Landasan pacu BIB di atas perairan laut.
Buleleng,
Dewata News.Com – Rencana
pembangunan Bandara International Buleleng (BIB) di Kabupaten Buleleng, Bali
sebagai upaya mempercepat keseimbangan pembangunan kesejahteraan di Bali Utara –
Bali Selatan sampai saat ini masih sebatas pergunjingan di kalangan elit
birokrasi, dari Pemerintah Kabupaten Buleleng, Provinsi Bali hingga tingkat
Kementerian Perhubungan RI.
Terkait masih berkutatnya penentuan lokasi, khususnya ditinjau dari segi
dampak memanfaatkan lahan di daratan Kubutamban dan di atas laut, termasuk
investor yang akan membangun BIB di Bali Utara, memicu Bali Media Watch (BMW)
mengirim surat terbuka kepada Bapak Joko Widodo yang secara resmi menjadi
Presiden RI, tanggal 20 Oktober 2014 lalu yang pada intinya mohon segera direalisasikan Bandara International Buleleng.
Surat terbuka bernomor 10.001/BMW-Bali/2014 yang ditandatangani Ketua
BMW, IBM.Surya Cakra Bawa menekankan pentingnya pembangunan BIB di Bali Utara
sesuai slogan ”Pariwisata untuk Bali”, mengingat kondisi Airport Ngurah Rai
sekarang ini sangat padat dengan jadwal penerbangan dan hanya memiliki satu
landasan pacu. Hal ini akan berdampak pada schedule penerbangan dan pendaratan,
serta nantinya mengarah kepada harga tiket pesawat yang sangat tinggi.
Hal ini juga dikhawatirkan akan mengakibatkan keterlambatan
penerbangan maupun pesawat yang mau mendarat, yang berdampak pada kenyamanan
layanan terhadap para wisatawan. Di sisi lain, beberapa pantai di Pulau Bali
merupakan daerah yang rawan bencana, khususnya bencana tsunami.
Karena itu, tulis BMW dalam surat terbuka itu, menjadi kewajiban kita
untuk melakukan langkah-langkah antisipasi bencana tersebut. Sejalan
dengan kemajuan pembangunan di wilayah Bali selatan, eksploitasi yang
berlebihan terhadap alam dan lingkungannya, harus diimbangi dengan upaya
pelestarian lingkungannya.
”Kami dari BMW bermaksud untuk mengajukan permohonan agar Realisasi pembangunan Bandara
International Buleleng (BIB) segera terwujud untuk menunjang pelayanan
serta memberikan kenyamanan bagi para wisatawan,” tegas IBM.Surya Cakra Bawa.
IBMSurya Cakra Bawa
Menurut dia, sangat dipandang perlu adanya
kebijakan pengembangan Bandar Udara atau membangun Bandar Udara yang bertarap
Internasional di Bali Utara dengan mereklamasi/pengurugan di pesisir pantai
hanya untuk landasan pacu pesawat (runway) di pantai utara Bali.
Dasar pertimbangannya, lanjut IBM.Surya
Cakra Bawa, kalau Bandar Udara yang sebelumnya di rencanakan di kawasan Kubutambahan
akan mengorbankan situs budaya atau pura-pura kuno seputaran Bali Utara. Karena
itu, dengan mengadopsi konsep bandara udara Kanzai Jepang, dan tidak 100% karena
di Bali Utara hanya landasan pacu yang mengarah ke laut sedangkan zona parkir
dan drop zone penumpang tetap didarat, sehingga lokasi pembangunan BIB bisa
dipindahkan ke wilayah pesisir pantai Bali Utara, serta wajib diantisipasi
untuk 5 sampai 10 tahun ke depan.
BMW berharap pariwisata budaya Bali menuju quality tourism, dalam
arti wisatawan yang datang adalah yang memang berwisata dan berbelanja di Bali.
Di sisi lain, IBM.Surya Cakra Bawa juga berharap, tidak boleh menutup mata
terhadap kemajuan yang dialami pariwisata negara-negara tetangga, seperti
Thailand, Malaysia, dan Singapura.
”Kita tidak boleh malu belajar dari kemajuan yang mereka capai. Belum
lagi daerah-daerah lainnya di tanah air yang sedang gencar-gencarnya membangun
pariwisatanya, mulai dari yang terdekat, yaitu Banyuwangi dan NTB, sampai
pada pengembangan Kepulauan Raja Ampat, yang sangat berobsesi mengalahkan
kemajuan pariwisata Bali,” kata IBM.Surya Cakra Bawa menutup surat terbuka
kepada Bapar Joko Widodo, Presiden RI ke-7 itu. (DN~TiR).—‘
kok yg diminta bandara? kenapa gak minta ibukota Bali dikembalikan ke Singaraja?
ReplyDeleteBuat apa? Mending minta bandara aja, kalo anda merasakan gmn jauhnya dari buleleng ke denpasar cuma buat takeoff dan pulang. Itu tdk efesien.
Delete