Linggih Batara Ratu Pasek Linggih Batara Ratu Pasek |
@ Berkonsep Kaula Gusti Menunggal, Penghormatan pada Empu Ghana
* Oleh: I Made Tirthayasa
Brahmane
brahmanam, ksatraya
rajanyam, marudbhyo vaisyam
tapase sudram.
(Yajurveda.XXX.5).
rajanyam, marudbhyo vaisyam
tapase sudram.
(Yajurveda.XXX.5).
Artinya:
Tuhan telah menciptakan Brahmana untuk mengembangkan pengetahuan. Ksatria untuk perlindungan, Vaisya untuk kesejahteraan dan Sudra untuk pekerjaan jasmani.
Tuhan telah menciptakan Brahmana untuk mengembangkan pengetahuan. Ksatria untuk perlindungan, Vaisya untuk kesejahteraan dan Sudra untuk pekerjaan jasmani.
Pura Dasar Bhuana di Desa Gelgel |
Dewata News.Com – Pura Dasar Bhuana di Desa Gelgel, Klungkung merupakan salah satu peninggalan sejarah Klungkung yang dikenal sebagai pusat kerajaan di Bali. Selain sebagai satu-satunya pura dasar yang ada di Bali, pura ini juga memiliki keunikan dan fungsi khusus.
Pura Dasar Bhuana Gelgel yang dibangun Mpu
Dwijaksara dari Kerajaan Wilwatikta (Kerajaan Majapahit) pada tahun Caka 1189
atau tahun 1267 Masehi.sebagai penghormatan terhadap Empu Ghana. Di pura inilah
Mpu Ghana yang dikenal sebagai seorang Brahmana yang memiliki peran penting
perkembangan agama Hindu di Bali, beryoga semadi (berparahyangan). Pura
ini merupakan salah satu Dang Kahyangan Jagat di Bali.
Selain sebagai Dang Kahyangan, pura yang
berjarak sekitar 3 kilometer dari Kota Semarapura, Klungkung itu juga merupakan
pusat panyungsungan catur warga yang berasal dari soroh/ klan di antaranya
soroh/ klan Satria Dalem, Pasek (Maha Gotra Sanak Sapta Rsi), soroh Pande
(Mahasamaya Warga Pande) dan klan Brahmana Siwa. Semuanya merupakan pengabih
Ida Batara di Pura Dasar Bhuana Gelgel.
Dalam setahun, ada dua wali/ karya
digelar yakni wali bertepatan dengan Pamacekan Agung, serta wali/ karya
Padudusan yang jatuh pada Purnama Kapat.
Gubernur dan Nyonya Ayu Pastika saat melakukan persembahyangan sujud bakti
karya Pemacekan Agung Soma Kliwon Kuningan di Pura Dasar Bhuana Gelgel.
(Foto:dok).--
|
Serangkaian Coma Pamacekan Agung, Senen (22/12) merupakan upacara wali
karya Ida Batara di Pura Dasar Bhuana Gelgel, selain para per-ngempon Desa
Pakraman Gelgel yang terdiri atas 28 banjar dan tiga desa dinas -- Desa Gelgel,
Desa Kamasan dan Desa Tojan, juga warga krama Pasek dari seluruh Bali, numplek blek tangkil, sujud bakti
kehadapan Ida Batara.
Semeton Pasek banyak tangkil memuja Ratu Pasek karena secara kuantitas Semetoj
Pasek terbanyak di Bali. Jika saja orang Bali tetap bhakti kepada leluhurnya
yang sejati, Ratu Pasek akan lebih banyak lagi dipuja umat, karena Beliau
sejatinya adalah Panca Tirtha.
Keberadaan Pura Dasar Bhuana ini sebagai pengejawantahan sabda Tuhan
menjadi sistem religi untuk menata masyarakat Hindu agar bersatu padu dalam
kebhinekaan swadharma sesuai dengan wangsa dan varna-nya. Karena itu sistem
wangsa atau soroh harus tetap ditegakkan untuk memuja leluhur mewujudkan empat
pahala mulia yaitu hidup sehat sejahtera (ayu), berilmu (widya), mampu berbuat
jasa pada sesama hidup ini (yasa) dan memiliki daya tahan diri yang kuat lahir
batin (bala).
Kini, pada saat bencana alam banyak terjadi, seharusnya menyadarkan kita
untuk lebih meningkatkan bakti pada Hyang Widhi dan Batara Kawitan. Mintalah
petunjuk pada yang Widhi, dan minta juga restu dari Ratu Pasek. Rahayu.—
* Pemimpin Redaksi Dewata News
@ sumber Babad Bali.com
@ sumber Babad Bali.com
No comments:
Post a Comment
Redaksi DEWATA NEWS menerima komentar terkait artikel yang ditayangkan di DEWATA NEWS . Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Pembaca berhak melaporkan komentar jika dianggap tidak etis, kasar, berisi fitnah, atau berbau SARA. Redaksi DEWATA NEWS akan menilai laporan dan berhak memberi peringatan dan menutup akses terhadap pemberi komentar.
Terimakasih
www.dewatanews.com