Dewata News.Com -- Sejumlah umat Hindu di Bali khususnya, termasuk di Kabupaten Buleleng, pada hari Rabu (08/10) melakukan Persembahyangan Hari Raya Pagerwesi. Kegiatan yang diperingati setiap 210 hari dan merupakan rangkaian dari Hari Raya Saraswati tersebut merupakan proses pembentengan diri dalam menerima ilmu pengetahuan menjelang Galungan pada tanggal 17 Desember nanti.
Bertepatan dengan Pagerwesi ini,
saya akan mencoba sedikit menyarikan tentang Pagerwesi dari berbagai sumber.
Dalam konsep Siwa Paksa dalam ajaran
Hindu, pemujaan terhadap Ida Sang Hyang Widhi sebagai guru tertinggi di bhuwana
alit dan bhuwana agung (Hyang Pramesti Guru) dilaksanakan pada
saat Pagerwesi. Hyang Pramesti Guru adalah salah satu manifestasi Siwa untuk
melebur hal-hal buruk di dunia. Hyang Pramesti Guru menjadi guru utama umat
manusia untuk menuntun kehidupan umat manusia.
Kata Pagerwesi berasal dari gabungan akar
kata pager yang berarti pageh, sengker, atau pagar sedangkan wesi
berarti besi. Secara sederhana oleh orang Bali kata Pagerwesi diartikan
memagari diri atau ngemagehang awak, dari hal-hal buruk tentu saja.
Seperti halnya Galungan, Kuningan, dan Saraswati, Pagerwesi merupakan rerahinan
gumi (perayaan bumi) yang dilaksanakan oleh seluruh umat Hindu.
Pada saat Pagerwesi, umat Hindu hendaklah ayoga
semadhi, yakni menenangkan hati serta menunjukkan sembah bhakti kehadapan
Ida Sang Hyang Widhi. Juga pada hari ini diadakan widhi widhana (sesajian)
seperlunya, dihaturkan dihadapan Sanggar Kemimitan disertai sekedar
korban untuk Sang Panca Maha Butha.
Widhi-widhananya ialah: suci,
peras penyeneng sesayut panca-lingga, penek rerayunan dengan raka-raka,
wangi-wangian, kembang, asep dupa arum, dihaturkan di Sanggah Kemulan
(Kemimitan). Yang di bawah dipujakan kepada Sang Panca Maha Bhuta
ialah Segehan Agung manca warna (menurut urip) dengan tetabuhan
arak berem. Hendaknya Sang Panca Maha Bhuta bergirang dan suka
membantu kita, memberi petunjuk jalan menuju keselamatan, sehingga mencapai Bhukti
mwang Mukti.
DI India juga terdapat perayaan yang
identik dengan Pagerwesi yang bertujuan untuk melakukan pemujaan terhadap guru
yaitu Guru Purnima dan Walmiki Jayanti.Upacara Guru Purnima adalah hari raya
pemujaan untuk Guru suci yang ditekankan pada pemujaan pada Resi Vyasa berkat
jasa beliau mengumpulkan dan mengkodifikasi kitab suci Weda. Resi Vyasa pula
yang menyusun Itihasa Mahabharatha dan Purana. Putra Bhagawan Parasara itu pula
yang mendapatkan wahyu tentang Catur Purusartha yaitu empat tujuan hidup yang
kemudian diuraikan dalam kitab Brahma Purana
Sementara Walmiki Jayanti dirayakan setiap
bulan Oktober pada hari Purnima. Walmiki Jayanti adalah hari raya untuk memuja
Resi Walmiki yang amat berjasa menyusun Ramayana sebanyak 24.000 sloka.
Ke-24.000 sloka Ramayana itu dikembangkan dari Tri Pada Mantra yaitu bagian
inti dari Savitri Mantra yang lebih populer dengan Gayatri Mantra.
Ke-24 suku kata suci dari Tri Mantra
itulah yang berhasil dikembangkan menjadi 24.000 sloka oleh Resi Walmiki berkat
kesuciannya. Sama dengan Resi Vyasa, Resi Walmiki pun dipuja sebagai adiguru
loka yaitu mahagurunya alam semesta. (DN~TiR).--
Disarikan dari
berbagai sumber (Web PHDI, Web Babad Bali)
·
Pemred
Dewata News
No comments:
Post a Comment
Redaksi DEWATA NEWS menerima komentar terkait artikel yang ditayangkan di DEWATA NEWS . Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Pembaca berhak melaporkan komentar jika dianggap tidak etis, kasar, berisi fitnah, atau berbau SARA. Redaksi DEWATA NEWS akan menilai laporan dan berhak memberi peringatan dan menutup akses terhadap pemberi komentar.
Terimakasih
www.dewatanews.com