69 Tahun PWI, Kebebasan Pun Berduka Oleh : Made Tirthayasa* - Dewata News

Breaking News

Gold Ads (1170 x 350)

2/9/15

69 Tahun PWI, Kebebasan Pun Berduka Oleh : Made Tirthayasa*

Made Tirthayasa (pemred Dewata News)

Hari Ini, tanggal 9 Pebruari 2015 disaat semua sahabat, teman bersuka cita menyambut Hari Ulang Tahun (HUT) ke-69 Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), Indonesia kembali dihadapkan soal kisruh Komisi Pemberantasa Kosupsi (KPK) vs Polri.

      Presiden Jokowi yang menggelindingkan Indonesia Hebat  memang hebat. Polri dan KPK hebat, dan Negara akan menjadi hebat  Dengan kisruh KPK vs Polri ini, kebebasan pun berduka.

     Disebut Kebebasan’pun Berduka, karena konflik antara KPK dan Polri itu sangat fatal. Itu kemunduran dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia.

     Karena itu, sudah semestinya kisruh antara dua institusi penegak hukum itu dihindari. "Sudah selayaknya konflik ini diselesaikan secepatnya.”   

     Presiden Jokowi harus segera melakukan tindakan untuk menyelesaikan konflik tersebut. Hanya Jokowi yang bisa menyelesaikan masalah ini. Kalau KPK dan Polri konflik seperti ini para koruptor yang bahagia, mereka nyanyi, di sana senang di sini senang.

     Sementara dari situasi soal kisruh KPK ~ Polri ini, insan pers tidak boleh menciptakan konflik dengan terlibat dalam kegaduhan yang terjadi di tanah air.

    Harapan senada juga disampaikan Ketua Dewan Pers, Bagir Manan yang semestinya disambut oleh jajaran pers di Indonesia. Karena pers harus menjadi sarana informasi yang baik bagi masyarakat. Bukan sebaliknya, pers menjadi alat kekuasaan karena berlindung dibalik bergelimangnya materi yang diterima sang penguasa.

     
Dalam tradisi pers demokratis, pers bisa membuka peluang diskusi secara bebas tetapi tidak boleh menciptakan kontradiksi dan konflik. Pers harus mendorong untuk hal yang lebih baik.

     Ungkapan yang selama ini dikenal di kalangan insan pers bahwa “bad news is a good news” sudah tidak relevan lagi. Sebab, sebuah berita yang buruk bisa dijadikan peringatan agar seseorang lebih waspada akan tetapi hal tersebut bukan hal yang prinsipal. Pers harus berprinsip “good news is a good news” meskipun “bad news” harus diketahui orang supaya waspada.
.
    Harus diakui, bahwa Indonesia tidak menganut kebebasan pers yang sebebas-bebasnya. “Batas pers di Indonesia adalah kebebasan pers orang lain. Kalau ada media yang tidak bertanggungjawab dalam pemberitaan, akan ada konsekuensinya. Pers di sini menghormati norma agama, azas praduga tidak bersalah sehingga kalau melanggar bisa kena pidana.”

     Karena itu, saya sependapat pada peringatan Hari Pers Nasional 2015 ini mengusung tema besar “Kemerdekaan Pers dari Rakyat untuk Rakyat” dengan subtema “Pers Sehat, Bangsa Hebat” yang artinya bahwa HPN bukanlah eksklusif milik masyarakat pers di tanah air, melainkan adalah milik seluruh bangsa Indonesia.

     Mari tingkatkan profesikonalisme Pers Indonesia dan Bersatulah Bangsaku. Dirgahayu PWI pada HUT ke-69 dan Hari Pers Nasional (HPN) tahun 2015.

* Pemred Dewata News

1 comment:

  1. Media sdh banyak jadi alat kekuasaan/politik hitam krn pers juga ingin berkuasa dibidang pemberitaan......yang ujung2 nya duit......kita bisa lihat dr unsur dan bentuk beritanya.....bahkan ada isu berkembang kayak wartawan plat merah dan musuh pemerintah.

    ReplyDelete

Redaksi DEWATA NEWS menerima komentar terkait artikel yang ditayangkan di DEWATA NEWS . Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Pembaca berhak melaporkan komentar jika dianggap tidak etis, kasar, berisi fitnah, atau berbau SARA. Redaksi DEWATA NEWS akan menilai laporan dan berhak memberi peringatan dan menutup akses terhadap pemberi komentar.

Terimakasih
www.dewatanews.com