Kasih Sayang untuk Gamelan cermin Tumpek Krulut |
Tumpek Krulut, dimaknai
sebagai hari kasih sayang. Sebab, kata lulut
sendiri bermakna saying, cinta dan welas asih. Tumpek Krulut dilaksanakan
setiap 210 hari Saniscara Kliwon. ”Moment ini adalah salah satu implementasi Tri Hita Karana yang melibatkan yadnya
atau korban suci. Korban suci adalah bagian dari cinta yang tulus”.
Namun sekarang anak-anak muda kita lebih mengenal Vallentine’s Day. Padahal kita, terutama di Bali sudah memilikinya,
yakni pada saat Tumpek Krulut itu.
Hari kasih sayang di Bali sudah ada sejak zaman dulu. Hanya saja, banyak
orang yang belum memahami kalau itu merupakan hari kasih saying. Biasanya,
perangkat seni yang diupacarai adalah alat-alat musik tradisional seperti gong,
gender, angklung, suling, gambang, bajra, selonding dan saron.
Dengan adanya perkembangan zaman, alat musik yang diupacarai bervariasi.
Gitar, drum, piano, pianika, terompet dan alat musik lainnya juga diupacarai. ”Perkembangan
itu tidak mempengaruhi makna. Justru menambah warna, karena keduanya bisa
saling mengisi dan berkembang secara berdampingan dalam bentuk kesenian
kolaborasi”.
Untuk dipahami bagi warga krama Hindu di Bali, dalam perayaan Tumpek Krulut itu bukan menyembah
perangkat kesenian atau alat musik. Namun, mendoakannya agar bermanfaat dalam
kehidupan, baik untuk pemilik juga penikmatnya. Seperti halnya, seorang pragina (seniman) akan memohon energi pada
hari itu.
Dari berbagai sumber menyebutkan, rangkaian upacara Tumpek Krulut
sangat sederhana berdasarkandesa, kala dan patra. Diawali dengan membersihkan
diri sendiri, disebut suci laksana, lalu megatur alat-alat gamelannya. Kemudian
menghilangkan leteh dengan memercikan tirta
prayascita.
Sesajen biasanya berupa banten
otonan berisi tumpeng. Kalau banten
besar biasanya menggunakan bebangkit
dan harus dipimpin oleh pendeta. Biasanya juga banten peras, pengabean ajuman dan tipat gong dan dipimpin pemangku.
Dalam perayaannya, masyarakat warga krama di Bali tidak diperkenankan
membunyikan alat musik secara sembarangan. Apalagi yang sakral. Harus dimainkan
dengan nada-nada yang indah agar menimbulkan rasa langu atau senang.
Nada dan bunyi memiliki kekuatan supranatural yang luar biasa, bahkan
diyakini merupakan kekuatan yang utama. Dalam konteks pemujaan keharmonisan
alam bisa dicapai dengan membangkitkan kekuatan Siwa agar bergerak. Kreasi
gerak Siwa karena alunan nada ini dikenal Siwanataraja.
Secara filsafat pemujaan bunyi-bunyian saat Tumpek
Krulut mengandung makna pengendalian Tri
Guna (satwam, rajas, dan tamas)
serta Tri Marga yakni dharma, artha dan kama.
Bila dipahami lebih jauh alunan nada-nada merupakan proses menuju harmonisasi alam. Guna mewujudkan harmonisasi alam ini perlu dilakukan perenungan dan memohon kepada Tuhan dalam manifestasinya sebagai Siwa.
Bila dipahami lebih jauh alunan nada-nada merupakan proses menuju harmonisasi alam. Guna mewujudkan harmonisasi alam ini perlu dilakukan perenungan dan memohon kepada Tuhan dalam manifestasinya sebagai Siwa.
Di India, juga ada tradisi peringatan hari kasih sayang. Di tanah
kelahiran agama Hindu itu ada hari Raksa
Banda atau pun Walmiki Jayanti. Raksa Banda merupakan hari untuk
mengukuhkan ikatan cinta, kasih dan sayang di antara pasangan suami-istri,
laki-laki dan perempuan.
Pada hari Raksa Banda itu,
sang lelaki diberikan tetebus berupa
benang, pihak perempuan diberikan gelang. Tatkala hari Walmiki Jayanti, anak-anak hingga yang masih muda akan
mempersembahkan bunga kepada orang yang lebih tua.
Namun, masyarakat warga krama Hindu di Bali selama ini merayakan hari Tumpek Krulut sebagai hari piodalan
di pelinggih penyarikan di banjar. Karena itu, acap kali ditemui, saat
hari Tumpek Krulut dilaksanakan
upacara piodalan di banjar-banjar.
Pemaknaan yang lebih segar terhadap suatu hari raya keagamaan memang
suatu hal yang penting dilakukan sepanjang tidak jauh beranjak dari dasar
sastra yang mendasari munculnya hari raya itu. Pemaknaan Tumpek Krulut sebagai hari kasih sayang dapat dianggap sebagai
sebuah pemaknaan baru yang lebih segar sesuai dengan konteks zamannya. (DN~*).—
Tumpek
Landep
~ Dari berbagai sumber
* Pemred Dewata News
No comments:
Post a Comment
Redaksi DEWATA NEWS menerima komentar terkait artikel yang ditayangkan di DEWATA NEWS . Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Pembaca berhak melaporkan komentar jika dianggap tidak etis, kasar, berisi fitnah, atau berbau SARA. Redaksi DEWATA NEWS akan menilai laporan dan berhak memberi peringatan dan menutup akses terhadap pemberi komentar.
Terimakasih
www.dewatanews.com