Mengupas seluk beluk ayam kampus - Dewata News

Breaking News

Gold Ads (1170 x 350)

10/19/14

Mengupas seluk beluk ayam kampus

Ilustrasi Pekerja Seks Komersial


Dewata News.Com  - Setelah diberitakan ditangkap Komisi Pemberantasan Korupsi bersama orang dekat Luthfi Hasan Ishaaq, Ahmad Fathanah di Hotel Le Meridien, mendadak nama Maharany Suciyono menjadi buah bibir di kampusnya, Universitas Dr. Moestopo. Dara cantik itu diduga terlibat gratifikasi seks, meskipun akhirnya tudingan itu dibantahnya.


     Desas-desus soal Rany dengan cepat beredar luas. Dikabarkan keberadaan Rany di Hotel Le Meridien tidaklah cuma-cuma, dia dibayar Rp 10 juta. Akibat perbuatannya tersebut, dara cantik itu mendapat predikat negatif di lingkungan kampusnya.

     Namun pihak universitas dengan tegas menolak jika Rany disebut sebagai wanita penghibur. "Untuk mendapatkan uang anak kami tidak sampai sejauh itu," kata Kepala Biro Kemahasiswaan dan Alumni Universitas Meostopo, Usmar Ismail, kepada merdeka.com beberapa waktu lalu.

    Meski belum terbukti sebagai wanita penghibur, namun apa yang dilakukannya tersebut tetap tidak laik buat seorang mahasiswi. Akibat perbuatannya ini, tidak sedikit masyarakat yang memberi cap 'ayam kampus' kepada mahasiswi yang sudah dikeluarkan dari kampusnya tersebut.

    "Praktik ayam kampus itu suatu bentuk prostitusi yang sulit dibuktikan, prostitusi terselubung," kata penulis buku kontroversial "Jakarta Undercover" Sex in The City) Muammar Emka saat dihubungi merdeka.com, Jumat (8/2).

    Penulis yang telah menghasilkan lebih dari 20 buku itu menambahkan, aksi yang dilakukan ayam kampus sulit dibuktikan karena tidak ada tanda terima setiap mereka bertransaksi.

    "Tidak ada bukti tertulis, jadi tidak bisa dibuktikan bersalah."

    Mengenai cara beroperasi seorang ayam kampus, jelas Emka, para penjaja sex ini bisa dilihat dari kegiatan mereka. Para ayam kampus dalam mencari mangsanya, mereka biasa hang out di cafe-cafe yang banyak terdapat pejabat atau eksekutif.

     "Biasanya mereka beraksi saat lunch, coffee time, dan saat tea in the afternoon," ujarnya. "Pokoknya bisa keciri deh," lanjutnya.

     Mengenai cara beroperasinya, penulis yang identik dengan jenggot panjang tipisnya tersebut menjelaskan, biasanya para ayam kampus ini bekerja dengan beragam cara.

     "Jalur mereka beragam, ada yang pake agency model, talent scouting, dan single fighter. Untuk yang single fighter ini, macam cara dilakukannya untuk menggaet korban, salah satu caranya dengan windows shopping," tuturnya.


     Camelita yang sudah bergelut di dunia ini sejak 2010, mengaku memasang tarif Rp 2-3 juta untuk short time.

     "Tapi short time di sini dalam artian cuma sebatas nemenin makan sambil ngobrol doank yah. Ya paling tiga sampai empat jam," tutur Camelita.

     "Tapi, kalau aku sih membatasi diri, dalam artian aku enggak mau sampai kebablasan. Jadi paling nemenin makan, karaoke atau kalau si om lagi mau 'kenceng' ya udah aku temenin," tambah Camelita.

     Sekadar informasi, kata 'kenceng' di kalangan mereka diartikan sebagai keadaan di mana seseorang sedang dalam pengaruh obat-obatan terlarang dan biasanya hal tersebut dilakukan di club malam.

      Camelita sendiri mengaku selektif memilih teman kencan. Jika ada pria yang mengajak lebih dari sekadar berkencan, maka dia akan memasang tarif tinggi. Itupun tidak semua dilayani karena ada kriteria-kriteria fisik yang harus dipenuhi.

      "Kalau sampai nemenin tidur Rp 8 juta. Tapi saya maunya yang usianya 35-an lah, jadi tidak terlalu tua," ucap wanita bertinggi 167 cm itu.

     Camelita mengaku sebenarnya berasal dari keluarga yang lumayan berada. Namun, karena tuntutan pergaulan dan juga eksistensi, dirinya nekat menjalani profesi sampingan sebagai 'ayam kampus'.

    "Orang tua dua-duanya sih kerja. Biaya hidup juga cukup lah. Tapi ya itu balik lagi karena pergaulan," ucap anak pertama dari dua bersaudara ini.

     "Makanya, karena orang tua aku masih berkecukupan itu yang membuat aku nggak terlalu fokus nyari 'pesenan'. Aku kan kadang juga jadi model, suka ikut pemotretan, terus suka jadi SPG (Sales Promotion Girl) event. Ya kalau nyari 'pesenan' lumayan deh dapet buat isi paket BB," canda Camelita sambil tertawa lepas.

    Dengan profesinya ini, Camelita bisa membiayai kuliahnya sendiri. "Memang sih ya nggak munafik juga, karena sering 'dipesen' itu makanya aku jadi berani buat bayar kuliah sendiri. Kalau ngandelin model sama SPG event ya belum ketutup soalnya kan aku kalau belanja suka kalap. Jadi paling ya itu, duit hasil dari 'klien' abis buat bayar kuliah ya sama buat biaya hidup, kayak belanja deh contohnya," pungkas Camelita. (*).—

No comments:

Post a Comment

Redaksi DEWATA NEWS menerima komentar terkait artikel yang ditayangkan di DEWATA NEWS . Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Pembaca berhak melaporkan komentar jika dianggap tidak etis, kasar, berisi fitnah, atau berbau SARA. Redaksi DEWATA NEWS akan menilai laporan dan berhak memberi peringatan dan menutup akses terhadap pemberi komentar.

Terimakasih
www.dewatanews.com