”Tumpek Krulut”, Kasih Sayang untuk Gamelan - Dewata News

Breaking News

Gold Ads (1170 x 350)

1/28/15

”Tumpek Krulut”, Kasih Sayang untuk Gamelan

Kasih Sayang untuk Gamelan cermin Tumpek Krulut
Oleh : Made Tirthayasa *    Dewata News.comWarga krama Hindu di Bali akan merayakan hari raya suci yang dikenal dengan Tumpek Krulut, pada Sabtu - 31 Januari 2015. Hari suci itu merupakan perwujudan kasih saying terhadap alat-alat seni gamelan di Bali. Itilah Tumpek Krulut berasal dari nama waktu berdasarkan kalender Bali, yaitu krulut atau lulut yang artinya jalinan.

     Tumpek Krulut, dimaknai sebagai hari kasih sayang. Sebab, kata lulut sendiri bermakna saying, cinta dan welas asih. Tumpek Krulut dilaksanakan setiap 210 hari Saniscara Kliwon. ”Moment ini adalah salah satu implementasi Tri Hita Karana yang melibatkan yadnya atau korban suci. Korban suci adalah bagian dari cinta yang tulus”.

     Namun sekarang anak-anak muda kita lebih mengenal Vallentine’s Day. Padahal kita, terutama di Bali sudah memilikinya, yakni pada saat Tumpek Krulut itu.

      Hari kasih sayang di Bali sudah ada sejak zaman dulu. Hanya saja, banyak orang yang belum memahami kalau itu merupakan hari kasih saying. Biasanya, perangkat seni yang diupacarai adalah alat-alat musik tradisional seperti gong, gender, angklung, suling, gambang, bajra, selonding dan saron.

     Dengan adanya perkembangan zaman, alat musik yang diupacarai bervariasi. Gitar, drum, piano, pianika, terompet dan alat musik lainnya juga diupacarai. ”Perkembangan itu tidak mempengaruhi makna. Justru menambah warna, karena keduanya bisa saling mengisi dan berkembang secara berdampingan dalam bentuk kesenian kolaborasi”.

     Untuk dipahami bagi warga krama Hindu di Bali, dalam perayaan Tumpek Krulut itu bukan menyembah perangkat kesenian atau alat musik. Namun, mendoakannya agar bermanfaat dalam kehidupan, baik untuk pemilik juga penikmatnya. Seperti halnya, seorang pragina (seniman) akan memohon energi pada hari itu.

     Dari berbagai sumber  menyebutkan, rangkaian upacara Tumpek Krulut sangat sederhana berdasarkandesa, kala dan patra. Diawali dengan membersihkan diri sendiri, disebut suci laksana, lalu megatur alat-alat gamelannya. Kemudian menghilangkan leteh dengan memercikan tirta prayascita.

     Sesajen biasanya berupa banten otonan berisi tumpeng. Kalau banten besar biasanya menggunakan bebangkit dan harus dipimpin oleh pendeta. Biasanya juga banten peras, pengabean ajuman dan tipat gong dan dipimpin pemangku.

      Dalam perayaannya, masyarakat warga krama di Bali tidak diperkenankan membunyikan alat musik secara sembarangan. Apalagi yang sakral. Harus dimainkan dengan nada-nada yang indah agar menimbulkan rasa langu atau senang.

      Nada dan bunyi memiliki kekuatan supranatural yang luar biasa, bahkan diyakini merupakan kekuatan yang utama. Dalam konteks pemujaan keharmonisan alam bisa dicapai dengan membangkitkan kekuatan Siwa agar bergerak. Kreasi gerak Siwa karena alunan nada ini dikenal Siwanataraja. Secara filsafat pemujaan bunyi-bunyian saat Tumpek Krulut mengandung makna pengendalian Tri Guna (satwam, rajas, dan tamas) serta Tri Marga yakni dharma, artha dan kama.

     Bila dipahami lebih jauh alunan nada-nada merupakan proses menuju harmonisasi alam. Guna mewujudkan harmonisasi alam ini perlu dilakukan perenungan dan memohon kepada Tuhan dalam manifestasinya sebagai Siwa.

      Di India, juga ada tradisi peringatan hari kasih sayang. Di tanah kelahiran agama Hindu itu ada hari Raksa Banda atau pun Walmiki Jayanti. Raksa Banda merupakan hari untuk mengukuhkan ikatan cinta, kasih dan sayang di antara pasangan suami-istri, laki-laki dan perempuan.

      Pada hari Raksa Banda itu, sang lelaki diberikan tetebus berupa benang, pihak perempuan diberikan gelang. Tatkala hari Walmiki Jayanti, anak-anak hingga yang masih muda akan mempersembahkan bunga kepada orang yang lebih tua.

     Namun, masyarakat warga krama Hindu di Bali selama ini merayakan hari Tumpek Krulut sebagai hari piodalan di pelinggih penyarikan di banjar. Karena itu, acap kali ditemui, saat hari Tumpek Krulut dilaksanakan upacara piodalan di banjar-banjar.

      Pemaknaan yang lebih segar terhadap suatu hari raya keagamaan memang suatu hal yang penting dilakukan sepanjang tidak jauh beranjak dari dasar sastra yang mendasari munculnya hari raya itu. Pemaknaan Tumpek Krulut sebagai hari kasih sayang dapat dianggap sebagai sebuah pemaknaan baru yang lebih segar sesuai dengan konteks zamannya. (DN~*).—

Tumpek Landep ~ Dari berbagai sumber
* Pemred Dewata News

No comments:

Post a Comment

Redaksi DEWATA NEWS menerima komentar terkait artikel yang ditayangkan di DEWATA NEWS . Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Pembaca berhak melaporkan komentar jika dianggap tidak etis, kasar, berisi fitnah, atau berbau SARA. Redaksi DEWATA NEWS akan menilai laporan dan berhak memberi peringatan dan menutup akses terhadap pemberi komentar.

Terimakasih
www.dewatanews.com