Denpasar, Dewata News.Com – Kasus HIV/AIDS di Bali kian mengkhawatirkan, kendati upaya pencegahan dengan cara sosialisasi yang telah dilakukan pihak terkait, tetapi belum mampu mengurangi derasnya penularan virus mematikan ini. Hingga pertengahan September 2014, dalam catatan Dinas Kesehatan Provinsi Bali, sedikitnya terdapat 10.220 kasus HUV/AIDS.
“Sampai dengan pertengahan September 2014 jumlah kasus HIV/AIDS secara
kumulatif (1987-2014) mencapai 10.220 kasus, terdiri dari 5.490 kasus HIV dan
4.730 kasus AIDS,” kata Kepala Bidang Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan Dinas Kesehatan Provinsi Bali, Gede Wira Sunetra di Denpasar, Jumat
(31/10).
Menurutnya pertambahan kasus HIV/AIDS di Bali rata-rata 1000 orang per
tahun. Penderita berasal dari daerah Bali maupun orang dari luar Bali dan manca
negara yang tinggal di Bali. ”Kini Bali sudah berada pada tingkat epidemik
terkosentrasi (Cocentrated Level Epidemic) karena prevalansi HIV pada
subpopulasis tertentu yakni IDU, WPS langsung dan narapidana sudah berada lebih
dari 5 persen, sedangkan pada ibu hamil kurang dari 1 persen,” imbuhnya.
Pola penularan terbesar adalah hubungan seks antarjenis (heteroseksual)
yakni mencapai 8.027 kasus, disusul dengan cara homoseksual sebanyak 636 kasus,
dan penggunaan alat-alat narkotika terlarang (Injecting Drug User)
sebanyak 817 kasus. Sedangkan untuk penularan via perinatal sebanyak 326 kasus,
biseksual 35 kasus, dan penyebab tidak diketahui sebesar 375 kasus.
Jika dilihat dari wilayah, kasus HIV/AIDS di Bali yang tertinggi
terdapat di Kota Denpasar yakni sebesar 4.064 kasus, Buleleng 1.835 kasus,
Badung 1.537 kasus, Gianyar 762 kasus, Tabanan 638 kasus, Jembrana 512 kasus,
Karangasem 342 kasus, Klungkung 227 kasus, Bangli 177 kasus.
Sementara gabungan penderita dari luar daerah Bali dan mancanegara sebesar
126 kasus.
“Memang kesadaran dan pemahaman masyarakat masih kurang, apa lagi yang
di desa-desa. Kita selama ini sudah gencar melakukan sosialisasi terutama
menyasar pemuda. Ke depannya kami akan terus turun ke masyarakat sehingga
penyebaran penyakit ini bisa ditekan dan berkurang,” katanya.
Ia juga menghimbau kepada masyarakat agar tidak memberikan stigma
negatif dan diskriminasi terhadap penderita HIV/AIDS. “Jangan sampai kita
mendiskriminasi penderita HIV. Kita masih bisa bergaul seperti biasa dengan
penderita sepanjang kita tidak melakukan hubungan yang beresiko dengan
penderita. HIV tidak akan menular melalui salaman, obrolan, atau pun gigitan
nyamuk,” kata Wira Sunetra.
Bagi penderita atau yang mengetahui dirinya beresiko HIV/AIDS disarankan
unmtuk segera melakukan konsultasi atau tes VCT ke rumah sakit atau puskesma
terdekat.
Ia menambahkan bahwa masyarakat harus menerapkan prinsip “ABCDE” dalam
mencegah penularan HIV/AIDS yakni Abstinence (tidak berhubungan
seks sama sekali, terutama bagi individu yang belum memiliki pasangan resmi), Be
Faithful (setia dengan pasangan sendiri, tidak gonta-ganti pasangan),
Condom (menggunakan kondom saat melakukan hubungan
seksual), Drugs or Don’t Inject (jauhi narkoba dan tidak
menggunakan jarum suntik secara bergantian), dan Education (mencari
informasi yang benar mengenai HIV/AIDS). (sunaribali).—
No comments:
Post a Comment
Redaksi DEWATA NEWS menerima komentar terkait artikel yang ditayangkan di DEWATA NEWS . Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Pembaca berhak melaporkan komentar jika dianggap tidak etis, kasar, berisi fitnah, atau berbau SARA. Redaksi DEWATA NEWS akan menilai laporan dan berhak memberi peringatan dan menutup akses terhadap pemberi komentar.
Terimakasih
www.dewatanews.com