Seorang ahli nuklir jebolan Amerika Agung Waluyo (baju endek) dan Dekan FBS Prof Nitiasih (pake jas merah) berfoto bersama usai kegiatan semiloka. |
Buleleng, Dewata News.Com – Kegiatan Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha) Singaraja bertajuk ”Entrepreneurship” yang digelindingkan sejak, 21 Oktober 2014 menarik perhatian seorang ahli nuklir jebolan Amerika, Agung.Waluyo,Ph.D yang hadir dalam acara semiloka.
Dekan FBS Undiksha Prof. Putu
Kerti Nitiasih, MA menilai, betapa pentingnya program entrepreneurship masuk
dalam kurikulum pembelajaran di Undiksha. ”Dengan didorong oleh Ditjen Dikti,
mata kuliah entrepreneurship dirasa akan memberi wawasan berbeda kepada lulusan
institusi, utamanya mampu memberi semangat kewirausahaan; bukan hanya orientasi
pada profit,” katanya.
Pentingnya mata kuliah entrepreneurship, menurut Prof. Kerti Nitiasih, berkaca
pada negara Jepang misalnya, yang sudah cukup maju dalamn hal entrepreneurship,
sehingga FBS mendatangkan Agung Waluyo
sebagai pakar entrepreneurship Indonesia untuk memberi pencerahan dan wawasan
mengenai hal ini.
Pak Agung panggilan akrab Agung Waluyo, sebelumnya bekerja dengan pengusaha terkenal Bapak Ciputra di
Universitas Ciputra sebagai Program Director periode 2010 – 2013. Kemudian, ia
melanjutkan kiprahnya sebagai Head of Nutrition & Food Technology Program
di Surya University. Terakhir, pak Agung menjabat sebagai Director of Center of
Food and Technology di Surya University yang selama ini terkenal mengasah
anak-anak berbakat dari daerah-daerah pedalaman dan terpencil di Indonesia
untuk menjadi unggulan.
Kegiatan semiloka oleh FBS itu juga dihadiri Ketua Jurusan Pendidian
Bahasa Inggris Made Hery Santosa, Ph.D, Ketua Lab. Luh Diah Surya Adnyani
beserta beberapa tenaga dosen lainnya. Karena kegiatan akademis ini dirasa
sangat inspiratif mampu membuka perspektif berbeda mengenai apa itu
entrepreneurship dan merealisasikannya, terutama ketika berhadapandengan
birokrasi formal yang cendrung rumit.
”Mengapa Bali sangat terkenal di dunia dengan pariwisatanya, sehingga
uang banyak ada di Bali, namun Bali seperti tidak mendapat dampak dari hal itu,”
kata Agung Waluyo membuka semiloka dengan moderator Pembantu Dekan I FBS, Prof.
I Nyoman Adi Jayaputra, MA.
Dengan suara lantang, Pak Agung jawab sendiri pertanyaan yang
dilemparkan itu, bahwa di Bali uang masuk tapi kemudian keluar dengan cepat. ”Artinya,
Bali hanya sebagai magnet, bukan wadah,” ungkapnya sembari menambahkan pentingnya
entrepreneurship di dunia dan khususnya Bali.
Ia juga memaparkan, pentingnya perubahan perilaku, sembari mencontohkan ”kalau
PNS, duduknya sangat khas”. Karena itu,
perlu penciptaan peluang kerja, bukan mencari kerja, sehingga di jaman sekarang
ini bukan berlomba mencari PNS, dengan segala cara. Namun berinovasi dengan ide
baru sehingga tercipta peluang kerja baru.
Pak Agung menekankan, bahwa entrepreneurship bukanlah orientasi pada
keuntungan mata. Dari pengalaman melatih lebih dari 18.000 orang dan sekitar
1.600 dosen di seluruh Indonesia, ia mengisyaratkan, bahwa entrepreneurship
bukanlah melulu tentang profit, namun pada semangat berproses, pantang menyerah
dan unggul inovasi.
Untuk itu, perlu perubahan
paradigma berpikir, perlu berlatih mencari ide hebat, perlu melatih tahan
banting, perlu keluar dari zona nyaman, perlu berlatih pemecahan masalah dengan
cepat dan perlu mewujudkan bukan hanya pintar berteori. ”Tidak hanya wacana,
tapi become the doer,” tegas Agung.
Agung juga mencoba menawarkan ‘tujuan’ baru, dimana Undiksha harus mampu
menjadi “The Lighthouse of North Bali”. Agar tujuan untuk mewujudkan hal itu, ia
menawarkan para peserta pergi ke Singapura. Bahkan, mengajak peserta
berkomitmen dengan tanggal keberangkatanke negara tertib hukum itu.
Pada akahirnya, Agung menekankan bahwa perilaku harus berubah pada semua
aspek, harus ”wake up” dari kenyamanan, karena ”if you want to be great, you
have to pursue the greatness”. (DN~*).—
No comments:
Post a Comment
Redaksi DEWATA NEWS menerima komentar terkait artikel yang ditayangkan di DEWATA NEWS . Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Pembaca berhak melaporkan komentar jika dianggap tidak etis, kasar, berisi fitnah, atau berbau SARA. Redaksi DEWATA NEWS akan menilai laporan dan berhak memberi peringatan dan menutup akses terhadap pemberi komentar.
Terimakasih
www.dewatanews.com