Gelombang pasang, nelayan tradisional takut melaut |
Buleleng, Dewata News.Com – Sejumlah nelayan tradisional di Desa Pemaron maupun Anturan, Kecamatan Buleleng sejak sepekan terakhir ini terpaksa menghentikan usaha tangkap mereka. Hal ini menyusul, cuaca tidak menguntungkan yang melanda perairan di Bali Utara.
Pantauan Dewata News di pantai
Pemaron, barat kawasan Penimbangan,maupun pantai Kubugembong, Anturan, Minggu (04/01), tidak tampak aktifitas para nelayan. Perahu
berikut alat tangkap mulai diungsikan ke tempat yang lebih aman untuk
menghindari terjangan gelombang pasang.
Sementara angin barat bertiup kencang
disertai gelombang yang mulai menunjukkan peningkatan. Rata-rata ketinggian
gelomban saat ini antara 1,5 hingga 2 meter.
Tak hanya perahu kecil, namun empat unit
kapal penangkap ikan berkapasitas 30 gros ton juga dihentikan pengoperasiannya,
menyusul cuaca buruk belakangan ini. Kapal ini pun kini dititipkan di kawasan
Pelabuhan Celukan Bawang, Kecamatan Gerokgak.
Seorang nelayan I Putu Suartana mengatakan,
mengisi waktu dimusim paceklik ini dirinya hanya bisa diam sambil sesekali
memperbaiki peralatan tangkap yang mengalami kerusakan. Jika angin dan
gelombang terlihat normal, dia pun menurunkan perahunya. Namun penangkapan yang
bisa dilakukannya pada jarak yang tak jauh dari daratan, sehingga hasil
tangkapan tidak maksimal.
“Sudah delapan hari tidak berani melaut karena
musim angin barat dan gelombang mulai besar. Sekarang lebih baik istirahat dulu
dan jika gelombang mulai kecil dan angin tidak bertiup kencang saya coba turun
melaut tapi itu hanya beralayar di pigngiran saja, sehingga hasilnay juga tak
seberapa,” katanya.
Untuk memenuhi, kebutuhan hidup
keluarganya, Suartana mengaku terpaksa meminjam uang kas di kelompok nelayan.
Jika masih kurang, dia terpaksa berhutang di LPD atau ke koperasi terdekat.
Atas kondisi ini, dirinya sebenarnya ingin mencari pekerjaan sampingan untuk
mengisi waktu di musim paceklik. Namun, karena keterbasatan keterampiilan yang
dimiliki, sehingga Suartana terpaksa diam.
“Maunya menjadi buruh saja, tapi tidak ada
peluang, sehingga terpaksa diam saja dan mudah-mudahan cuaca di laut bisa
kembali normal, sehingga tidak terlalu lama kami libur melaut seperti ini,”
tegasnya. (DN~*).—
No comments:
Post a Comment
Redaksi DEWATA NEWS menerima komentar terkait artikel yang ditayangkan di DEWATA NEWS . Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Pembaca berhak melaporkan komentar jika dianggap tidak etis, kasar, berisi fitnah, atau berbau SARA. Redaksi DEWATA NEWS akan menilai laporan dan berhak memberi peringatan dan menutup akses terhadap pemberi komentar.
Terimakasih
www.dewatanews.com