleleng (BIB) di atas laut, minimal bisa mencapai Rp15 triliun.

 
     ”Dari kaca mata sebagai orang Bali, jangan lagi dibangun perluasan bandara di Ngurah Rai, karena akan jauh lebih baik jika dibangun di Bali Utara, karena aka lebih menguntungkan bagi masyarakat Bali,” kata pakar pembangunan bandara, Ir. Putu Rasjmawan,MAP di Denpasar, Sabtu (21/02).

    Namun, ia mengisyaratkan masih perlu kebijakan G to G antar Negara, karena banyak investor seperti India dan Cina yang tertarik menanamkan modalnya untuk membangun bandara di Bali Utara.

     Projec Director Management Konstruksi Proyek Pengembangan Badara I Gusti Ngurahy Rai ini menjelaskan, idealnya harus ada 2 runway di Bandara Ngurahg Rai dan ekonomis sangat sulit dilakukan, karena untuk membangun lagi satu runway sepanjang 3.200 meter akan butuh dana sekitar Rp5 triliun untuk kapasitas terminal 5 juta penumpang per tahun.

    Karena itu, Putu Rasjmawan berpendapat akan lebih baik dana terebut diarahkan untuk membangun bandara baru di atas perairan seperti di airport Nagasaki, Jepang yang renwaynya berada di tengah laut.

   ”Meskipun diakui, bandara di atas laut akan membutuhkan biaya sangat tinggi, namun setelah jadi akan menjadi stilumuls perekonomian baru bagi masyarakat,” kata Rasjmawan.

    Lebih lanjut digambarkan untuk mebangun bandara di atas laut perlu dikaji dampak teknis, termasuk dari sisi ekonomis dan social budayanya. Apalagi  Bali Utara juga butuh modal transportasi yang memadai dengan membangun jalan laying atau MRT untuk kereta listrik cepat sebagai penghubung bandara di Bali Utara dan Selatan.

   Secara terpisah Pengamat Pembangunan, Ir.Made Dauh Wijana ,MM mengakui, pembangunan bandara di atas laut jauh lebih baik, karena tidak menghabiskan lahan, sehingga tanah produktif tetap dipertahankan dan tidak mengurangu ruang gerak masyarakat.

    ”Di atas laut juga memudahkan operasional take off dan landing pesawat, sehingga lebih aman. Apalagi untuk mencari lahan banyak di Bali Utara sangat sulit dilakukan. Bandara di atas laut menjadi pilihan terbaik sepanjang ada jaminan dan secara kajian tidak merusak lingkungan atau biota laut tidak akan punah,” kata mantan Anggota Komisi III DPRD Bali ini.

    Dari sisi konstruksi yang menyangkut soal biaya, menurut Dauh Wijana, bisa dipertimbangkan oleh pemerintah untuk menyiapkan dana tersebut. Namun, yang terpenting dari sisi alam dan lingkungan bisa diselamatkan, terutama menyangkut daerah resapan air agar tidak berkurang hanya untuk pembangunan bandara baru. (DN~*).—

1 comment:

  1. Lanjutkan.... masyarakat buleleng menanti..

    ReplyDelete

Redaksi DEWATA NEWS menerima komentar terkait artikel yang ditayangkan di DEWATA NEWS . Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Pembaca berhak melaporkan komentar jika dianggap tidak etis, kasar, berisi fitnah, atau berbau SARA. Redaksi DEWATA NEWS akan menilai laporan dan berhak memberi peringatan dan menutup akses terhadap pemberi komentar.

Terimakasih
www.dewatanews.com