Ayah dan Anak Cacat Selama 15 Tahun Tidak Dapat Bantuan. |
Buleleng, Dewata News.Com – Ketut
Sadiada (40) berjalan terpincang ketika menemui Dewata News di rumahnya Banjar Kajekauh, Desa Sudaji, Kecamatan
Sawan, Buleleng, Senin (24/11). Sudah sejak 15 tahun kaki dan tangan kanannya
tidak dapat berfungsi normal. Tepatnya setelah mengalami kecelakaan, ketika
mengendarai sepeda motor saat masih bekerja sebagai satpam di Denpasar.
Belum cukup sampai di situ saja.
Setahun kemudian ayahnya, Nyoman Wagia (70) mengalami kebutaan di kedua matanya,
karena sakit Glukoma yang dideritanya tak kunjung sembuh. Ia tidak bisa bertani
lagi dan harus dibantu sebuah tongkat untuk membimbing langkahnya saat
berjalan.
Saat ini, Sadiada mengaku tidak bisa
menjalankan aktivitas apapun karena keterbatasan fisiknya. Begitu pula dengan
ayahnya. Sedangkan, untuk memasak keperluan makan sehari-hari dikerjakan
ibunya, Ketut Punagi (67). Kondisinya yang tua renta juga sering membuatnya
sakit-sakitan. Terlebih ketika memasuki musim dingin seringkali sakit asmanya
kambuh. Sementara keempat saudaranya
telah berkeluarga dan tinggal di perantauan.
Menurutnya, hanya seorang adiknya saja yang
sesekali mengirimi uang untuk makan. Mengingat, mereka juga telah berkeluarga
dan memiliki tanggungan ekonomi masing-masing.
Sadiada menuturkan, sejak pertama
kali lumpuh sampai saat ini belum pernah mendapatkan bantuan dari pemerintah.
Upayanya untuk mengurus data penduduk dari tingkat desa sampai Dinas Sosial
Kabupaten Buleleng supaya mendapatkan bantuan sia-sia.
"Saya beberapa kali datang ke
kantor desa untuk menanyakan, tapi jawabannya katanya data orang miskin atau
orang cacat sudah dari pemerintah pusat, desa hanya menjalankan saja. Empat
hari lalu saya ke Dinsos Buleleng di Singaraja, saya terpaksa jual kelapa
kering untuk ongkos transport sampai habis Rp50 ribu, tapi kata petugasnya
keluarga saya masih masuk daftat tunggu," tutur Sadiada.
Menurutnya, untuk biaya hidup
sehari-hari keluarganya hanya mengandalkan hasil kebun kelapa yang tidak
seberapa. Bahkan, ia mengaku dalam sehari hanya makan satu kali untuk berhemat.
"Saya merasa tidak adil saja
perlakuan pemerintah. Saya lihat orang di desa saya punya usaha punya mobil
pikap, ada yang punya sepeda motor tapi bisa dapat BLT dan kemarin dapat
bantuan Rp400 ribu. Sedangkan saya dari awal tidak pernah dapat apa-apa,"
keluhnya.
Ia berharap, dapat bantuan
rehabilitasi dari Kementerian Sosial (Kemensos). Supaya ia dapat memiliki skill
sehingga dapat memulai hidup baru yang lebih menyenankan.
"Saya lihat di media, program
rehabilitasi untuk orang cacat dari Kemensos bagus sekali. Tapi pelaksanaannya
di Buleleng ini kok tidak kelihatan. Saya sudah sangat merasa bosan hidup
belasan tahun seperti ini tidak bisa apa-apa. Setiap hari saya hanya bisa tidur
karena tidak ada aktivitas yang dapat saya kerjakan," tandasnya. (DN~TiR).—
No comments:
Post a Comment
Redaksi DEWATA NEWS menerima komentar terkait artikel yang ditayangkan di DEWATA NEWS . Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Pembaca berhak melaporkan komentar jika dianggap tidak etis, kasar, berisi fitnah, atau berbau SARA. Redaksi DEWATA NEWS akan menilai laporan dan berhak memberi peringatan dan menutup akses terhadap pemberi komentar.
Terimakasih
www.dewatanews.com