Garam Piramida diTangan Penulis |
Buleleng, Dewata News.Com – Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan (Kadiskanla) Kabupaten Buleleng, Ir.Nyoman Sutrisna, MM mengakui, potensi garam di Buleleng terbilang besar. Sentra produksinya berada di Kecamatan Gerokgak dan Tejakula.
Ia mengungkapkan, produksi garam di Buleleng tidak
hanya memenuhi konsumi lokal juga diekspor ke sejumlah negara. Garam yang
diekspor adalah garam piramida yang dihasilkan oleh petambak garam dari
Tejakula. “ Ini satu-satunya garam yang berkualitas, hanya bisa diproduksi di
Tejakula, “ ujarnya bangga.
Bahkan, Kadiskanla Buleleng Nyoman Surtisna
memaparkan hal itu ketika menghadiri
Konferensi Nasional 9 Pengelolaan Pemberdayaan Sumber Daya Pesisir Laut
dan Pulau-Pulau Kecil, di JW Marriot Hotel Surabaya, belum lama ini. Pada
pertemuan itu, hadir pula Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti.
Sutrisna mengatajan, ada cerita yang beredar, garam piramida Tejakula mendapat
perhatian dari Presiden Obama.
Garam berbentuk piramida yang diproduksi PT Neo Logis Surabaya (NLS) di Desa Tejakula, Kabupaten Buleleng, wilayah utara Bali, menembus pasar Jepang.
”Saat ini harga jual garam piramida sekitar
Rp250 ribu per kilogram, naik dua kli ipat dibandingkan harga jual tahun 2009,”
kata Manager PT NLS Made Widnyana.
Dalam satu tahun PT NLS mengekspor 700 kilogram garam piramida ke Jepang
dengan merek dagang Laut Bali, Super
Tejakula, dan Pyramidion. ”Garam piramida yang kami ekspor itu sudah sangat populer di Jepang,” katanya saat Dewata News berkunjung di lokasi sortasi garam piramida Tejakula, belum lama ini.
Di lokasi sortasi garam piramida Tejakula, berbincang dengan Widnyana. |
Oleh sebab itu, dia akan menaikkan volume ekspor garam piramida ke Jepang tahun depan menjadi 1,4
ton untuk memenuhi pasar garam di Jepang. ”Restoran di Jepang suka menggunakan garam berukuran besar karena
terlihat eksotik saat dihidangkan di
meja makan,” kata Widnyana.
Garam merek Laut Bali digarap warga pesisir Tejakula dengan mengolah air laut yang belum tercemar menggunakan peralatan
tradisional yang sangat sederhana.
Air laut dialirkan dan disaring melalui wadah berbentuk kerucut yang terbuat dari bambu. Proses penyaringan
membutuhkan waktu satu sampai dua hari.
Selanjutnya, air dipindahkan ke pelepah batang pohon kelapa untuk dikeringkan
selama satu sampai dua hari, tergantung cuaca.
”Garam produksi Tejakula ini kaya akan mineral dan rasanya tidak seasin garam lainnya,” kata
Widnyana.
Usaha garam rakyat di Buleleng terbilang masih bisa terus dikembangkan
karena lahan yang tersedia masih banyak. Nyoman Sutrisna menjelaskan dari 140
hektar yang ada, baru 61 hektar yang dimanfaatkan oleh petambak garam.
(DN~TiR).—
No comments:
Post a Comment
Redaksi DEWATA NEWS menerima komentar terkait artikel yang ditayangkan di DEWATA NEWS . Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Pembaca berhak melaporkan komentar jika dianggap tidak etis, kasar, berisi fitnah, atau berbau SARA. Redaksi DEWATA NEWS akan menilai laporan dan berhak memberi peringatan dan menutup akses terhadap pemberi komentar.
Terimakasih
www.dewatanews.com