Buleleng,
Dewata News – ”Wisaya
Guna Bayuning Wwang” ~ ”Keinginan dan tekad yang tulus akan menghasilkan
karya yang bermanfaat untuk dunia” ~ dijadikan tema memperingati 100 tahun
keberadaan Gong Kebyar di kabupaten ujung Utara pulau Bali ini dengan menggelar
Utsawa Merdangga Gong Kebyar Anak-anak.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata(Disbudpar) Kabupaten Buleleng
Ketut Warkadea mengatakan, lahirnya seni gong kebyar tahun 1914 lalu di Desa
Jagaraga yang sampai kini terus berkembang dimotori oleh Gede Manik, maestro
gong kebyar Buleleng. Desa yang disebut-sebut sebagai asal pemunculan Gong Kebyar adalah Jagaraga, Kecamatan Sawan, juga
memulai tradisi Tari Kebyar.
”Seniman Gede Manik bersama seniman-seniman Buleleng saat itu
menggabungkan antara gong gede itu menjadi gong kebyar. Para seniman Buleleng
yang dimotori Gede Manik yang melahirkan gong kebyar untuk pertama kali yang
memiliki khas Bali Utara. Secara konsep, Gong Kebyar adalah perpaduan
antara Gender Wayang, Gong Gede
dan Pelegongan,”
kata Ketut Warkadea di Singaraja, Minggu (12/10).
Upaya pelestariannya, menurut dia, melalui kegiatan lomba gong kebyar
atau Utsawa Merdangga Gong Kebyar Anak-anak se-Kabupaten Buleleng mulai tanggal
24 hingga 29 Oktober nanti dipelataran eks Pelabuhan Buleleng, Singaraja.
Ilustrasi Sekaa Gong Gong Kebyar anak-anak Anak Eka Wakya Banjar Paketan
Kenapa Utsawa Merdangga Gong Kebyar Anak-anak
se-Buleleng? Menurut Kadisbudpar Ketut Warkadea, untuk mengingatkan masyarakat
Buleleng khususnya anak-anak sebagai kader penggerak dalam perjalanan
regenerasi sekeha-sekeha gong yang sudah usia untuk bisa menampilkan gong
kebyar.
Masing-masing kecamatan yang sudah mendapatkan bantuan dana pembinaan, disebutkan Warkadea
agar menunjuk salah satu sekeha gong kebyar anak-anak sebagai duta kecamatan
bersangkutan pada lomba gong kebyar nanti.
Kadisbupar Buleleng Ketut Warkadea
Kadisbupar Buleleng Ketut Warkadea juga menjelaskan, pada kegiatan akhir
dari Utsawa Merdangga Gong Kebyar Anak-anak nanti akan dilakukan penyerahan penghargaan
Wija Kusuma kepada lima orang seniman di Kabupaten Buleleng yang secara terus
menerus produktif pada seni yang ditekuni. ”Lima seniman yang tahun 2014 ini yang
menerima penghargaan Wija Kusuma, berupa ”PIN” dari emas senilai Rp9 juta
disematkan oleh pak Bupati kepada seniman Made Suarja (seni karawitan), Nyoman
Sumargawa (seni rupa), Gusti Putu Yasa (seni tari) Ketut Bagiada “Gobang” alm. (seni
drama gong), serta Putu Raksa Sulaksana (seni arja).
Terkait pemberian penghargaan Wija Kusuma ini, Penasehat Listibya
Kabupaten Buleleng Gede Dharna mengaku kecewa, karena beberapa tahun terakhir
ini dari seni sastra modern tidak ada, padahal pihaknya sudah mengajukan nama
yang layak menerima ”PIN” Wija Kusuma. Seniman dan budayawan pencipta lagu
Merah Putih ini menuding ada hal yang tidak patut” di Disbudpar Buleleng. (DN~TiR).—
Kalo bisa penghargaan itu di berikan pada seniman2 bakat alam ( tanpa melalui tamatan sekolah seni ) ..
ReplyDelete