I Gusti Made Putera Astaman ketika menjabat Deputi Kapolri Bidang Operasi (Deops)
tahun 1991 dengan pangkat Mayjen (sekarang Irjen).
|
Denpasar,
Dewata News.Com – ”Pembangunan
Bali sudah pincang,,,melenceng dan akan berakibat fatal karena tidak lagi
dibangun dengan asas pemerataan”. Protes keras untuk pertamakalinya itu datang
dari seorang tokoh masyarakat Bali, seorang pensiunan jenderal polisi, yakni
Mayjen Pol (Purn) I Gusti Made Putera Astaman yang menkritisi situasi Bali
kini.
Dia bersama kawan-kawannya yang sudah berusia lanjut tergabung dalam
Peguyuban Merah Putih ke media nasional yang terbit di Denpasar, Bali. ”Saya
dan kawan-kawan yang sudah uzur ini tidak pamrih politik kekuasaan, ekonomi
maupun lainnya. Ini murni untuk menyelamatkan Bali dari kehancuran. Kasihan
anak-cucu kita,” ucap pensiunan jenderal polisi ini dengan suara keras dan mata
berkaca-kaca.
Diapun menyampaikan untuk menyelamatkan Bali dengan membentuk Paguyuban
Merah Putih dengan tujuan menyeimbangkan pembangunan Bali. Anggota forum ini melibatkan banyak kelompok
yang menginginkan pemimpin di Jakarta dan Bali mengubah sikap yang
mengekploitasi Bali yang menyebabkan terjadinya kehancuran Bali
ketidakseimbangan pembangunan di bumi Bali ini.
Forum yang diketuai Putera Astaman itu akan mengajak semua pihak
merapatykan barisan untuk menyelamatkan Bali dan memberikan sumbangan pemiklran
rencana pembangunan Bali 25-50 tahun mendatang.
Ditengah keinginan investor dan kongkalikong dengan pemimpin di Jakarta
dan Bali untuk percepatan pembangunan di kawasan Bali Selatan rupanya membuat
para pensiunan jenderal dan tokoh masyarakat Bali mulai bersatu, dan turun
tangan menyelamatkan Bali.
Azas Pemerataan
”Bali tidak lagi dibangun dengan azas pemerataan. Sehingga terjadi
kepincangan secara ekonomi dan demografi antara Bali Selatan dengan Bali Utara,
Bali Timur dan Barat. Akibatnya, terjadi ketidakadilan ekonomi, karena perilaku
pimpinan nasional dan daerah yang tak lagi memihak rakyat,” ucapnya.
Perintis Paguyuban Merah Putih Bali ini menambahkan, diperlukan
terobosan strategis menuju keseimbangan baru gumi Bali yang makin mendesak. Di antaranya, pembangunan bandara
internasional di Buleleng. Pembangunan proyek penangkapan ikan laut dan
pembangunan Bali harus diarahkan pada berbagai keunggulan. Misalnya, wilayah
utara dan timur Bali (Buleleng dan Karangasem) dijadikan pusat industri padat
karya dan perikanan. Wilayah barat (Tabanan dan Jembrana) ditetapkan sebagai
wilayah sentra pertanian, perkebunan dan perikanan serta wilayah Bangli,
Gianyar dan Klungkung diarahkan menjadi pusat kerajinan khas Bali.
Putera Astaman menegaskan, Paguyuban Merah Putih Bali mempunyai anggota
mitra koordinasi, yaitu Forum Gerakan Buleleng Bangkit, GPP Bali, Sabha Yowana
Sekar, Bangli Bergerak,dan Jembrana Maju. (DN~*).—
No comments:
Post a Comment
Redaksi DEWATA NEWS menerima komentar terkait artikel yang ditayangkan di DEWATA NEWS . Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Pembaca berhak melaporkan komentar jika dianggap tidak etis, kasar, berisi fitnah, atau berbau SARA. Redaksi DEWATA NEWS akan menilai laporan dan berhak memberi peringatan dan menutup akses terhadap pemberi komentar.
Terimakasih
www.dewatanews.com