Dewata News.com -- Jerman lebih sering dikenal sebagai negara dengan ekonomi terbesar di Eropa. Namun, di sisi lain, Jerman belakangan ini juga dijuluki "rumah bordil terbesar Eropa."
Julukan itu justru disematkan sendiri oleh media Jerman. Laman berita Jerman berbahasa Inggris, The Local, pada 11 Juni lalu menulis bahwa baru-baru ini ada film dokumenter yang mengungkapkan bahwa prostitusi sudah menjadi salah satu lahan bisnis dengan omzet besar, sehingga keberadaannya makin berkembang.
Kondisi ini melibatkan banyak perempuan dari negara-negara tetangganya di kawasan timur Eropa serta menjaring banyak turis asing.
Ditayangkan oleh stasiun televisi publik, ARD, film dokumenter itu berjudul "Sex - Made in Germany." Mulai tayang pada Senin lalu, dokumenter itu mengungkap sisi kelam prostitusi di Jerman, yang dilegalkan sejak 2002.
Dengan melegalkannya, pemerintah Jerman saat itu berharap bisa membuat prostitusi menjadi industri yang bersih sekaligus menjamin hak-hak dan keamanan pekerja seks komersial (PSK) sebagaimana pekerja pada umumnya.
Menggunakan kamera tersembunyi ke rumah-rumah bordil dan memakan dua tahun untuk wawancara sumber dan liputan, film itu melaporkan bagaimana para PSK sudah menjadi tambang uang dan diberdayakan seefektif mungkin.
Setiap hari, ungkap film itu, lebih dari sejuta pria di Jerman membayar demi penuhi tuntutan birahi. Banyak dari mereka memilih berkunjung ke rumah-rumah bordil yang tarifnya "pukul rata." Dengan membayar 49 euro semalam, pria hidung belang di rumah bordil itu bisa bercinta sepuasnya dengan PSK.
Di ibu kota Jerman, Berlin, itu sudah menjadi model bisnis yang makin populer. "Di mana, seks lebih murah dari tempat lain," kata seorang pemilik rumah bordil. "Kini semuanya legal, pemilik rumah bordil bisa tidur lebih nyenyak di malam hari," kata dia.
Pemilik rumah bordil lainnya, seorang pria dengan empat anak, bahkan mengaku bisnisnya itu bisa membuat dia mengirim anak perempuannya ke sekolah elite di Inggris.
Setiap musim libur, para operator liburan spesialis di Jerman ramai-ramai menawarkan "wisata seks" dengan harga diskon. Mereka menarik minat para pria dari Asia, Timur Tengah, dan Amerika Utara untuk pesiar ke rumah-rumah bordil di Jerman selama enam hari.
"Kualitasnya baik dan semuanya oke," kata seorang pria asal Denmark. Dia rela menempuh perjalanan sepanjang 300 kilometer untuk main ke suatu rumah bordil di Jerman bagian utara, yang menjadi lokasi syuting film dokumenter yang dibuat dua perempuan jurnalis, Tina Soliman dan Sonia Kennebeck.
Pembuat film juga mengunjungi rumah bordil terbesar Eropa yang berlokasi di Kota Stuttgart. Di sana, 55.000 pria pelanggan datang dan pergi. Banyak PSK di rumah bordil itu bukan warga Jerman. Kebanyakan berasal dari Eropa Timur, seperti Rumania dan Bulgaria.
Seorang PSK mengungkapkan bahwa, "Banyak perempuan yang sudah lulus SMA datang dan bekerja untuk satu, dua hari di akhir pekan demi mendapat tambahan uang, karena mereka melihat perbuatan itu tidak lagi buruk."
Meski pemerintah Jerman terus berupaya memastikan terjaminnya keamanan dan hak-hak para PSK di rumah bordil yang legal, film dokumenter itu mendapati ada seorang PSK asal Rumania yang menjadi korban eksploitasi.
Dia mengaku pernah harus melayani hingga 40 laki-laki dalam sehari, sampai akhirnya pihak berwenang menutup rumah bordil tempat dia bekerja, karena melanggar aturan kesehatan.
Sejak melegalkan prostitusi, pendapatan pemerintah Jerman pun bertambah. Sebab, menurut harian The Frankfurter Rundschau, makin banyak pajak yang disetor para rumah bordil. Bahkan, PSK yang beroperasi sendirian di jalanan pun ada yang juga bayar pajak. (DN~*/wow-unic.blogspot.co).--
No comments:
Post a Comment
Redaksi DEWATA NEWS menerima komentar terkait artikel yang ditayangkan di DEWATA NEWS . Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Pembaca berhak melaporkan komentar jika dianggap tidak etis, kasar, berisi fitnah, atau berbau SARA. Redaksi DEWATA NEWS akan menilai laporan dan berhak memberi peringatan dan menutup akses terhadap pemberi komentar.
Terimakasih
www.dewatanews.com